Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Untukku, Darimu yang Dewasa: Menikmati Lebaran di Dusun Juwah

30 April 2023   10:07 Diperbarui: 30 April 2023   10:03 2540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai Arai, apa kabar?

Aku tahu kamu pasti kaget membaca surat ini. Bagaimana mungkin seseorang bisa memperoleh surat dari dirinya sendiri yang sudah dewasa? Bukankah itu artinya surat ini berasal dari masa depan? Tenang, tak perlu kamu berteriak ketakutan memanggil Ibumu, atau heboh mencari Ayahmu, seperti yang selalu kamu lakukan selama ini.

Kurasa kita sepakat kalau surat ini hanya boleh kamu baca, sendirian, di salah satu kamar di rumah maktum (kakak perempuan mendiang nenekku) yang sering kali kamu tempati ketika menghabiskan Lebaran di Dusun Juwah, Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri itu. Aah, Juwah, aku tak tahu kalau akhirnya bakal sangat merindukan kampung halaman Ayah, padahal sempat kubilang aku bosan harus mudik setiap tahun saat Lebaran.

Karena itulah aku tahu kamu pasti masih sedikit mengantuk usai perjalanan darat selama dua jam dari Malang, bukan? Ya, tidur memang menjadi hobimu saat naik mobil sejak kecil. Kuharap kamu akan selalu melakukan itu, karena nanti saat kamu dewasa, kamu akan lebih sering mual dan muntah bahkan saat naik mobil transportasi online.

Bagaimana dengan kondisi Juwah?

Salah, bagaimana kondisi maktum?

Aku tahu kamu pasti akan sebal dengan wajahnya yang selalu bersungut-sungut bahkan ketika anak cucunya tiba di setiap Lebaran. Biarkan saja. Kamu juga tak perlu ambil hati jika beliau melarangmu ikut ke kandang ayam-ayamnya di kebun belakang. Kuberitahu, ayam-ayam itu akan segera hilang ketika maktum meninggal dunia nanti.

Ya, jangan kaget. Maktum akan pergi meninggalkan dunia ini ketika kamu berusia 20 tahun kelak. Tak akan ada keluarga yang menemaninya, karena maktum meninggal dalam tidurnya. Sebuah kematian yang mungkin diidamkan banyak orang, katanya. Kuharap kamu bisa lebih baik padanya dan tak terlalu ambil hati ketika beliau terus-menerus mengomel dan merepotkan hal-hal kecil yang tak berguna.

Oiya, apakah tante dari Madiun dan dari Pekalongan sudah tiba? Pastikan untuk memasang karpet di seluruh ruang tamu hingga ruang TV, ya agar sepupu-sepupu kita yang sebagian besar laki-laki itu dapat tidur tenang dan tidak saling berebut kamar. Jangan lupa bilang pada Ayah untuk membeli lotion anti nyamuk karena di Juwah saat malam hari, nyamuk akan keluar dari tempat persembunyiannya.

Bicara soal sepupu-sepupu kita, pastikan untuk memberitahu Ibu agar tidak terlalu kaget di malam Takbiran nanti. Kenapa? Karena bocah-bocah nakal itu akan mengeluarkan seluruh isi petasan dan menggabungkannya jadi satu di halaman, lalu diledakkan bersama tepat ketika mushola di belakang rumah maktum mengumandangkan takbir.

Tenang tak perlu takut, kamu hanya perlu menjauh dari area ledakan lantaran bakal membuat matamu berkunang-kunang.

foto: Jon Tyson/UNSPLASH
foto: Jon Tyson/UNSPLASH

Jangan tidur terlalu malam, meskipun memang seru ikut menyaksikan kakak-kakak sepupu yang lebih tua bermain karambol di teras. Aku tahu kamu diam-diam sering bermain karambol sendiri, berharap bisa seperti orang dewasa.

Tapi daripada cuma bisa mengintip dari balik pintu, kenapa kamu tidak pergi ke dapur saja? Maktum pasti sedang sibuk memasak rawon dalam jumlah besar, sedangkan mak e (mendiang nenek, Ibu dari Ayahku) pasti silih berganti menggoreng rengginang dan krupuk udang ditemani tante, budhe dan juga Ibu di dapur yang masih menggunakan tungku tradisional. sehingga seluruh dinding dan langit-langit atap menghitam.

Bicara soal rawonnya maktum, percayalah, penampilannya bakal sulit kamu lupakan. Begitu gelap dengan daging yang dipotong kotak-kotak kecil sehingga teksturnya luar biasa lembut. Rawon itu memang kebanggaan keluarga kita. Makanlah rawon itu dalam porsi banyak menggantikanku, karena kamu akan merindukannya kelak ketika maktum sudah tiada dan mak e enggan memasaknya lagi.

Jangan lupa juga untuk lebih sering mandi ke sungai di belakang rumah maktum. Aku tahu kamu menikmati berendam di antara batu bersama Ibu, lakukanlah sesering mungkin karena sekarang sungai itu sudah dikeruk untuk proyek lahan milik pemerintah.

Saranku, kamu mandi di sungai setelah ikut pakdhe (kakak laki-laki Ayahku, anak maktum), mengambil mangga podang di halaman depan. Eeh, tapi kamu ke Juwah di bulan November, kan? Karena kalau bukan, mangga podang tak akan berbuah dan kamu bisa meminta pakdhe untuk mengambilkan jambu-jambu air di kebun sebelah.

Percayalah, meskipun kelak rumah milik maktum itu berganti penghuni setelah si pemiliknya meninggalkan dunia ini dan pakdhe memilih menetap di Malang, kamu akan tetap bisa menikmati mangga podang setiap tahun. Soal pohon jambu air, puaskan dirimu merasakan segar buahnya karena pohon itu kelak akan mati dan tidak bisa berbuah lagi saat kita masuk SMA.

Sudah beberapa kali aku pulang ke Juwah meskipun tidak setiap tahun saat ini. Kamu harus tahu bahwa semua sepupu kita sudah dewasa dan membangun keluarga mereka masing-masing, sehingga Juwah semakin lama pun ditinggalkan. Aku pun saat ini sibuk dengan kehidupan dewasaku yang sebetulnya tidak semenyenangkan saat kecil. Tak ada lagi tante atau om yang memberikan galakgampil usai kita sholat Idulfitri, dan aku harus bekerja dulu sebelum memperoleh THR (Tunjangan Hari Raya).

Aku tahu kampung halaman kita di Juwah akan berubah cepat atau lambat. Pasar Kepung yang sering kamu dan Ibu datangi untuk membeli krupuk singkong itu, akan segera dihancurkan pada tahun 2010. Tak perlu kelewat sedih, nikmatilah semua yang ada di sana. Karena kelak ketika kamu dewasa sepertiku, kamu hanya akan mengingat berbagai cerita yang ada di sana.

Semoga kamu bisa menciptakan banyak kenangan indah di Juwah, seperti yang kulakukan dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun