Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Nanda Dyani Amilla, (Calon) Duta Cerpen Nasional

27 Juli 2016   13:57 Diperbarui: 27 Juli 2016   18:40 4376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kenal Nanda Dyani Amilla?

What? Nggak?

Saya juga tidak kok. Sampai seorang teman membagikan sebuah status Mbak Reni TerataiAir (Erin) tertanggal 25 Juli lalu, yang berisi sebuah kronologi kasus plagiasi sebuah cerpen oleh seorang mahasiswi Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia salah satu Universitas di Sumatera Utara.

Dari status yang privasinya ter-setting publik tersebut, diketahui sebuah cerpen berjudul "Al" karya Renny Chrisnawaty yang dimuat di Story Teenlit Magazine edisi 25 (Sept 2011), rupanya terbit lagi di Harian Mimbar Umum edisi 23/7/2016, kendati dengan judul berbeda : "Black Hole" kiriman Nanda Dyani Amilla. Status tersebut dilengkapi dengan bukti foto kedua tulisan.

Selesai sampai di sana?

Tidak. Hanya berselang sehari saja, Mbak Reni kembali mengunggah foto baru. Masih tentang kasus plagiasi. Kali ini cerpen "Saint Vision" karya Antonius Pramono dimuat ulang oleh Koran Tribun Bone edisi 18 Februari 2016 dengan judul "Cerita Sebuah Kertas dan Makhluk Gaib." Yang menarik adalah, judul yang terakhir disebut ini rupanya juga hasil kiriman Nanda Dyani Amilla. Yups. Orang yang sama.

Tak ayal, kedua postingan Mbak Reni TerataiAir ini memancing reaksi jamaah facebook. Ratusan like dan komentar berdatangan. Sebagian besar menyayangkan tindakan gadis manis kelahiran tahun '96 ini. Beberapa mencoba mengklarifikasi. Sebagian lain menuntut permintaan maaf dan menuliskan kalimat saran dan nasehat, meski tak sedikit pula yang menghujat.

Reaksi yang wajar sih, menurut saya. Namun yang patut diperhatikan. Ada pula yang berkomentar dengan menautkan bukti-bukti kecurangan Nanda yang lain. Termasuk resensi buku kiriman Nanda yang lagi-lagi, dimuat di koran, rupanya hasil copast dari sebuah blog (yang jelas bukan Nanda pemiliknya).

Dengan sederet bukti tersebut, saya menduga Nanda bukanlah seorang pemain baru. Agaknya dia sudah lama kecanduan mengakui hasil karya orang lain sebagai miliknya sendiri. Mungkin, mungkin lho ini, karena selama ini aman. Belum pernah ketahuan.

Sangat disayangkan, karena ketika saya stalking akun FB-nya, saya jadi tahu kalau Nanda ini penulis produktif yang sudah cukup banyak memperoleh penghargaan. Sungguh sayang, karena setelah apa yang dilakukannya itu, orang-orang (termasuk saya) hanya bisa curiga dan meragukan keaslian karyanya. Lha yang ketahuan saja lebih dari lima, berapa banyak lagi yang belum?

Kecurigaan yang tak sepenuhnya salah. Karena komentar Mbak Reni yang terbaru begitu menarik perhatian saya : "Inbox-ku penuh dengan kiriman bukti-bukti lain. My God! Ternyata dia lihai sekali mengambil milik orang lain."

Saya cuma bisa geleng-geleng kepala dan mengurut kepala. Menunggu Mbak Reni mempublikasikan bukti-bukti lain itu dengan perasaan tak keruan. Saya agak kesal dengan sikap Nanda yang (menurut saya) tidak punya niat baik untuk mengakui kesalahan atau meminta maaf. Beberapa teman bilang kalau ybs sudah mengaku dan memposting permintaan maaf di FB-nya. Tapi saya tidak menemukannya (mungkin sudah dihapus). Ratusan komentar berisi nasehat, ungkapan kekecewaan (baca: bully-an) yang semula ada di status-statusnya yang kebanyakan berisi ekspresi kebahagiaan (karena tulisannya, untuk kesekian kalinya dimuat di media), semuanya kini sudah dihapus. Bersih tanpa jejak. Berharap bisa meredam kehebohan netizen, kali.

Terus? Gimana dong?

Ya nggak tahu. Jangan tanya saya solusinya. Sungguh saya tidak terpikir dengan solusi. Kasus penjiplakan di Indonesia rasanya tidak pernah selesai. Yang ada hanya diam sendiri, reda sendiri, damai dan kekeluargaan... Atau hiatus. Untuk kemudian mencuat lagi dengan pelaku dan korban yang berbeda.

Oh iya, negeri kita ini memang sangat pemaaf lho. Salah satu dosennya Nanda aja bilang kalau itu hanya kekhilafan. Gak usah dibesar-besarkan.

Hohoho.... Pembelaan dan permakluman atas tindak kejahatan etika memang selalu overdosis di negeri ini. Apalagi kalau pelakunya masih anak muda. Masih ingat Duta Pancasila dan Anti Narkoba kita, bukan?

Nah. Kita tunggu saja pelantikan Nanda Dyani Amilla jadi Duta Cerpen Nasional.

Duta Cerpen Matamu!!!!

***

Sumber : akun FB Reni TerataiAir (Erin)
Akun FB Nanda Dyani Amilla

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun