Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Menenun Asa, Mengikat Ekonomi dari Kaki Gunung Inerie

21 Desember 2022   12:43 Diperbarui: 21 Desember 2022   12:47 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Adat Bena, Kabupaten Ngada, Flores - NTT foto: Arai Amelya

Dan sama halnya seperti kebanyakan para pelaku wisata. Kampung Bena dan juga Maria ikut mengalami kelamnya badai pandemi. Namun Maria jelas enggan menyerah. Sebagai masyarakat Bena, Maria yakin kalau Yeta (Dewa pelindung kampung yang diyakini bersemayam di gunung Inerie) begitu menghargai mereka yang selalu berusaha.

"Pelan-pelan mulai banyak orang datang lagi ke Bena. Turis sekarang dan sebelum pandemi berbeda. Mereka sekarang lebih suka yang praktis. Untung kami pembuat tenun diajari pakai QRIS, bisa terima mereka bayar pakai apapun. Biasanya besok atau nanti malam, anak mama yang ambil uang di rekening untuk kita pakai lagi di rumah," lanjut Maria.

Aku tersenyum mendengarnya. Orang-orang seperti Maria yang tentu tidak muda lagi dan mungkin hampir seumuran orangtuaku, harus mempelajari teknologi baru jelas bukan hal yang mudah. Puluhan tahun terbiasa dengan transaksi uang tunai maupun menjual kain tenunnya di rumah, memaksa Maria mengikuti perkembangan zaman yang kini serba digital. Namun teknologi bukanlah hak para milenial dan gen Z saja. Teknologi adalah milik mereka yang mau menerima perubahan.

Perubahan itulah yang kini berdenyut dengan kencang dari Bena. Di bawah kaki gunung Inerie, puncak tertinggi di Flores, para penenun ikat yang mungkin tidak setiap hari update media sosial, justru memahami dengan betul manfaat teknologi untuk hidup mereka. 

Kutinggalkan Maria yang masih sibuk melanjutkan kegiatannya. Mataku terhenti pada beberapa bocah Bena yang tampak seru bermain dengan gasing kayu. Gelak tawa mereka bergantian dengan suara gasing yang terhantam tanah. Di depan halaman mereka bermain, sayup-sayup terdengar suara soundtrack drama Korea yang kusukai. Kulihat dua remaja perempuan saling tertawa geli melihat ke layar smartphone mereka. 

Aah, siapa bilang anak-anak desa itu buta teknologi?

UMKM, Sang Juru Selamat Perekonomian Nasional

kegiatan mama Maria di teras rumahnya foto: Arai Amelya
kegiatan mama Maria di teras rumahnya foto: Arai Amelya

Dengan sekitar 40 rumah, Kampung Adat Bena memang memiliki belasan pengrajin tenun ikat. Apa yang mereka hasilkan turut membantu denyut perekonomian rumah tangga dan pariwisata Bena itu sendiri. Ya, perekonomian dan pariwisata memang seperti halnya dua sisi mata uang yang akan saling berkaitan dan tak bisa terpisahkan.

Sebagai konsep pariwisata berkelanjutan berbasis pemberdayaan masyarakat, keberadaan Desa Wisata seperti Bena memang tak bisa dilepaskan dari perekonomian nasional. Apalagi para pelakunya yang juga pebisnis UMKM seperti halnya Maria, tak berlebihan kalau status juru selamat layak disematkan pada mereka.

Juru Selamat? Pahlawan?

Ya. Kalian harus tahu bahwa para pelaku UMKM tak berlebihan kiranya jika disebut sebagai pahlawan ekonomi saat pandemi. Mengutamakan kearifan lokal dan SDM (Sumber Daya Manusia) asli Indonesia, UMKM mampu menyerap 117 juta pekerja (97% dari total tenaga kerja), seperti dilansir Smesco.  Di mana rinciannya adalah 107,4 juta pelaku usaha mikro, 5,8 juta pelaku usaha kecil dan 3,7 juta pelaku usaha menengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun