Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Menggambar Masjid yang Ada Salibnya

17 November 2016   14:32 Diperbarui: 17 November 2016   14:42 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Na... Jika ini sudah menyangkut agama, maka kau tak bisa menganggapnya sebagai 'hanya sebuah gambar'. Keputusanku sudah bulat. Aku akan menjalani hukuman 5 tahun ini..."

"Tapi, Za...," Nawang memohon, nyaris menangis sekarang. "Setidaknya, katakan alasanmu membuat gambar itu. Kau selalu bungkam, tidak pernah membela dirimu sendiri.... itu membuat mereka salah paham, kau perlu meluruskannya..."

"Biarkan saja, Na. Aku tidak peduli jika seluruh dunia salah paham. Toh, Tuhan yang kusembah tidak mungkin salah paham... Dia sungguh Maha Tahu. Itu cukup bagiku..."

Afza memejamkan matanya beberapa saat. Keyakinannya akan Tuhan telah mendamaikan hati dan menenangkan jiwanya. Tak ada lain yang dirasanya kecuali ikhlas semata.

 Ketika membuka matanya kembali, Afza melihat gadis manis berlesung pipi yang duduk di depannya itu menangis. Tangisan yang cantik, batin Afza. Air mata telah membuat wajah Nawang berkilau seperti malaikat.

Afza tersenyum. Dia sudah mantap memilih kata-katanya. Dia hanya perlu mengatakannya pada Nawang...

***

Tangis Nawang tak kunjung surut meski sudah berjam-jam meninggalkan rutan. Gagal sudah upaya terakhirnya membujuk Afza agar berjuang lepas dari jerat hukum yang tak adil. Sahabat kecilnya itu benar-benar menggadaikan 5 tahun hidupnya untuk sebuah tuduhan tak berdasar.

Hati Nawang sakit karena penghakiman orang-orang atas Afza : Penoda agama yang lancang mempermainkan simbol-simbol sakral, penghujat Tuhan, pendiri aliran sesat, penista kitab suci, dan sederet tuduhan keji lainnya.

Oh, andai manusia-manusia itu tahu jika tak pernah satu kumandang adzan pun yang diabaikan Afza. Andai mereka bisa mendengar berapa banyak juz Alquran yang telah dihafalnya. Andai mereka melihat, bahwa lebih dari separuh gajinya sebagai ilustrator selalu disedekahkan pada kaum yang membutuhkan. Andai mereka bisa meraba, bahwa Afza selalu menjaga setiap laku dan lisannya agar tak menyakiti siapapun...

Juga tentang gambar itu..., andai mereka tahu, bahwa Afza menggambar sebuah masjid yang ada salibnya itu dengan luka hati yang sama sekali tak ada hubungannya dengan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun