Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Surga Tersembunyi Milik Likupang itu Bernama Lihaga

27 April 2023   20:13 Diperbarui: 27 April 2023   20:16 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kalian bertanya padaku, mana yang lebih kusukai antara pantai atau gunung, maka aku akan cepat menjawabnya sebagai gunung. Alasan utama adalah karena aku sejak lahir dan tinggal saat ini di dataran tinggi, membuatku tubuhku lebih mampu beradaptasi dengan cuaca pegunungan yang dingin daripada panas yang ditawarkan pantai.

Meskipun begitu, aku bukanlah orang yang alergi terhadap pantai.

Pantai adalah gerbang menuju samudera. Sebuah bentang alam yang konon katanya menjadi kampung halaman dari makhluk hidup di Bumi. Aah, aku jadi ingat dengan teori evolusi biokimia yang pernah diungkapkan oleh ilmuwan Rusia bernama Alexander Ivanovich Oparin. Dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life, Oparin menyebutkan kalau kehidupan berasal dari laut.

Terlepas dari pro-kontra teorinya itu, laut memang memilliki daya magis yang tidak dipunyai oleh gunung sekalipun.

Bisa berdiam diri, duduk di pasirnya sambil mendengarkan deburan ombak adalah ketenangan yang hanya dapat ditemukan di pantai.

Hanya saja menemukan pantai seperti itu di Indonesia mungkin tidak mudah. Karena hampir seluruh pantai wisata di Indonesia sudah dipenuhi oleh para pelancong sehingga kadang kehilangan keindahan alaminya.

Lantas adakah pantai yang terasa sepi tapi juga punya keindahan luar biasa?

Aku menemukannya di Lihaga.

Pantai Lihaga yang airnya sejernih kristal foto: Arai Amelya
Pantai Lihaga yang airnya sejernih kristal foto: Arai Amelya

Kedatanganku ke Lihaga terjadi saat aku diundang oleh Kemenparekraf bersama sembilan Kompasianer di seluruh Indonesia untuk berkunjung ke DSP (Destinasi Super Prioritas) Likupang di Sulawesi Utara pada Maret 2022 silam. Aku yang belum pernah berpijak di bumi Celebes bagian paling utara ini pun sangat beruntung bisa singgah di salah satu surga yang dimiliki oleh Likupang yakni Pulau Lihaga.

Berada di Minahasa Utara, untuk menuju Lihaga kalian harus menaiki perahu motor dari Pelabuhan Serei dan menyeberangi laut selama sekitar 30-45 menit sebelum tiba di Lihaga.

Sebagai pulau yang berada di kawasan utara Sulawesi yang memang sudah identik dengan keindahan surga bawah laut, Lihaga pun memiliki hal serupa. Tak terhitung karang dan ikan-ikan laut yang cantik bersemayam di perairan Lihaga. Laut di sini pun berwarna biru kehijauan yang sejernih kristal, sehingga kalian bisa dengan mudah melihat ikan-ikan berlairan di bawah permukaan air dengan mata telanjang.

Namun yang paling kusukai dari pantai di Pulau Lihaga ini adalah pasirnya yang berwarna putih dan luar biasa lembut dengan deburan ombak yang sangat syahdu.

Dengan luas total delapan hektar, Lihaga sebetulnya adalah pulau tak berpenghuni sehingga bisa dibilang lingkungan di sini sangatlah terjaga lantaran minimnya manusia yang tinggal. Namun kalian tak perlu cemas karena setiap kali ada tamu yang menyeberang dari Serei, pengelola Lihaga pasti akan turut serta untuk memastikan ketersediaan fasilitas mulai dari makanan, air bersih hingga homestay-homestay kayu yang begitu nyaman untuk disinggahi.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Lihaga mulai dari snorkeling, diving, atau sekadar bermain kano. Namun yang paling kusukai ketika berada di Lihaga adalah menikmati sunset yang luar biasa indah.

Deburan ombak lembut di Pantai Lihaga foto: Arai Amelya
Deburan ombak lembut di Pantai Lihaga foto: Arai Amelya

Lantaran merupakan pantai yang tak berpenghuni, berada di Lihaga seolah membuat kalian terlupa pada kesibukan dunia kerja hingga kepenatan kehidupan di kota besar. Pantai Lihaga dengan deburan ombak yang begitu lembut seolah mengajak kita untuk menyegarkan pikiran meski sejenak sembari mendengarkan suara samudera.

Lihaga adalah pantai yang mampu membuat kita untuk kembali menemukan ketenangan. Tak heran kalau dia akhirnya disebut sebagai jantung dari Likupang, karena Lihaga merupakan surga tersembunyi milik bumi Minahasa.

Mau tak mau aku sepertinya harus sepakat dengan Rako Prijanto, sang pembuat puisi karakter Rangga (Nicholas Saputra) di ADA APA DENGAN CINTA? (2002):

Kulari ke hutan, kemudian menyanyiku

Kulari ke pantai, kemudian teriakku

Bosan aku dengan penat, enyah saja kau pekat

Kenapa tidak kau goyangkan saja loncengnya biar terdera?

Atau aku harus lari ke hutan, belok ke pantai?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun