**
Tak sedetikpun ia beranjak dari kursinya. Ia begitu penasaran sampai mana gadis itu bisa bertahan dibawah derasnya hujan. Senyumnya berganti rasa khawatir ketika tahu gadis itu tidak segera masuk ke dalam rumahnya padahal hujan sudah berhenti. Ia mengambil handuk, dan teh yang baru saja diseduh pembantunya.
**
Petrichor merasa ada sesuatu yang hangat menutupi tubuhnya yang basah, ia membuka matanya. Saat itu juga seulas senyum dari orang yang ada dihadapannya ini membuat hatinya juga hangat. "Igo, sudah berapa lama kau berada disitu?" tanya Petrichor.
"Cukup lama untuk melihat tangan-tanganmu yang mulai membeku" jawabnya khawatir "Cepat kau minum teh ini" lanjutnya menyerahkan secangkir teh melati panas yang ia bawa.
"Kau baik sekali, terimakasih" mereka duduk diteras rumah, bercerita tentang apa saja yang mereka sukai.
"Igo, kau tahu mengapa aku sangat suka hujan dan bau sehabis hujan?" Igo menggelengkan kepalanya
"Coba pejamkan matamu, tarik nafas yang dalam" Igo menuruti semua perkataan Petrichor
"Lalu apa yang kau dapat?" tanyanya lagi
"Hmm... aku tak yakin tapi aku mencium bau yang unik"
"Ya, memang... itulah bau yang aku suka. Bau dari hujan pertama sehabis musim kemarau, aromanya khas"