Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sumpah Palapa, Dedolarisasi dan Lahirnya ASEAN Sebagai Pusat Dunia

20 Juni 2023   13:01 Diperbarui: 20 Juni 2023   13:12 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sisi lain, ASEAN justru memperlihatkan geliat optimisme.

Dalam Capacity Building on ASEAN Issues pada pertengahan Mei 2023 kemarin, Destry Damayanti selaku Deputi Gubernur Senior BI (Bank Indonesia) cukup percaya diri menyebutkan kalau pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara bisa mencapai lebih dari lima persen, dengan Indonesia di kisaran 4,8% - 5,3%.

Sebagai perbandingan, ADB (Asian Development Bank) memprediksi kalau perekonomian ASEAN bisa tumbuh mencapai 4,7% di tahun 2023, sementara Asia Timur yang diperkuat negara-negara ekonomi raksasa seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan diperkirakan ada di level 4,6%. Bahkan untuk wilayah Pasifik, pertumbuhan diprediksi sekitar 3,3%, sedangkan Timur Tengah mencapai 2,9% dan untuk kawasan Eropa cuma mampu 0,8%

Ekonomi dan keuangan digital disebut sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi ASEAN. Bahkan pengguna QRIS (Kode QR Standar Indonesia) di Tanah Air saja sudah mencapai 32 juta orang dengan merchant mencapai 25,4 juta. BI mencatat adanya pergerakan transaksi BI Fast di triwulan I-2023 sebesar Rp1.133 triliun.

Sebuah jumlah luar biasa yang menggambarkan cerahnya perekonomian Nusantara di tengah ancaman resesi.

foto: Databoks
foto: Databoks

Lantas bisakah QRIS jadi salah satu katalisator konektivitas sistem pembayaran ASEAN? Menyatukan mata-mata uang berbeda di negara Asia Tenggara dalam satu metode?

Dalam KTT ASEAN ke-42, asa itu tampak siap terwujud.

Presiden Jokowi meyakinkan komitmen para pemimpin ASEAN untuk memperkuat transaksi mata uang lokal demi mendorong sentralitas ekonomi Asia Tenggara. Untuk menjaga stabilitas mata uang lokal, upaya dedolarisasi pun dilakukan.

Kini bank sentral di lima negara ASEAN yakni BI, Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS) dan Bank of Thailand (BAT) sepakat mewujudkan sistem pembayaran bersama yang lebih cepat, murah, transparan dan inklusif.

Salah satu caranya adalah menggunakan RPC (Regional Payment Connectivity) melalui QRIS antarnegara, yang akan menjadi cross-border payment (sistem pembayaran lintas negara) berbasis kode QR. Lewat RPC, tak perlu lagi kita repot-repot mengonversi atau menukarkan mata uang saat berbelanja di kawasan Asia Tenggara karena transaksi bisa dilakukan dengan memindai kode QR saja dan kemudian otomatis terkonversi ke mata uang negara bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun