Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

[Rose RTC] September dan Gerimis di Matamu

16 September 2016   23:39 Diperbarui: 17 September 2016   07:48 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Namaku Surya. Surya Matahari Khatulistiwa. Ibuku yang gila itu pemuja Amaterasu*). Dia melahirkan satu kali. Tepat ketika matahari melintas di garis khatulistiwa, 22 September, hampir setengah abad yang lalu..."

Suara berat Surya yang agak serak itu memecah keheningan subuh. Dia duduk setengah berbaring di ranjang yang kayunya mulai keropos dimakan rayap. Ranjang itu berderit ketika tangannya bergerak meraih cangkir di meja kecil di sisi ranjang.

"Dan beliau mewariskan kegilaannya itu pada putra semata wayangnya," sahut Wayan dengan nada setengah geli. Wanita 40 tahun itu duduk di dekat kaki Surya, mengoles minyak kelapa di betis penuh rambut itu, lalu mengurutnya lembut. "Kalau-kalau kau lupa, Mas. Lebih dari separuh hidupmu sudah kauhabiskan untuk berburu matahari terbit. Dan kemudian mengurungnya dalam kanvas."

Surya tersenyum. Senyum hangat yang mencapai kedua matanya yang keriput. "Jam berapa ini?"

"Masih satu jam lagi sebelum fajar. Kenapa?"

"Aku sekarat..."

Wayan terdiam. Pijatannya terhenti beberapa saat. Dia menaksir kesungguhan makna kalimat itu.

"Aku sekarat, Wayan," ulang Surya, terdengar lebih sungguh-sungguh ketika istrinya itu tak segera merespon ucapannya.

Wayan mengerjap. Dua kali. Dihelanya nafas panjang, lalu tersenyum. Dia kembali memijat kaki suaminya. "Aku tahu."

"Kau tahu?"

Wayan mengangguk meyakinkan. "Jadi, apa kau sudah memutuskan abumu akan disebar di mana? Atau kau ingin jasadmu ditanam saja, sehingga ada kalimat indah tertulis abadi di batu nisanmu kelak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun