Mohon tunggu...
Adeng Septi Irawan
Adeng Septi Irawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis adalah seorang pemerhati dunia junalistik, komunikasi, hukum, birokrasi, dan sastra. bisa dihubungi di email irawan_34@yahoo.com

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ideologi dan Revolusi

2 April 2020   09:11 Diperbarui: 27 April 2020   12:26 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang ideologi saat ini bukan hanya berada di ranah umum saja. Tetapi kini telah merambah hingga problematika agama.Akhir-akhir ini kita seolah terlena dan tanpa sadar ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan kepribadian kita mulai masuk dan mencoba untuk menancapkan ideologi mereka di tanah air. Saat ini telah banyak bermunculan ideologi-ideologi islam garis keras.

Berkali-kali tak henti-hentinya mereka melakukan injeksi doktrinasi kepada masyarakat awam yang belum paham dan mengerti betul tentang agama. Bagi mereka memberi doktrin pada orang yang tak tahu menahu soal agama lebih mudah daripada mendoktrin para kiai, ustadz, ataupun santri.

Tujuan utama mereka adalah memperbanyak jamaah mereka sehingga secara non fisik mereka telah mampu menguasai dan mengendalikan otak para masyarakat yang telah terdoktrin.

Kadangkala kita sebagai seorang muslim merasa kesal dan kecewa melihat para ormas-ormas islam yang ada di Indonesia gencar melakukan propaganda doktrinasi ajaran yang mereka miliki. Mulai dari Islam garis keras sampai garis lunak ada di tanah air.

Bahkan yang lebih ironis ada sekelompok orang-orang yang memunculkan ajaran baru yang tidak sesuai dengan syariat islam atau bisa dikatakan sesat.

Di negeri ini bukan hanya sekali, dua kali saja kita menemukan ajaran-ajaran baru yang tidak sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunah baik dalam bidang ibadah maupun muamalah (sosial). Indonesia adalah negeri yang plural sehingga memungkinkan ideologi-ideologi baru berkembang pesat di tanah air.

Dinilai dari segi kuantitas ormas islam, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah jamaah Nahdlatul Ulama (NU).Mereka menganggap bahwa NU lebih toleran terhadap budaya dan adat yang mereka miliki. Meskipun begitu NU tetap saja memberikan pengecualian tertentu terhadap budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam.

Di lain pihak banyak sekali kelompok islam garis keras yang tak terhitung yang seolah-olah mencoba untuk merubah tatanan baru kehidupan di Indonesia menjadi sebuah kehidupan yang bernafaskan islami.Jadi mereka mencoba untuk menancapkan ideologi mereka untuk memunculkan sebuah gerakan revolusi merubah tatanan Indonesia yang baru. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa sekejam-kejamnya perang fisik masih kalah dengan keganasan perang ideologi.

Antisipasi Serangan Ideologi

Mengingat keganasan dan kehebatan perang ideologi sudah seyogianya kita mulai bersiap-siap dalam menangkal semua ideologi yang kiranya mampu menjadikan pribadi kita terdoktrinasi. Langkah yang  paling efektif dalam rangka menolak setiap ideologi yang tidak sesuai dengan keyakinan kita adalah dengan mamperbanyak belajar baik ilmu umum maupun ilmu agama. Karena dengan adanya landasan idieel yang kuat akan mampu menumpas semua doktrin-doktrin yang bersifat propaganda yang cenderung menguntungkan kelompok kepentingan.

Setidaknya  kelompok masyarakat tertentu sebagai bagian dari kaum muslim tanah air harus senantiasa mempererat ukhuwah islamiyah untuk menangkal ideologi asing yang tidak islami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun