Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Segores Luka Shiha

19 Januari 2018   00:36 Diperbarui: 19 Januari 2018   01:05 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nah, Shiha. Seperti yang ayah bilang kemarin, mulai hari ini ..., kakakmu, Arya, akan tinggal di sini. Ayah tidak mau mendengar kalian ribut atau bertengkar dengan alasan apapun. Kalian sama-sama sudah dewasa. Mengerti?"

"Mengerti, Ayah," sahut Shiha. Sementara Arya hanya mengangguk misterius.

Ketika ayahnya lanjut berbicara, Shiha kembali memperhatikan Arya. Meski hanya mengenakan celana jeans dan kaos biru tua lengan panjang, bagaimana bisa dia terlihat begitu rapi? Juga jemari yang terkatup di atas pahanya itu, benar-benar panjang dan lentik seperti milik para penari Bali. Mata Shiha bergerak, beralih menatap jemarinya sendiri yang gemuk dan pendek-pendek, yang tampak sejuta kali lebih mengenaskan lantaran semua kukunya punya ujung bergerigi bekas digigiti.

"... Nah, Arya. Ayah harus ke Jakarta sekarang." Anwar melirik jam tangannya. "Ada pertemuan dengan pasangan calon yang partai ayah usung untuk pilkada nanti. Besok juga ada rapat internal fraksi di Senayan. Kamu baik-baik di sini, dan..., ingat janjimu?"

"Baik, Ayah," jawab Arya singkat. Matanya lalu mengikuti punggung Anwar yang kemudian menghilang di balik pintu.

Shiha juga memandang ke punggung ayahnya. Namun ada sesuatu yang sedikit mengusiknya. Anwar Sunindyo, pengusaha sukses yang belakangan merambah dunia politik itu belum pernah satu kali pun berbicara selembut itu pada putrinya. Tapi mengapa gaya bicaranya pada  Arya begitu ...  lain?

Sensasi cemburu yang tidak menyenangkan mendadak melanda hati Shiha. Benar-benar tidak enak. Masa hari pertama pertemuannya dengan kakak harus dibumbui dengan rasa iri, sih?

"Kamu..., sudah besar ya, Na?" kata Arya, memecah keheningan canggung di antara mereka. Suara Arya terdengar begitu  lembut dan jernih. Ditambah aksen medhok dan lambat khas Jogja, membuatnya terdengar agak sedikit feminin untuk ukuran lelaki. "Dulu terakhir ketemu, kamu masih belum bisa bilang 'r'...."

"Na?" Shiha mengernyit bingung.

"Na..., Naka. Mayonaka..., itu namamu, kan?"

Shiha mengangguk. Mayonaka Shiha Sunindyo lengkapnya. Tapi Shiha tak suka nama Mayonaka. Tidak setelah teman-teman SD-nya kerap memelesetkannya jadi "Mayonesse".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun