Di museum ini orang Maluku benar-benar ditampilkan sebagai teman yang membantu orang Belanda dan Indo. Bahkan, diceritakan kalau banyak grup resistensi yang dibentuk oleh komunitas Maluku untuk membantu orang-orang Belanda dan Indo yang dimasukkan ke camp internir oleh Jepang.Â
Museum bahkan meredefinisi peran komunitas Maluku. Orang Maluku tidak ditampilkan sebagai kelompok yang dulunya dijajah atau dipekerjakan oleh Belanda sebagai tentara KNIL, tetapi sebagai "partner", "teman", atau bahkan "saudara" bagi Belanda.Â
Hasilnya, sejarah official berpadu dengan memori dan cerita perseorangan (terutama Belanda dan Indo). Tata pamer museum dibagi menjadi 6 ruangan, dari datangnya VOC hingga "dipulangkannya" postcolonial immigrant ke Belanda tahun 1950-1963.Â
Yang menarik, selain menampilkan cerita personal, museum ini juga berusaha menampilkan berbagai sudut pandang. Misalnya, saat membahas mengenai Perang Aceh dan Perang Diponegoro, ditampilkan versi Belanda dan versi Indonesia. Sedangkan, ruangan tentang zaman Jepang di Museum Bronbeek menurut saya didesain dengan sangat tricky.Â
Ruangannya dibuat agak berundak, dengan desain bendera Jepang di sisi belakang ruangan. Namun, cerita tentang orang-orang yang masuk camp ditampilkan di lantai (juga di dinding sisi kiri dan kanan). Jadi, pengunjung harus agak membungkuk untuk membaca ceritanya. Bagaikan membungkuk ke bendera Jepang di era 1942-1945 lalu.Â
Selain itu, ada pula Museum Sophiahof di Den Haag yang baru diresmikan oleh King Willlem Alexander pada bulan Juni 2019 lalu. Museum Sophiahof adalah kolaborasi dari Indisch Remembrance Centre dan Moluks Museum.
Saya memang sempat terlibat dalam co-kurasi di pembuatan video dokumenter yang ditampilkan di pameran. Namun, karena harus pulang ke Indonesia untuk sementara waktu, maka saya belum bisa mengunjungi museumnya secara langsung.Â
Kalau menurut teman-teman saya yang pernah datang, pamerannya berkisah mengenai berbagai resistensi yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat untuk merdeka, baik di Indonesia maupun Belanda. Tidak hanya tentang orang Belanda dan Indo, tapi peran orang Maluku juga dibahas mendalam.