Mohon tunggu...
arbiansyahputra
arbiansyahputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa universitas pancasakti tegal yang sedang mengembangkan bidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

pengaruh ucapan publik figur terhadap kepercayaan masyarakat (studi kasus Gus Miftah dan penjua Es Teh)

26 Desember 2024   02:35 Diperbarui: 26 Desember 2024   02:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah dan Penjual Es Teh Sunhaji. Foto: Dok IST 

Di era digital, setiap ucapan yang dilontarkan oleh publik figur memiliki potensi besar untuk memengaruhi opini publik. Sebagai tokoh yang memiliki pengikut banyak, publik figur sering dianggap sebagai panutan, sehingga setiap kata yang keluar dari mulut mereka dapat menjadi pedoman atau justru kontroversi di masyarakat. Salah satu studi kasus yang menarik perhatian belakangan ini adalah Gus Miftah dan pernyataannya terkait fenomena seorang penjual es teh.

Gus Miftah, seorang dai kondang yang dikenal dengan gaya penyampaiannya yang santai dan modern, baru-baru ini menjadi sorotan setelah memberikan tanggapan terhadap seorang penjual es teh yang viral.

"Es teh kamu masih banyak nggak? Masih? Ya udah dijual lah, goblok," ucap Miftah. Banyak netizen mengecam peristiwa yang terjadi dalam acara selawatan di Lapangan Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang, Rabu (20/11) itu. Tidak hanya berbentuk komentar, mereka juga membagikan meme bergambar seorang penjual es sarat dengan tulisan-tulisan bentuk empati. Oleh karena kericuhan yang terjadi, Gus Miftah pun telah mengucap permitaan maaf melalui video yang diunggahnya.

https://www.detik.com/bali/berita/d-7671445/buntut-panjang-olokan-goblok-gus-miftah-ke-penjual-es-teh

            Meskipun Gus Miftah mengatakan bahwa ucapannya hanya bercanda, pertanyaan yang muncul adalah apakah beliau berani bercanda kasar seperti itu kepada orang berpangkat, seperti Mayor Teddy yang beliau kenal, atau kepada murid kesayangannya? Atau apakah beliau hanya berani bercanda kasar kepada penjual es teh karena merasa superior? Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam cara orang-orang berkuasa memperlakukan mereka yang dianggap lebih rendah status sosialnya.

https://www.kompasiana.com/yadhanzundullah9461/6766ec9a34777c09d5670b32/budaya-feodal-dan-ketimpangan-di-indonesia-kasus-gus-miftah-dan-penjual-es-teh

            Tindakan ini menuai kritik tajam dari masyarakat, yang menilai bahwa sebagai seorang tokoh agama dan Utusan Khusus Presiden, Gus Miftah seharusnya menunjukkan sikap yang lebih bijaksana dan menghormati perjuangan rakyat kecil.

https://news.detik.com/berita/d-7671564/olokan-gus-miftah-ke-tukang-es-teh-sampai-bikin-presiden-beri-teguran?

Menanggapi kritik tersebut, Gus Miftah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada Sunhaji dan masyarakat.


Menariknya, setelah insiden ini, Sunhaji justru mendapatkan berbagai bantuan, termasuk tawaran umrah gratis dan uang tunai sebesar Rp100 juta dari berbagai pihak yang bersimpati.

https://www.liputan6.com/hot/read/5818875/penjual-es-teh-di-ceramah-gus-miftah-dapat-berkah-umrah-hingga-uang-rp100-juta?

Kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya menjaga tutur kata dan sikap, terutama bagi tokoh publik yang memiliki pengaruh besar di masyarakat.

Dampak Positif: Inspirasi dan Motivasi

Ucapan publik figur seperti Gus Miftah sering kali mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat. Dalam konteks penjual es teh, pernyataan Gus Miftah dapat dianggap sebagai dorongan untuk melihat peluang dari hal-hal kecil. Pesan seperti ini penting di tengah masyarakat yang membutuhkan motivasi untuk terus berkarya dan mencari nafkah dengan cara halal. Selain itu, publik figur seperti Gus Miftah sering menggunakan platform mereka untuk menyampaikan pesan-pesan positif yang dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai moral dan etika. Dalam hal ini, Gus Miftah berhasil mengingatkan masyarakat bahwa setiap profesi, sekecil apa pun, memiliki nilai yang patut dihargai.

Dampak Negatif: Risiko Kesalahpahaman dan Polarisasi

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ucapan publik figur juga memiliki risiko untuk disalahpahami. Dalam kasus ini, ada sebagian masyarakat yang merasa bahwa pernyataan tersebut kurang mempertimbangkan realitas ekonomi yang kompleks. Ketika publik figur memberikan komentar yang terlalu sederhana terhadap fenomena sosial, ada kemungkinan pesan tersebut dianggap tidak relevan atau bahkan memicu perdebatan.

Misalnya, beberapa pihak menilai bahwa pernyataan Gus Miftah cenderung mengabaikan konteks struktural yang dihadapi oleh penjual kecil di Indonesia, seperti persaingan usaha yang ketat, ketidakstabilan harga bahan baku, serta kurangnya akses terhadap pasar yang lebih luas. Ucapan yang tidak disertai dengan konteks yang memadai juga berisiko memunculkan polarisasi di masyarakat. Beberapa pihak mungkin merasa bahwa komentar tersebut tidak adil atau tidak sensitif terhadap kondisi sosial tertentu, seperti kesenjangan ekonomi atau perjuangan masyarakat kecil.

Peran Publik Figur dalam Menjaga Kepercayaan Masyarakat 

Sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar, publik figur perlu memahami dampak dari setiap ucapan yang mereka sampaikan. Dalam kasus Gus Miftah, penting untuk memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat inspiratif tetapi juga inklusif dan mempertimbangkan berbagai perspektif masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap publik figur tidak hanya dibangun dari popularitas, tetapi juga dari kemampuan mereka untuk menunjukkan empati dan kepedulian terhadap isu-isu sosial. Ucapan yang bijaksana dan kontekstual dapat menjadi alat yang kuat untuk mempersatukan dan memotivasi masyarakat.

Kesimpulan

Studi kasus Gus Miftah dan penjual es teh menunjukkan betapa besar pengaruh ucapan publik figur terhadap kepercayaan masyarakat. Di satu sisi, ucapan mereka dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Namun, di sisi lain, tanpa penyampaian yang bijaksana dan kontekstual, ucapan tersebut berpotensi memicu kesalahpahaman atau bahkan polarisasi.

Oleh karena itu, publik figur perlu berhati-hati dalam menyampaikan pendapat mereka, terutama dalam isu-isu yang sensitif. Dengan menjaga keseimbangan antara inspirasi dan empati, publik figur dapat terus menjadi teladan yang positif bagi masyarakat.

  • Tentang penulis

Arbiansyah Putra
Arbiansyah Putra

Arbiansyah putra adalah mahasiswa aktif semester 7 di fakultas ekonomi dan bisnis universitas pancasakti tegal, sebagai anak terahir dalam keluarga, saya selalu berusaha untuk menunjukan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap masadepan saya dan keluarga untuk kedepannya nanti.  Arbi juga aktif dalam organisasi mahasiswa. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Badan eksekutif mahasiswa di fakultas ekonomi dan bisnis periode 2023 -- 2024.

Sebagai anak yang peduli dengan keluarga, saya sering membantu orang tua dengan mencari lowongan kerja yang freelance dan juga membantu orangtua saya sendiri. Melalui kegiatan ini, saya belajar banyak tentang tanggung jawab, kerja keras, dan nilai-nilai penting yang membentuk pribadi saya. Saya juga dikenal dengan sifat humoris saya, yang suka bercanda dan bisa mencairkan suasana, sehingga membuat orang-orang di sekitar saya merasa lebih nyaman.

saya juga suka bermain gitar, meskipun saya belum begitu mahir. Saya sering menghabiskan waktu luang untuk belajar lebih banyak tentang musik dan mencoba memainkan berbagai jenis lagu. Hal ini memberi saya rasa santai dan menyenangkan dalam keseharian.

Dengan segala minat dan kegiatan yang saya jalani, saya berusaha untuk menjadi sosok yang ceria, penuh semangat, serta memiliki dedikasi tinggi terhadap keluarga dan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun