Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

[Rose RTC] September dan Gerimis di Matamu

16 September 2016   23:39 Diperbarui: 17 September 2016   07:48 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maafkan aku, Wayan..."

Suara serak Surya memutus lintasan memori yang sekelebat tadi mampir di benak Wayan. "Maaf?"

"Ya. Maaf. Aku sungguh minta maaf, untuk merasa sangat mencintaimu, namun tidak pernah membawa kebaikan bagi dirimu. Juga hidupmu..."

"Bicara apa kau, Mas? Tidakkah kau melihat..., aku bahagia. Aku bahagia bersama matahariku. Selalu."

Surya memejamkan mata. Dia tahu Wayan tak berdusta. Karena dia pun merasa hal yang sama. Tak peduli dosa dan kutukan mengikatnya seumur hidup, bahkan mengikutinya sampai ke alam baka... Surya bahagia. Tak ada yang mampu mengubahnya.

"Wayan..."

"Ya?"

"Bantu aku berdiri. Aku ingin melihat matahari terbit."

Wayan memapah suaminya. Tak terlalu sulit. Tubuh yang bertahun merapuh oleh kanker itu seperti tak berbobot.

Wayan mendudukkan Surya di kursi teras, tempat favoritnya memandang matahari terbit.

"Gerimis...," desah Surya. "Matahari terbit paling indah dilihat justru saat gerimis. Kilaunya akan tampak seperti tirai air mata malaikat... Membawaku yakin, bahwa impian paling mustahil pun bisa terwujud. Pasti..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun