Saya tumbuh besar dengan berteman dengan kental manis yang dulu dikenal dengan SKM (susu kental manis). Saya rutin mengkonsumsinya dengan cara diseduh, satu gelas setiap pagi. Rupanya saya tidak sendirian, nyaris seluruh anak-anak generasi 90an di lingkungan saya saat itu juga rutin mengonsumsi SKM dengan cara diminum.Â
Demikian pula dengan warga di Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang hingga saat ini masih ada yang memberi anak-anak bayi dan balitanya dengan kental manis yang diminum layaknya susu pada umumnya.
Berbeda dengan susu formula, susu UHT, atau susu segar, kental manis sebetulnya bukanlah susu. Sebab kandungan terbesar di dalam kental manis adalah gula yang tidak memenuhi kebutuhan gizi untuk bayi dan anak. Alih-alih kental manis, anak-anak perlu diberikan asupan gizi seimbang dengan panduan Isi Piringku yang disosialisasikan Kemenkes.
Hal tersebut disampaikan Bidan Antri Ariani.,SST.,M.Kes di hadapan puluhan warga Kelurahan Rancaekek Wetan, Kabupaten Bandung Jumat (25/8). Bertempat di GOR Desa Rancaekek Wetan, Bidan Antri memberi edukasi kepada warga setempat terkait penggunaan atau konsumsi susu kental manis yang tepat, yakni hanya sebagai topping atau campuran makanan dan minuman.
"Kental manis bukanlah susu karena kandungan susu di dalamnya hanya sedikit dan lebih banyak gulanya. Penggunaannya hanya sebagai topping makanan. Untuk ditaro di roti bisa, atau puding. Tapi bukan menjadi pokok utama yang diberikan kepada bayi atau balita setiap hari," jelas Antri.
Puluhan audience yang didominasi oleh ibu-ibu yang membawa balita-nya tampak serius menyimak penjelasan Bidan Antri. Mereka juga antusias bertanya ketika sesi tanya jawab dibuka. Dengan sabar, bidan Antri menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan warga satu per satu.
Bidan Antri merupakan salah satu peserta Lomba Edukasi Bidan Sahabat Ibu dan Anak yang digelar oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat. Bersama sejumlah bidan lain dari wilayah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, peserta lomba akan dinilai bagaimana mereka mengedukasi masyarakat, khususnya perempuan, dalam Perangi Gizi Buruk, Edukasi Pangan Rendah Gula, Garam, Lemak dan Peruntukan Kental Manis untuk Menciptakan Generasi Emas 2045. Adapun lomba tersebut berlangsung pada 22-25 Agustus 2023 lalu.
Camat Rancaekek, Ir. H. Diar Hadi Gusdinar, M.Si yang turut hadir dan membuka acara secara resmi mengaku senang dengan adanya peserta lomba yang berasal dari wilayahnya. Pihaknya menyambut baik dengan terselenggaranya Lomba Edukasi Bidan Sahabat Ibu dan Anak tersebut karena bisa meningkatkan kompetensi para bidan dalam memberi edukasi kepada warga. "Saya berterima kasih kepada YAICI dan IBI yang menggelar lomba ini, terlebih ada dua bidan dari Kecamatan Rancaekek yang menjadi peserta. Dengan adanya lomba ini, diharapkan bisa memotivasi bidan-bidan yang lain dalam memberi pelayanan dan edukasi kepada warga, khususnya dalam rangka  memerangi stunting dan Menciptakan Generasi Emas 2045," kata Diar Hadi.
Diakui Diar, sejumlah warga di wilayahnya memang masih ada yang belum teredukasi terkait gizi yang baik dan penggunaan kental manis. "Karena masih terbatasnya pengetahuan, memang masih ada warga yang memberi kental manis ke anak dengan cara diminumkan angsung dengan air. Maka dari itu, kami sangat menyambut baik adanya sosialisasi dan edukasi semacam ini. Diharapkan untuk ke depannya warga, khususnya para ibu semakin pintar dan bijak dalam memberi asupan nutrisi, gizi yang baik untuk anak terutama di 1000 hari pertama kehidupannya," ujar Diar Hadi.
Supriyati Yuli dari YAICI bersama Ibu Saidah dari IBI yang keduanya bertindak sebagai juri dalam agenda tersebut mengaku terkesan atas antusiasme warga Rancaekek dalam mengikuti Edukasi Bidan Sahabat Ibu dan Anak.Â
Disampaikan Yuli, pihaknya sangat menghargai kejujuran sejumlah warga yang mengakui bahwa dirinya masih memberi kental manis kepada anak-anaknya. "Kejujuran itu harus diapresiasi, karena tentunya wajar jika masih ada yang memberikan kental manis layaknya susu lantaran ketidaktahuan. Justru itulah alasan utama mengapa lomba edukasi ini digelar, agar warga yang semula tidak tahu menjadi tahu, sehingga ke depannya akan lebih baik lagi dalam memberi asupan gizi kepada anak-anaknya," kata Yuli.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H