Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tuhan Memang Maha Pemaaf, Tapi Tidak Denganku

29 April 2023   23:06 Diperbarui: 29 April 2023   23:11 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: Brett Jordan/UNSPLASH

"Setiap manusia di dunia, pasti pernah sakit hati. Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan," -- Sherina, Persahabatan

Pernahkah kalian benar-benar tidak bisa mengucapkan kata maaf untuk seseorang?

Bahkan sangat berharap untuk tidak pernah bertemu dengannya?

Atau mungkin ingin bertemu dan membuatnya benar-benar sengsara?

Kalau kalian pernah mengalaminya, tak perlu merasa malu karena aku juga pernah ada di titik tersebut. Hal-hal seperti itu sebetulnya normal dalam kehidupan manusia. Sebuah rasa kecewa yang terlalu melelahkan hingga berujung pada kemarahan dan keinginan membalas dendam, ujungnya kata maaf pun sulit terucap.

Ada banyak situasi yang tentu menggiring kita pada skenario tidak menyenangkan itu.

Dalam pengalamanku, itu terjadi saat dalam masa-masa quarter-life crisis terhadap seseorang yang pernah begitu dekat denganku.

Lebaran Terakhir Dengannya, Sakit Hati yang Sulit Terlupa

Seperti layaknya manusia yang tengah menjalin hubungan dengan seseorang, tentu kita sangat berharap bahwa dia yang tengah bersama adalah sosok yang bakal ditakdirkan. Aku pun demikian. Bahkan bisa dibilang hubungan yang kami jalin ini merupakan hubungan terlama yang pernah kualami. Orangtua kami sudah saling mengenal dan sebetulnya kami adalah tetangga sedari kecil, sehingga tidak terlalu naif jika aku benar-benar berpikir kalau dialah yang akan menjadi orang terpilih.

Sebetulnya jika diingat-ingat, dia memiliki banyak sekali kekurangan untuk memenuhi standar tipe ideal. Tapi bersamanya aku benar-benar belajar pentingnya pengertian, pendewasaan dan juga penyatuan berbagai perbedaan.

Hingga akhirnya tanpa terasa hubungan kami berjalan sampai tiga tahun lamanya.

Namun hubungan yang cukup lama dan saling mengenal antar keluarga bukanlah jaminan kami selamanya berkomunikasi dengan lancar. Aku yang bisa dibilang cukup mandiri dalam keseharian tak pernah menduga kalau harus dibenturkan pada masalah klasik sekaligus paling menyebalkan dalam sebuah hubungan, perselingkuhan.

Aku masih mengingatnya, saat itu hanya beberapa hari setelah Idulfitri. Masih dalam suasana bulan Syawal ketika hubungan kami berakhir. Kesedihan jelas menguasaiku seiring dengan rasa kecewa begitu dalam. Namun apa yang membuatku lebih sakit hati adalah saat salah seorang temannya memberitahu kemudian, jika dia sudah menjalin hubungan dengan orang lain saat kami masih bersama.

Jangan tanyakan betapa perihnya rasa sakit yang kualami.

Aku bahkan ingin meniru Joel Barish (Jim Carrey) yang menghapus kenangan Clementine Kruczynski (Kate Winslet) dalam film ETERNAL SUNSHINE OF THE SPOTLESS MIND (2004). Meskipun akhirnya aku menyadari kalau aku ternyata sebodoh Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt) yang begitu mudahnya terpikat dengan Summer Finn (Zooey Deschanel) di [500] DAYS OF SUMMER (2009).

Amarah, menangis dan kecewa sangat menguasaiku. Bayangkan saja, aku menghabiskan banyak waktu untuk diam-diam melewati rumahnya tanpa alasan, hanya untuk tahu kalau dia masih baik-baik saja dan hidup. Atau aku mendadak menangis saat mengendarai kendaraan bermotor, ketika lagu yang memiliki kenangan kami berdua mendadak berputar.

Sungguh aku terlihat sangat bodoh, bukan?

Bagaimana mungkin manusia diajarkan untuk memaafkan saat sakit hati begitu berkuasa?

Hingga akhirnya aku tahu kalau aku harus berhenti, saat aku tahu dia siap membangun kehidupan baru dengan orang lain yang dikenalkan oleh orangtuanya.

Waktu adalah Obat Maaf Terbaik

foto: Brett Jordan/UNSPLASH
foto: Brett Jordan/UNSPLASH

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. Tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang dzalim" -- QS. Asy-Syura ayat 40

Ada yang bilang bahwa darah yang keluar dari luka itu pada akhirnya akan berhenti dan mengering. Namun bekas luka selamanya akan ada.

Bertahun-tahun aku hidup dengan kondisi seperti itu sampai akhirnya tiba pada titik enggan untuk memulai sesuatu yang sama. Kepedihanku menggiring aku kepada sebuah kekecewaan tanpa akhir dan kemudian malah menjerumuskan diriku pada trauma yang kubentuk sendiri.

Saat itulah aku yang sudah terlalu lelah mencoba melakukan penawaran kepada Tuhan. Meminta-Nya untuk mengabulkan satu doa yang mungkin terdengar konyol. tapi benar-benar kuharapkan. Izinkan semua hal tentangnya terhapus dengan sangat cepat, jika kami memang tak akan bertemu pada titik yang sama.

Hari pun berganti, minggu berjalan, bulan saling berubah dan tanpa sadar tahun terlewati.

Waktu menyembuhkanku dengan caranya yang begitu misterius. Meskipun dulu aku merasa ikhlas adalah sesuatu yang hanya bisa diucapkan tapi tak mampu dilakukan, aku memperoleh pelajaran itu pada akhirnya.

Aku masih ingat pesan online yang kuterima dari kenalanku yang kebetulan adalah temannya, memberitahu kalau dia sudah dikaruniai anggota baru dalam keluarganya. Kulihat foto mereka yang tampak begitu bahagia, tepat ketika suara takbir berkumandang pertanda memasuki bulan Syawal terdengar tanpa henti dari masjid di dekat rumahku.

Langsung saja kujawab pesan dari rekanku itu, 'Salam ya untuk mereka, anaknya lucu banget. Selalu bahagia'

Kurasa aku memang sepakat jika obat terbaik untuk memaafkan seseorang itu hanya bisa dijawab oleh waktu dan doa-doamu kepada Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun