"Mereka hanya percaya dengan adanya Covid-19, setelah mereka sendiri terinfeksi Covid-19. Kalau benar-benar dilakukan tes Covid-19 terhadap masyarakat, pasti akan banyak sekali yang positif Covid -19 untuk kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) atau dulu disebut Orang Tanpa Gejala (ODP)," ucap BD.
Itu sebagian perbincangan dengan BD dan bisa dibayangkan 17 hari tanpa Tracing, mungkin sudah banyak terinfeksi. Karena suami SY tetap bekerja seperti biasanya, setelah mengantar SY ke Rumah Sakit, keluarganya pun tetap beraktivitas seperti biasa.
Lalu bagaimana kemungkinan terinfeksinya SY di salah satu klinik kesehatan di Banjarmasin, yang menurut cerita SY, situasi menunggu antrian berobat saat itu pasiennya sangat banyak, ia menunggu dari Ashar hingga lepas Isya. Infeksi bisa saja terjadi dari salah satu pasien ke pasien yang lain, dan setelah 17 hari tanpa Tracing, telah menyebar ke mana lagi virusnya.
Atau di kemungkinan kedua, terinfeksi saat di taksi travel, karena supir travelnya tidak mengenakan masker. Dan setelah 17 hari tanpa Tracing, tentunya taksi travel tersebut sudah mengangkut banyak penumpang lain.
Membandingkan dengan koordinasi yang cepat antara Rumah Sakit dan Satgas Covid-19 di Banjarmasin. Salah seorang kenalan di Sungai Andai menuturkan, bahwa anak tetangganya dinyatakan positif Covid-19 saat di rawat di Rumah Sakit, dan tak berselang lama datang Satgas Covid-19 melakukan Tracing dan isolasi mandiri untuk keluarga pasien. Koordinasi yang cepat, Tracing dan tes Covid-19 yang cukup banyak, wajar kalau Banjarmasin tertinggi kasus Covid-19nya di Kalsel.
Abainya masyarakat terhadap protokol kesehatan saat di jalan raya, tidak hanya terjadi di Tanjung saja, tapi juga terjadi di daerah-daerah lain di Kalsel. Namun ada sedikit pengecualian di Banjarmasin, karena 99% masyarakat yang berlalu lalang di jalan raya mengenakan masker dengan benar. Akan tetapi, setelah sampai di tujuan atau saat bertemu seseorang, kebanyakan masker diturunkan pada dagu bahkan dilepas, lalu bersalam-salaman seperti biasa sebelum ada pandemi.
Melihat dari kelalaian ini, maka laporan data tertulis, bisa saja tidak sesuai dengan kenyataannya dilapangan.
Katakanlah ini hanya satu kasus kelalaian, dan tidak membawa pengaruh yang signifikan untuk data positif Covid-19 di Tabalong. Ya, ini memang hanya satu kasus, yaitu satu kasus yang ketahuan, bagaimana dengan kasus-kasus yang tidak ketahuan, entah di Tabalong atau daerah lain di Kalsel, yang mungkin saja terjadi!
Sumber :
#LulungkangLantingBanjar