Mohon tunggu...
Adeng Septi Irawan
Adeng Septi Irawan Mohon Tunggu... Penulis - adalah seorang pemerhati dunia hukum dan peradilan. bisa dihubungi di email irawan_34@yahoo.com

fiat justitia ruat caelum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ideologi dan Revolusi

2 April 2020   09:11 Diperbarui: 27 April 2020   12:26 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
yekapepe.blogspot.com

Dewasa ini kita seringkali mendengar istilah ideologi dan revolusi. Lalu sepintas terlintas dalam benak kita tentang apa itu ideologi dan revolusi.Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu  ideos ( ide ) dan logos (pengetahuan), jadi ideologi adalah suatu pengetahuan tentang ide.

Jika kita melihat dari esensinya ideologi memiliki posisi yang sangat riskan terhadap diri kita, Hanya dengan adanya perbedaan ideologi dalam masyarakat mampu memecah belah anggota masyarakat.

Ada sebuah asumsi yang mengatakan bahwa perang paling membahayakan di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah perang ideologi. Dengan perbedaan ideologi seringkali terjadi pergesekan antara satu dengan yang lain. Apalagi jika perang ideologi itu telah memunculkan blok atau kelompok tertentu, seperti pada masa perang dunia II antara blok barat (NATO) yang berideologi Liberal dan blok timur (Pakta Warsawa) yang berideologi komunis.

Dampak dari perbedaan ideologi inilah yang telah menciptakan perang dunia terbesar sepanjang sejarah.Hingga menelan korban yang tidak sedikit, perang ini berakhir ketika Uni Soviet Pendiri sekaligus pencetus komunis runtuh dan terpecah menjadi beberapa Negara yang kita ketahui saat ini.

Berangkat dari sebuah ideologi terkadang bisa memunculkan sebuah revolusi. Lantas apa revolusi itu sendiri. Revolusi intinya adalah suatu perubahan secara menyeluruh dalam segala lini kehidupan. Jadi suatu ideologi yang telah tertancap dalam benak seorang manusia, akan mampu memunculkan sebuah daya yang sangat luar biasa yang disebut revolusi.

Memang antara ideologi dan revolusi telah terjalin  sebuah hubungan causalitas yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Seorang manusia yang telah tertancap ideologi yang menurutnya benar akan senantiasa berusaha untuk mewujudkan ideologi yang telah mereka miliki.

Semua ideologi yang masuk dalam benak kita belum tentu bisa dijadikan landasan bagi kita dalam melangkah dan berpijak.Kita harus selektif mungkin memilih mana ideologi yang harus dilakukan dan mana ideologi yang harus ditinggalkan.

Perang Ideologi Abad 20

Hidup di abad modern bukanlah jaminan bagi kita seorang manusia, untuk terbebas dengan apa yang namanya perang ideologi. Biasanya awal mula perang ideologi itu berasal dari hal yang sangat kecil dan sepele bagi kita.

Contohnya saja seorang mahasiswa yang senantiasa mengiyakan apa yang dikatakan dosen. Ini merupakan sebuah doktrinasi yang diajarkan dosen kepada mahasiswa.Seiring berjalannya waktu lama-kelamaan doktrin tersebut akan menancap dalam dunia ide mahasiswa. Sehingga secara tidak langsung mereka melakukan dan mewujudkan doktrin yang mereka dapatkan.

Tentunya bukanlah sebuah kesalahan bagi kita untuk menerima semua pelajaran yang kita dapatkan. Tetapi kita harus mempunyai landasan yang kuat.Sehingga doktrin-doktrin jelek yang masuk akan segera terseleksi dengan baik dan tidak sampai tumbuh dan berkembang dalam otak kita.

Perang ideologi saat ini bukan hanya berada di ranah umum saja. Tetapi kini telah merambah hingga problematika agama.Akhir-akhir ini kita seolah terlena dan tanpa sadar ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan kepribadian kita mulai masuk dan mencoba untuk menancapkan ideologi mereka di tanah air. Saat ini telah banyak bermunculan ideologi-ideologi islam garis keras.

Berkali-kali tak henti-hentinya mereka melakukan injeksi doktrinasi kepada masyarakat awam yang belum paham dan mengerti betul tentang agama. Bagi mereka memberi doktrin pada orang yang tak tahu menahu soal agama lebih mudah daripada mendoktrin para kiai, ustadz, ataupun santri.

Tujuan utama mereka adalah memperbanyak jamaah mereka sehingga secara non fisik mereka telah mampu menguasai dan mengendalikan otak para masyarakat yang telah terdoktrin.

Kadangkala kita sebagai seorang muslim merasa kesal dan kecewa melihat para ormas-ormas islam yang ada di Indonesia gencar melakukan propaganda doktrinasi ajaran yang mereka miliki. Mulai dari Islam garis keras sampai garis lunak ada di tanah air.

Bahkan yang lebih ironis ada sekelompok orang-orang yang memunculkan ajaran baru yang tidak sesuai dengan syariat islam atau bisa dikatakan sesat.

Di negeri ini bukan hanya sekali, dua kali saja kita menemukan ajaran-ajaran baru yang tidak sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunah baik dalam bidang ibadah maupun muamalah (sosial). Indonesia adalah negeri yang plural sehingga memungkinkan ideologi-ideologi baru berkembang pesat di tanah air.

Dinilai dari segi kuantitas ormas islam, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah jamaah Nahdlatul Ulama (NU).Mereka menganggap bahwa NU lebih toleran terhadap budaya dan adat yang mereka miliki. Meskipun begitu NU tetap saja memberikan pengecualian tertentu terhadap budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam.

Di lain pihak banyak sekali kelompok islam garis keras yang tak terhitung yang seolah-olah mencoba untuk merubah tatanan baru kehidupan di Indonesia menjadi sebuah kehidupan yang bernafaskan islami.Jadi mereka mencoba untuk menancapkan ideologi mereka untuk memunculkan sebuah gerakan revolusi merubah tatanan Indonesia yang baru. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa sekejam-kejamnya perang fisik masih kalah dengan keganasan perang ideologi.

Antisipasi Serangan Ideologi

Mengingat keganasan dan kehebatan perang ideologi sudah seyogianya kita mulai bersiap-siap dalam menangkal semua ideologi yang kiranya mampu menjadikan pribadi kita terdoktrinasi. Langkah yang  paling efektif dalam rangka menolak setiap ideologi yang tidak sesuai dengan keyakinan kita adalah dengan mamperbanyak belajar baik ilmu umum maupun ilmu agama. Karena dengan adanya landasan idieel yang kuat akan mampu menumpas semua doktrin-doktrin yang bersifat propaganda yang cenderung menguntungkan kelompok kepentingan.

Setidaknya  kelompok masyarakat tertentu sebagai bagian dari kaum muslim tanah air harus senantiasa mempererat ukhuwah islamiyah untuk menangkal ideologi asing yang tidak islami.

Dengan tali yang erat yang dikoneksikan dengan rasa keyakinan dan keimanan yang sama akan mampu menghindari perpecahan umat islam. Umat Islam adalah satu tak peduli Ormas apapun baik NU, Muhammadiyah, HTI, dsb.

Berkali-kali kita menemukan pergeseran ideologi antara ormas islam yang satu dengan ormas islam yang lain. Sudah sepatutnya mereka menghargai satu sama lain antar pemeluk islam lainnya. Jangan saling memberikan fatwa haram terhadap ormas lain.

Inilah keburukan ormas islam kita saat ini. Jika terjadi perbedaan pendapat sah-sah saja asalkan pendapatnya tidak menyimpang dari Al Qur'an dan As Sunah.

Jika menyimpang barulah diadakan penyelesaian secara damai bukan dengan perang pasifik. Karena orang orientalis khususnya orang barat akan senantiasa senang melihat Kaum muslimin terpecah belah dan saling bermusuhan. Kiranya inilah yang harus mendapatkan perhatian serius dari kaum muslim di tanah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun