Ega terdiam. Dia merasakan Arya mengeratkan genggamannya ketika mereka melangkah garis hitam putih yang mirip tuts piano besar itu. Tangannya hangat. Wajahnya juga menghangat. Andai dia bisa melihatnya, pasti warnanya semerah pantat kera gunung sekarang.
         Ah, tentu saja tidak perlu diomongkan. Karena apa yang di hati Arya telah dia buktikan dengan perbuatan.
         Ega tersenyum. Dia balas menggenggam tangan Arya kuat-kuat. Tangan lelaki yang tidak pernah bilang cinta kepadanya.
 ****************************************************
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI