Tubuhku langsung terduduk tegak di tempat tidurku, saat sayup-sayup suara pengurus masjid mengatakan jika imsak kurang dari lima menit lagi.
Dengan segera kudorong selimut yang membungkus tubuhku dengan nyaman di malam hujan ini. Tanganku kemudian mencari-cari di mata letak kacamata hitam yang seharusnya ada di samping kepalaku. Sedikit mengutuk karena ternyata kacamata itu terlempar hingga ke bagian kaki, aku tak tahu siapa yang membuatnya ada di sana.
Kuambil ponselku di sebelah kiri bantal, memang benar jika sebentar lagi imsak.
Tak butuh waktu lama, tubuhku langsung berjalan keluar dari kamar dengan sedikit sempoyongan tentunya, karena belum terjaga sepenuhnya. Namun karena sebentar lagi memasuki imsak dan kemudian adzan subuh berkumandang, aku memaksa kesadaran diriku untuk muncul dengan segera.
Usai keluar dari kamar dan melintasi ruang TV yang hanya diterangi oleh lampu temaram berwarna kuning, aku langsung menuju dapur. Dengan cemas kulihat jam dinding di dapur, tak sampai dua menit lagi, imsak pasti diumumkan. Otakku berpikir keras, apakah aku lebih baik absen sahur saja? Atau mungkin langsung berbuat dosa dan memilih tidak puasa Ramadan hari ini?
"Itu ada mie instant di lemari, bisa kamu masak kalau bosan makan telor,"
Suara Ibuku terdengar dari dalam kepalaku. Ya, sebelum beliau dan Ayahku melakukan perjalanan ke rumah nenekku di luar kota bersama adik dan kakakku dua hari lalu, Ibu memang sempat memberitahuku jika terdapat persediaan mie instan di lemari.
Setengah berlari aku menuju lemari dan aku menemukannya.
Sebungkus mie instant varian goreng yang sangat seleraku, menanti untuk dimasak.
Mie Instan Saat Sahur? Kenapa Tidak!
Sebagai satu-satunya perempuan dalam keluarga, aku sebetulnya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Namun meskipun aku sangat gemar melakukan solo traveling, tetap saja tak pernah terlintas di benakku kalau aku harus menjalani sahur dan puasa Ramadan sendiri. Alasannya sangat mudah, aku memang tidak bisa memasak sehingga sepertinya sekalipun Gordon Ramsey atau Chef Juna mengajariku, mereka bakal jadi frustasi.
Tetapi dalam kondisi yang aku alami saat ini, di mana pilihannya hanyalah menahan lapar luar biasa hingga maghrib tiba atau bolos puasa Ramadan, aku memilih untuk memasak mie instan meskipun pengeras suara di masjid sudah saling sambut-menyambut mengumumkan telah memasuki waktu Imsak.
Dan hanya satu menit sebelum adzan subuh berkumandang, aku sudah selesai menyantap menu sahurku saat itu, sebungkus mie instant yang kuberi tambahan topping dua biji sosis.
Ajaibnya, aku tidak merasakan lapar dan bisa menyelesaikan puasa Ramadanku di hari kesembilan kala itu. Meskipun mie yang kubuat sangatlah sederhana dan minimalis, ternyata mampu mengganjal perutku untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Apakah ini artinya memang tak masalah jika menyantap sebungkus mie instant untuk sahur?
Menurut Patrick Holfond selaku pakar gizi, sebetulnya tak ada yang melarang untuk sahur dengan mie instan terutama dalam kondisi terjepit. Karena dilansir National Geographic, mie instant adalah sumber kalori dan karbohidrat yang bisa diolah dan disantap secara cepat. Hanya saja karena saat berpuasa membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk menahan lapar selama 12 jam ke depan, ada baiknya sajian sahur haruslah bernutrisi lengkap.
Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan serat, mineral, vitamin, protein dan lemak, mie instant bisa hadir dengan lauk yang berupa telor atau sumber protein hewani maupun nabati lainnya. Hal inilah yang membuatku menggunakan sosis sebagai teman mie instanku yang sudah dimasak.
Gimana? Masih cemas berlebih karena harus santap sahur dengan mie instant?
Yasudah kalau terlalu berat buatmu dan tak akan sanggup, biar aku saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI