Saya cuma bisa geleng-geleng kepala dan mengurut kepala. Menunggu Mbak Reni mempublikasikan bukti-bukti lain itu dengan perasaan tak keruan. Saya agak kesal dengan sikap Nanda yang (menurut saya) tidak punya niat baik untuk mengakui kesalahan atau meminta maaf. Beberapa teman bilang kalau ybs sudah mengaku dan memposting permintaan maaf di FB-nya. Tapi saya tidak menemukannya (mungkin sudah dihapus). Ratusan komentar berisi nasehat, ungkapan kekecewaan (baca: bully-an) yang semula ada di status-statusnya yang kebanyakan berisi ekspresi kebahagiaan (karena tulisannya, untuk kesekian kalinya dimuat di media), semuanya kini sudah dihapus. Bersih tanpa jejak. Berharap bisa meredam kehebohan netizen, kali.
Terus? Gimana dong?
Ya nggak tahu. Jangan tanya saya solusinya. Sungguh saya tidak terpikir dengan solusi. Kasus penjiplakan di Indonesia rasanya tidak pernah selesai. Yang ada hanya diam sendiri, reda sendiri, damai dan kekeluargaan... Atau hiatus. Untuk kemudian mencuat lagi dengan pelaku dan korban yang berbeda.
Oh iya, negeri kita ini memang sangat pemaaf lho. Salah satu dosennya Nanda aja bilang kalau itu hanya kekhilafan. Gak usah dibesar-besarkan.
Hohoho.... Pembelaan dan permakluman atas tindak kejahatan etika memang selalu overdosis di negeri ini. Apalagi kalau pelakunya masih anak muda. Masih ingat Duta Pancasila dan Anti Narkoba kita, bukan?
Nah. Kita tunggu saja pelantikan Nanda Dyani Amilla jadi Duta Cerpen Nasional.
Duta Cerpen Matamu!!!!
***
Sumber : akun FB Reni TerataiAir (Erin)
Akun FB Nanda Dyani Amilla
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H