Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Rembulan Merah Darah

30 September 2016   08:12 Diperbarui: 20 April 2017   12:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Wait There.

Ibu masih memainkannya. Namun ketika sampai di nada yang harus dimainkan dengan makin cepat, semakin deras pula air mata mengalir di pipi ibu. Mencipta guncangan hebat di bahunya.

Aku tergugu melihatnya...

Oh, betapa ingin kupeluk ibuku. Biar kuhapus kristal itu dari matanya. Biar kubalut luka di batinnya.

Perlahan, kudekati ibu. Aku tidak tahan lagi. Aku sungguh ingin memeluknya. Ingin kukatakan bahwa bukan hanya ibu yang merindukan Ayah, aku juga. Bukan hanya ibu yang kehilangan ayah, aku juga. 

Kusentuh rok bunga-bunga ibu dari samping. Kuberanikan diri menginterupsi tangisannya.

"Bu..., ini Arcel..."

Ibu tersentak.

"Pergi...," desisnya. 

Aku terluka. Ibu tampak terusik dengan kehadiranku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun