Kalia berhenti sejenak di sebuah warung yang ada di seberang cafe untuk membeli minuman, kerongkongannya terasa sangat kering. Ia hampir meneguk semua isi dalam botol minumannya. "Haus banget kayaknya" kalia merasa pernah mendengar suara orang ini sebelumnya, ia pun berbalik sambil tetap meminum minumannya. Hampir saja ia tersedak melihat orang yang ada di depannya. "Ngapain lo?" ucapnya tak senang.Â
"Gue belum selesai ngomong, lo udah ninggalin gue. Gue Thian" Thian mengulurkan tangannya pada Kalia
"Gue ga ada waktu ngeladenin orang gila kayak lo, kenal juga ga, udah ngajakin nikah"Â
"At least, diantara orang-orang yang dikenalin sama nyokap lo, cuma gue yang langsung ngajak lo nikah, ga pake pacar-pacaran yang menurut gue wasting time"Â
"Iya sih... tapi..."
"Tapi apa?" tanya Thian. "Kecepetan? atau lo takut buat nikah?
"Ng...gak, gue ga takut. kata Kalia sedikit tergagap. Gue cuma ga bisa aja nikah sama orang asing kayak lo"
"Makanya gue kenalin diri biar lo bisa kenal sama gue, Athian Maulana tapi lo bisa panggil nama kecil gue, Thian" ujarnya kembali mengulurkan tangan pada Kalia
"Kalia Putri, panggil aja gue Kalia" Kata Kalia sembari menyambut tangan Thian
"Oke, Kal, gini deh gue kasih waktu lo buat mikirin omongan gue di cafe tadi, Gue ga akan maksa lo, kalo lo emang ga mau. Tapi gue akan sangat berterimakasih sama lo kalo lo mau nolongin gue".
Seumur hidup Kalia, dia sudah biasa dimintai tolong oleh teman-temannya bahkan oleh orang yang baru saja ia temui. Tapi diminta untuk menikah?? itu bukan hal main-main. sepanjang perjalanan pulang, dia cuma diam sembari sesekali melihat Thian yang sedang mengemudikan mobilnya. Kalia memastikan kalau ia tidak sedang berhalusinasi, ia mencubit-cubit tangannya.