Mohon tunggu...
Akhmad RizalArifudin
Akhmad RizalArifudin Mohon Tunggu... Programmer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rayuan Maut Laut China Selatan, Pemicu Perang Dunia Ketiga?

9 Mei 2024   16:49 Diperbarui: 9 Mei 2024   23:27 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari rangkuman pemberitaan media online

Diolah dari rangkuman pemberitaan media online
Diolah dari rangkuman pemberitaan media online

Melihat riwayat kejadian yang telah terjadi, tentunya menarik untuk juga membahas mengenai bagaimana implikasi LCS terhadap stabilitas perdamaian dunia. Terlebih konflik di LCS ini ternyata layaknya gunung es yang hanya terlihat permukaannya saja. Berikut adalah forecasting kelanjutan konflik LCS berdasarkan teori dan data yang ada. 

Perang Dunia Ketiga 

Kemungkinan pertama ini adalah ekskalasi paling ekstrem yang dapat terjadi akibat permasalahan LCS. Seperti yang diketahui bersama bahwa kedamaian dunia saat ini sedang terganggu dengan adanya beberapa peperangan yang tengah terjadi, seperti antara Israel dan Palestina, Iran dan Israel, hingga Rusia dan Ukraina. Dengan pecahnya peperangan di LCS, bukan tidak mungkin akan memprovokasi terjadinya perang dunia ketiga. Dalam peperangan ini akan terbagi menjadi dua blok, pihak pro-China dan kontra-China. 

Konflik di kawasan perairan tersebut juga akan melibatkan negara-negara besar dan adidaya, yang memiliki tujuh dari sepuluh angkatan bersenjata terkuat di dunia, dengan tiga angkatan laut terbesar, selain juga merupakan kekuatan nuklir dunia. Sampai saat ini, setidaknya ada dua negara adidaya dengan kubu berbeda yang ikut dalam "Show of Power" di wilayah LCS, yaitu Rusia sebagai sekutu China dan AS yang mendukung ASEAN. Kedua negara super power tersebut akan membuka peluang terciptanya aliansi yang lebih besar dengan negara-negara pendukungnya. 

Perang antar Negara 

Dalam skala ekskalasi yang lebih ringan, konflik berkepanjangan di wilayah LCS akan membuat negara-negara yang terlibat memutuskan untuk mengangkat senjata, dengan tanpa adanya intervensi dari negara lain yang tidak berkepentingan. Dalam kasus ini, peperangan hanya terjadi antara ASEAN dan Taiwan melawan China. Bukan berarti negara lain benar-benar tidak ikut campur, melainkan terlibat di balik layar sambil berusaha menjaga stabilitas perdamaian dunia di permukaan. Menurut Cameron G. Thies, strategi ini disebut dengan penyeimbang atau "balancer", yang ditunjukkan dengan mengusahakan "deadlock" terhadap isu vital yang terjadi di LCS. Posisi ini dapat diambil suatu negara jika isu merupakan isu vital, namun kapabilitas negara terbatas atau kurang untuk bisa meraihnya. Pada kenyataannya, baik negara-negara pro-China maupun kontra-China masih belum menunjukkan langkah militer yang agresif dan cenderung memberikan tindakan suportif, seperti bantuan dana dan pernyataan dukungan secara diplomatis. 

Revisi Peta Dunia 

Forecasting ketiga adalah terjadinya perubahan pada peta dunia yang ada saat ini. Dalam hukum internasional, terdapat 4 cara memperoleh wilayah, yaitu prescription (perolehan wilayah melalui pendudukan secara damai), conquest/annexation (perolehan wilayah melalui cara penaklukan secara paksa), cessie (perolehan wilayah negara melalui perjanjian antar negara), serta accretion (yaitu perolehan wilayah negara karena perubahan geografis). Dalam sengketa LCS, tindakan China dapat dikategorikan sebagai annexation karena China melakukan klaim secara sepihak atau secara paksa tanpa adanya persetujuan pihak lain. Sebenarnya, China juga pernah mencoba cara cessie dengan membawa permasalahan ini ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Akan tetapi, cara ini gagal membuat China mendapatkan wilayah LCS yang diinginkan. Berdasarkan UNCLOS 1982, China masih memiliki 2 kesempatan untuk menuntut wilayah LCS pada Mahkamah Internasional maupun Mahkamah Hukum Laut. Apabila nantinya China mengambil langkah ini dan tuntutannya dikabulkan, maka akan terjadi perubahan batas wilayah kepemilikan LCS pada peta dunia. 

Terbentuknya Blok Kekuatan Dunia 

Ketegangan yang terjadi di LCS, berpotensi memicu terciptanya kembali Blok Komunis dan Blok Liberal. Hal yang paling jelas terlihat adalah merekatnya negara-negara komunis dalam mendukung China. Dukungan Rusia terlihat dengan latihan militer bersama yang dilakukan di LCS pada 29 Januari 2024 lalu. Sementara itu, pada 15 Juli 2020 Korea Utara juga sempat menyatakan keberpihakannya pada China saat Menlu Korea Utara menyalahkan komentar Menlu Amerika Serikat yang menolak klaim Beijing di LCS. Rentetan peristiwa ini menandakan kemungkinan terbentuknya blok komunis yang terdiri dari Rusia-China-Korea Utara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun