Tidak terasa sudah nyaris setahun saya menjadi warga Bandung. Kota ini punya landscape, budaya, juga moda transportasi yang agak berbeda dengan kota yang saya tempati sebelumnya, Palembang. Jika Palembang adalah dataran rendah yang didominasi tanah berawa nan panas, Bandung adalah kota pegunungan yang sejuk. Ah, sungguh tak sabar rasanya ingin menjelajah setiap sudut Bumi Parahiyangan ini.
Namun apa daya, tanggung jawab sebagai ibu baru dengan dua putri kembar membuat ruang gerak saya terbatas saat ini. Saya belum bisa bepergian terlalu jauh atau terlalu lama karena dua bayi yang masih harus disusui.Â
Meski demikian, suami saya rajin mengingatkan untuk tidak melupakan diri sendiri. Seorang ibu juga berhak membahagiakan diri. Karena pada akhirnya, anak-anak tidaklah butuh sosok ibu yang sempurna. Mereka butuh ibu yang berbahagia.
Maka dari itulah, dalam rangka menjaga diri tetap bahagia, saya memutuskan menikmati akhir pekan di luar rumah. Nge-date berdua dengan suami pun jadi pilihan. Tentunya setelah memastikan stok ASI perah untuk kedua bayi cukup dan mereka sudah dititipkan pada tangan yang tepat dan terpercaya, yakni eyangnya sendiri.
Menjajal KAI Commuter Line Bandung Raya
Tidak banyak pilihan kegiatan yang bisa dilakukan ibu menyusui karena mempertimbangkan stamina yang terbatas. Tapi berhubung saya bosan kalau sekadar nonton atau ngopi-ngopi cantik di cafe, saya akhirnya request jalan-jalan naik kereta. Tidak usah jauh-jauh, yang penting bisa menikmati view Jawa Barat dari kereta seperti yang biasa saya lakukan di Palembang dengan LRT-nya.
Jadilah saya dan suami menjajal KAI Commuter Line pada Sabtu (2/9) lalu. Kami naik dari stasiun Kiaracondong yang dekat rumah, dengan tujuan stasiun Padalarang. Alasannya karena saya sudah pernah menjelajah ke Timur Jawa Barat, kini giliran sisi Baratnya.
To be honest, saya baru tahu kalau Jabar punya Commuter Line dengan nama Commuter Line Bandung Raya. Tapi rupanya memang terhitung baru di-branding. Baik armada maupun rutenya masih menggunakan branding yang lama, yakni Kereta api Lokal Bandung Raya Ekonomi. Ditjen Perkeretaapian bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung berencana akan mengelektrifikasi jalur Commuter Line Bandung Raya sehingga akan dikonversi menjadi KRL Commuter Line. Fase satunya akan dimulai tahun depan.
Pintu masuk Commuter Line Bandung Raya di stasiun Kiara Condong berada di sisi Selatan (Jl. Stasiun Lama) untuk membedakan dengan akses kereta jarak jauh di sisi Barat (Jl. Ibrahim Adjie).Â
Untuk tiket ke Padalarang dari Kiara Condong, harganya hanya Rp 5 ribu saja. Murah sekali. Padahal jaraknya mencapai 25 km lebih. Tidak terbayang jika harus motoran berpanas-panasan atau naik angkot berkali-kali karena rutenya tidak bisa sekali jalan.
Untuk pembelian tiket hanya bisa dilakukan melalui aplikasi Access by KAI. Meski masih melayani pembelian secara langsung dan tunai, tetapi hanya diperuntukkan bagi lansia.
Entah karena belum dielektrifikasi dan masih menggunakan armada kereta lokal lama, pembelian tiket Commuter Line Bandung Raya di aplikasi Access by KAI masih masuk kategori "Kereta Lokal".
Tetap Nyaman, Meski Masih Banyak Kekurangan
Naik Commuter Line Bandung Raya memberi pengalaman berbeda dengan Commuter Line yang pernah saya jajal di Yogyakarta, tepatnya saat melakukan perjalanan ke Prambanan dan Solo beberapa tahun lalu.
Armada Commuter Line Bandung Raya masih menggunakan armada kereta lokal pada umumnya. Interiornya sama persis dengan kereta ekonomi jarak jauh pada umumnya dengan kursi saling berhadapan. Berbeda dengan Commuter Line Yogyakarta yang interiornya memang didesain untuk penumpang berdiri.
Plusnya, penumpang yang kebagian tempat duduk bisa menikmati fasilitas "meja kecil" dan stop kontak yang terpasang di dekat jendela. Minusnya, jadi menyulitkan pergerakan penumpang yang berdiri karena sempit. Kereta sudah sesak oleh kursi-kursi yang tertata dalam formasi 3-2.
Saat saya dan suami naik dari Kiaracondong, kereta penuh sesak oleh banyaknya penumpang. Saya harus berdiri karena sudah tidak kebagian tempat duduk. Untunglah hal itu tidak berlangsung lama karena sebagian besar penumpang kemudian turun di Stasiun Bandung. Kemungkinan mayoritas penumpang tersebut adalah warga yang tinggal di pinggiran kota dan ingin menikmati akhir pekan di kota Bandung.
Alhasil, selama sisa perjalanan ke Padalarang, saya dan suami bisa duduk dengan nyaman. Bahkan bisa bebas berpindah-pindah kursi karena banyak yang kosong.
Sepanjang perjalanan, saya menikmati pemandangan barisan pegunungan yang tampak dari kejauhan dari balik jendela kereta. Saya juga melihat sejumlah proyek untuk jalur kereta cepat yang masih terus dibenahi.
Cuaca Bandung sangat panas di pagi menjelang siang hari itu. Namun saya tetap menikmatinya dengan nyaman dari dalam gerbong kereta yang dingin oleh AC.
Setiba di Padalarang saya dan suami hanya makan siang sambil mengeksplor sekitar stasiun sebentar. Sebetulnya saya juga ingin sekali mampir ke Puspa Iptek Sundial yang merupakan museum sains dan teknologi. Lokasinya dekat sekali dengan stasiun.
Tapi saya tahu kalau dua bayi saya menanti di rumah. Saya tidak boleh egois dan pergi berlama-lama. Cukuplah dulu hari itu, biar ada alasan untuk berkereta ria kembali kapan-kapan.
Harapan untuk Commuter Line Bandung Raya
Selain untuk sarana transportasi, Commuter Line Bandung Raya rupanya bisa jadi opsi untuk berekreasi di akhir pekan. Terlebih jika punya anak balita, bisa sekalian jadi sarana edukasi yang murah meriah. Percayalah, anak-anak pasti senang diajak naik kereta.
Saya percaya, Commuter Line Bandung bisa menjadi moda transportasi andalan untuk menjelajah Bumi Parahiyangan. Banyak harapan saya agar kereta ini menjadi lebih baik ke depannya.
Berikut sejumlah harapan saya untuk Commuter Line Bandung Raya :
    1. Segera dielektrifikasi
Armada kereta rel listrik tentunya akan membuat penumpang lebih nyaman, bahkan jika harus berdiri. Semoga bisa segera dielektrifikasi dan proyeknya bisa berjalan tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti.Â
Integrasi dengan bus damri atau angkot
Terkadang stasiun yang ada masih cukup jauh dengan tempat-tempat yang dituju penumpang. Akan lebih membantu, terutama untuk wisatawan asing jika sudah terintegrasi dengan transportasi yang lain seperti bus damri atau angkot.Â
Tambah jalur dan stasiun
Saya berharap lebih banyak jalur dan stasiun yang dilayani Commuter Line Bandung Raya ini agar semakin banyak wilayah di Bumi Parahiyangan yang bisa diakses dengan harga murah dan armada yang nyaman
Siapkan PIN Penumpang Prioritas
Saat saya menjajal Commuter Line Bandung Raya, masih belum tersedia fasilitas PIN untuk penumpang prioritas. Hal ini akan sangat menyulitkan terutama bagi ibu hamil, lansia, dan penumpang prioritas lainnya jika kondisi kereta penuh. Semoga jika sudah dielektrifikasi kelak, Commuter Line Bandung Raya bisa memfasilitasi hal ini.
*
Demikian kesan dan harapan saya terkait Commuter Line Bandung Raya ini. Terlepas dari masih banyak hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan, saya sangat berterima kasih dengan hadirnya moda transportasi yang nyaman tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H