Penulis berpikir, kalau dijawab sesuai aturan pemerintah, tentu tidak akan berpengaruh, sudah pasti akan dibantah lagi. Karena bagi sebagian masyarakat yang religius, akan berbeda ceritanya.
Maka penulis katakan, "amun basunyian haja, imbah itu ada nang garing kana Covid-19, badosa banar nang basunyian tadi. Apalagi amun nang garing tadi sampai maninggal dunia, jadi dosa ganal. (Kalau diam-diam saja, lalu ada yang sakit terinfeksi Covid-19, maka berdosa yang diam saja tidak melaporkan. Apalagi kalau yang sakit tersebut sampai meninggal dunia, maka menjadi dosa besar)."
Akhirnya tidak ada lagi yang mencoba membantah dalam chat grup whatsapp.
Ada 2 kemungkinan SY tertular Covid-19, yaitu saat berobat di salah satu klinik di Banjarmasin atau saat pulang ke Tanjung menggunakan Taksi Travel.
Paginya, Senin, 12 April 2021, penulis mencoba menghubungi Call Center Satgas Covid-19 Kalsel dari Dinas Kesehatan, untuk menanyakan apakah bisa Tracing antara dua daerah dan apakah tetap dilakukan Tracing setelah 17 hari berlalu. Tapi 2 nomor telepon yang tertera di corona.kalselprov.go.id, tidak bisa tersambung.
Selanjutnya penulis menghubungi Call Center Satgas Covid-19 Tabalong, dan tersambung dengan salah satu petugas berinisial BD. Setelah melaporkan kondisi SY yang tidak ada Tracing, terjadi perbincangan dan tanya jawab antara penulis dan BD.
BD mengatakan, tetap akan dilakukan Tracing walau sudah berlalu 17 hari. Satgas Covid-19 Tanjung tidak melakukan Tracing karena tidak ada laporan dari Rumah Sakit. Sehingga adanya kemungkinan kelalaian dari pihak Rumah Sakit melakukan pelaporan tersebut.
Tracing yang akan dilakukan hanyalah siapa-siapa yang kontak dengan  SY, seperti suaminya dan keluarganya. Sedangkan dari mana SY terinfeksi Covid-19, tidak memungkinkan lagi, karena sudah terlalu luas jangkauannya.
Menurut BD, tidak bisa dilalukan Tracing antar daerah seperti antara Tanjung  dan Banjarmasin, karena itu akan sangat menyuliktan. Bisa saja dilakukan koordinasi dengan Satgas Covid-19 Banjarmasin, namun apakah akan dilakukan Tracing atau tidak di Banjarmasin, terserah pada Satgas Covid-19 Banjarmasin.
BD mengakui, tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat di Tanjung dan Tabalong umumnya, sangat minim dalam menerapkan protolol kesehatan, hal ini terlihat pada aktivitas sehari-hari di jalan raya, banyak masyarakat yang tidak mengenakan masker, hanya mengenakan masker apabila ada rajia dari petugas Satgas Covid-19. Atau masker yang dikenakan posisinya tidak benar. Tidak hanya di jalan, tapi juga di tempat ibadah, banyak yang mengabaikan protokol kesehatan.
BD khawatir pada Ramadhan ini akan terjadi lonjakan kasus positif Covid-19, dengan adanya shalat tarawih berjamaah di tempat ibadah. Himbauan dan sosialisasi untuk menerapkan protokol kesehatan, bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan ulama sudah pula dilakukan, namun tetap saja banyak manyarakat yang abai.