Dalam survei yang dilakukan Charles Schwab bertajuk Modern Wealth 2019 terhadap sekitar 380 milenial berusia 23-38 tahun, terungkap bahwa generasi yang terlahir pada rentang  1981-1996 ini menghabiskan sekitar Rp6 jutaan per bulan untuk hal-hal tak perlu seperti makan di luar, beli barang branded hingga travelling.
Bahkan dua pertiga di antaranya mengaku hidup dari gaji bulanan ke gaji bulanan, di mana cuma 38% dari keseluruhan yang merasa stabil finansial. Kondisi keuangan yang bisa dibilang sangat konsumtif inilah yang membuat banyak orang selalu beranggapan bahwa milenial akan kesulitan membeli rumah.
Khalawi Abdul Hamid selaku Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) kepada Tirto menyebutkan, kalau ternyata bukan hanya gaya hidup konsumtif saja yang jadi masalah milenial.Â
Yap, ternyata masih banyak hambatan bagi milenial untuk membeli hunian, mulai dari suku bunga yang meningkat hingga lonjakan harga properti. Lantas apakah ini artinya milenial tak akan pernah memiliki rumah? Tentu saja tidak karena PUPR mencoba memberikan solusi melalui empat program unggulan mereka.
Mengenal Empat Program Unggulan PUPR Agar Milenial Bisa Beli Rumah
Selama ini kalau membicarakan soal properti, tentu berkaitan dengan kondisi finansial yang stabil. Bahkan instansi perbankan penyedia KPR (Kredit Pemilikan Rumah), menerapkan sejumlah syarat agar pengajuan KPR disetujui termasuk slip gaji. Kondisi seperti ini cukup disulitkan oleh milenial karena mayoritas milenial Indonesia adalah pekerja kreatif yang tidak memiliki slip gaji.
Bukan hanya perkara slip gaji, masih banyak milenial yang masuk kelompok MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) sehingga keinginan memiliki rumah pertama masih sekadar impian. Namun seperti yang sudah disinggung sebelumnya, PUPR sebagai tangan kanan pemerintah dalam mewujudkan visi Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal Dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong menawarkan empat program utama yang bisa dimanfaatkan milenial agar dapat meraih mimpi rumah pertama.
Seperti apa saja? Berikut ulasannya satu-persatu:
1. Program Rumah Susun
Rumah susun (rusun) merupakan bagian dari rencana program prioritas periode 2020-2024 yang diusung Kementerian PUPR. Hal ini diungkapkan Trisasongko Widianto selaku Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR pada pertengahan Juni 2020 kemarin, seperti dilansir Medcom.
Agar dapat mendukung betul upaya pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) yang jadi fokus utama pemerintah, PUPR menyediakan hunian rusun untuk milenial yang berprofesi sebagai santri, mahasiswa hingga ASN (Aparatur Sipil Negara). Dalam berita yang dilansir pu.go.id, selama 2015-2019 sudah ada 865 tower rusun dengan 51.766 unit telah dibangun PUPR.
Salah satu proyek rusun ada di provinsi Jawa Tengah yang sudah terbangun delapan rusun santri ponpes (pondok pesantren), tiga rusun mahasiswa, satu rusun ASN/Polri dan empat rusun MBR. Seluruh rusun ini bahkan sudah dilengkapi jaringan air bersih, sanitasi, listrik hingga meubelair. Anda yang berpenghasilan Rp2 jutaan bisa memilih rusun dengan tiga pilihan tipe unit yakni 24, 36 atau 45.
Di tahun 2020 ini, Kementerian PUPR melalui Ditjen Perumahan Kementerian PUPR menyiapkan anggaran Rp101 miliar untuk membangun 34 tower (945 unit) rusun LPKB (Lembaga Pendidikan Keagamaan Berasrama) di 31 kabupaten/kota se-Indonesia.
2. Program Rumah Khusus
Jika rusun diperuntukkan kepada milenial yang masih bekerja formal, maka untuk milenial-milenial yang bekerja di sektor tanpa slip gaji pun tak perlu cemas. Karena Kementerian PUPR menawarkan program rumah khusus (rusus) yang salah satunya ditawarkan di kisaran harga Rp191 juta.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyebutkan kalau program rusus ini memang diciptakan demi memenuhi kebutuhan khusus milenial yang tidak memungkinkan memperoleh rusun. Beberapa kondisi khusus seperti milenial-milenial atau kelompok usia produktif yang bekerja sebagai nelayan, korban-korban bencana atau pengungsi, tenaga guru, tenaga medis hingga TNI/Polri yang bertugas di perbatasan atau pulau terpencil.
Secara nasional, rusus yang umumnya bertipe 28 atau 36 dan sudah dilengkapi PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas) ini telah dibangun PUPR sebanyak 22.358 unit (2015-2018). Beberapa daerah yang sudah tersentuh program rusus adalah para nelayan di pesisir pantai Sulawesi, kelompok MBR di Papua Barat, hingga masyarakat korban kerusuhan Wamena pada September 2019 lalu.
3. Program PSU
Salah satu alasan kenapa rumah subsidi kadang minim peminat adalah tidak cukup layak huni. Banyak developer perumahan subsidi yang tidak bisa memenuhi fasilitas secara maksimal karena memang harga jual rumah-rumah subsidi dirasa tidak cukup untuk memenuhi operasional pengembang yang harus membangun jalan raya atau fasilitas lain.
Apalagi perumahan subsidi biasanya ditujukan kepada mereka kalangan MBR, sehingga cukup banyak alasan pengembang perumahan subsidi yang menyediakan fasilitas pas-pasan.
Demi mewujudkan komitmen PUPR agar seluruh masyarakat Indonesai bisa tinggal di pemukiman layak huni inilah, membuat PUPR melalui Ditjen Penyediaan Perumahan menyalurkan bantuan PSU seperti penyediaan jaringan air bersih, TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) hingga fasilitas jalan.Â
Secara nasional, sudah ada 119.695 unit rumah yang menerima bantuan PSU dari PUPR mulai 2015-2019. Dengan PSU, kalangan MBR bisa tinggal di hunian yang layak dan tentunya sedap dipandang seperti perumahan non-subsidi.
4. Program BSPS
Tidak hanya menyediakan rumah-rumah dengan harga terjangkau dalam bentuk hunian vertikal kepada mereka kalangan MBR, mahasiswa hingga santri atau rumah-rumah khusus untuk kelompok kondisi tertentu, PUPR juga berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di RTLH (Rumah Tidak Layak Huni).
Selayaknya program TV Bedah Rumah, melalui BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya), PUPR mencoba merenovasi RTLH dengan metode PKT (Padat Karya Tunai), terutama saat pandemi Covid-19 saat ini.
Agar bisa memperoleh BSPS, tentunya syarat utama adalah kelompok MBR dengan penghasilan kurang dari Rp2 juta. Salah satu provinsi di mana program BSPS ini berjalan adalah Jawa Barat yang dilaporkan sudah memperoleh alokasi sebanyak 8.928 unit.
Nantinya setiap pemilik RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang sudah terverifikasi, bakal memperoleh bantuan Rp17,5 juta per unit dengan alokasi Rp15 juta dalam bentuk bahan bangunan dan Rp2,5 juta untuk membayar tukang bangungan, sehingga skema PKT bisa diwujudkan bersamaan dengan program BSPS.
Demi membuktikan komitmen PUPR, BSPS dengan skema PKT tetap dilangsungkan di tengah pandemi Covid-19. Bahkan dilaporkan kalau PUPR sudah mengeluarkan 52,5% anggaran hingga semester pertama 2020 untuk meningkatkan kualitas rumah melalui program BSPS.
Karena Siapapun, Boleh Bermimpi Punya Rumah
Melalui program-program yang dijelaskan di atas, terbukti bahwa Kementerian PUPR memang mempunyai komitmen agar seluruh masyarakat Indonesia bisa memiliki hunian pribadi. Mau Anda adalah milenial dengan penghasilan di bawah UMR (Upah Minimum Regional), pekerja yang tak punya slip gaji, hingga milenial bergaji dua digit yang punya gaya hidup konsumtif, bisa berpeluang punya rumah asalkan ada niat dan usaha.
Niat dan usaha tentu bisa diwujudkan melalui perencanaan keuangan secara tepat. Tidak perlu kok harus menyewa financial planner berharga mahal, karena yang dibutuhkan hanyalah disiplin untuk menyisihkan uang demi kebutuhan masa depan seperti rumah impian.Â
Agar mimpi memiliki rumah pertama bisa terwujud, Anda harus tahu betul mana yang lebih penting antara beli kebutuhan masak di dapur, tabungan beli rumah, atau cuma sekadar nongkrong di cafe demi membeli segelas minuman viral untuk unggahan media sosial.
Bersama PUPR, kini mimpi memiliki rumah pertama jelas bukan sekadar khayalan lagi. Yuk, wujudkan bersama-sama rumah pertama Anda!
Tertarik dengan tulisan saya yang lain? Silahkan berkunjung ke heyarai.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI