7 September 2004
Awan meneteskan air mata
Langit membawa kabar duka
Berita gencar di mana-mana
Seorang ksatria dibunuh
dengan racun di darahnya
Pencabut nyawa datang menjemput
Setan bangga berhasil menyulut
Menghilangkan akal sehat mereka
Agar Melakukan Tanpa Keraguan
Menghancurkan bersama kekuasaan
Bersembunyi dihati yang telah mati
Mereka pun mulai panggung sandiwara
Menjalankan tugas sebagai kelakarnya
Tapi tak tahu harus bagaimana menerka
Mencoreng sumpah suci dari dalam dada
Dalam ingatan kita, Munir Said Thalib abadi
Sebagai pelindung hak asasi, di mana dia berdiri.
Dengan hati tulus dan tekad yang kuat,
Dia menapaki jalan kebenaran tanpa gentar
Suara keadilan yang menggema di udara,
Penyemangat bagi yang terpinggirkan.
Dalam memperjuangkan hak setiap insan,
Dia mengajar kita arti dari cinta dan keberanian.
Meskipun kepergiannya meninggalkan duka yang dalam,
Pesannya terus bersinar, menjadi inspirasi.
Keteguhan hatiyang tak tergoyahkan,
Kau akan selalu menjadi cahaya dalam sejarah bangsa.
Dalam setiap langkah kita
Dalam setiap doa kami
Kita merayakan Munir, pahlawan sejati
Hormat dan penghargaan disematkan
Untuk Munir Said Thalib, dalam syair ini dikumandangkanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H