Mak uo yang adalah kakak perempuan Ibuku, menggodaku saat kutanya apakah kami bisa mampir untuk sarapan di Bukittinggi dalam perjalanan ke Bandara Minangkabau, ketika aku dan Ibuku harus pulang ke Jawa.
Aku tersenyum penuh arti. Dua kali aku sudah pulang kampung sebelumnya dan itu terjadi saat masih SD. Tentu jika dulu aku begitu menikmati suasana desa dengan bermain di sungai bersama rekan-rekanku, kini tanah Minang punya caranya tersendiri untuk membuatku selalu merindukannya di usia dewasaku.
Ya, dalam setiap lezat gigitan daging rendang dan suapan nasi kapau yang kulahap, Sumatera Barat menyampaikan salamnya. Salam penuh cerita yang disertai lambaian tangan padaku untuk selalu pulang kampung.
Semoga saja kerinduan ini segera terjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H