***
Jalanan ini ditumbuhi banyak kenangan, malam ini mereka bermekaran. Harum nya bertebaran memenuhi langit, dan udara menjadi begitu pekat dengan aroma aroma kenangan itu. Warna peraknya berkilat kilat ketika diterpa sinar rembulan, kenangan yang bermekaran itu mirip dengan mawar, tapi sungguh, ia lebih indah. Tangan ku terjulur untuk memetiknya. Aku ingin membawanya pulang, agar aku selalu ingat padamu, Anjani.
“Hai!! Apa yang kau lakukan disana?! “ seorang laki laki mendekat, ia setengah berlari di antara kenangan kenangan itu.” Berhenti !! jangan petik bunga itu, itu bunga kutukan!”
Apa? apa maksudnya? Bunga kutukan? Aku tak mengerti apa yang ia bicarakan, ini kenangan ku, bukan bunga kutukan. Aku akan memetiknya dan membawanya pulang.
“ Ini adalah bunga kutukan, jangan coba coba memetiknya jika kau tak mau dikutuk!”
“ Apa? dikutuk?, siapa yang akan mengutukiku? Lalu siapa kau...?”
“ Akulah yang menjaga semua bunga bunga kutukan ini, dan .... Ah !! sudahlah, lebih baik kau pergi sekarang! Pergilah jika kau tak ingin dikutuk. Pergilah! Dan jangan pernah kembali lagi “ ia mengusirku.
“ Tunggu..! kau “ aku tak berani melanjutkan pertanyaan ku ketika mata pemburunya menatapku tajam sekali, seperti serigala yang siap menerkam seekor kijang. Aku memalingkan badan dan lelaki itu masih disitu dengan mata pemangsanya.
Aku harus kembali dengan kenangan itu, tapi bagaimana caranya? Kenangan itu dijaga oleh lelaki berwajah menyeramkan. Maka aku putuskan untuk mengambilnya diam diam ketika lelaki itu pergi.aku akan menunggu sampai lelaki itu pergi. Dengan hati hati, aku mengendap-endap dalam kegelapan. Aku bersembunyi disemak semak. Lelaki itu masih disana, aku mengawasi setiap pergerakannya dari selah sempit diantara dedaunan. Beberapa jenak kemudian, lelaki itu kembali berjalan ke tempat ia muncul lalu lesap dalam kegelapan. Aku berjalan cepat, dan berhati hati, agar tak menimbulkan suara sedikitpun saat mendekati kenangan itu. Aku memetiknya setangkai lalu menyimpannya dalam saku jaket ku. Tapi lelaki iti akhirnya kembali, kali ini ia berlari sekencang kencangnya.
“ Hai!! Apa yang kau lakukan? kembalikan bunga itu!!” ia mengejarku, tapi aku sudah lebih dulu berlari. Aku berlari sekencang kencangnya. Di perempatan jalan, aku berbelok dan sembunyi di kolong truk. Dengan begini lelaki itu tak akan menemukanku. Aku sempat mendengar derap langkahnya mendekat, tapi kemudian menjauh lagi. Sepertinya lelaki itu terkecoh.
***