Mohon tunggu...
Zulaika Nafira Dasaad
Zulaika Nafira Dasaad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sinned but not a Demon Good but not an Angel

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Me vs Blackberry

24 Juni 2013   22:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:29 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari dulu, gue sadar bahwa gue bukan termasuk tipe ABG-gadget-freak yang gaul. Gue ABG kece, dan ga perlu tanya soal eksistensi gue di Jakarta. Dari tukang somay sampe tukang es podeng di jajaran Blok S tau kok siapa gue. Rata-rata karna gue ngutang dan sampe sekarang belom bayar.


Ketika wabah Blackberry merajalela, gue sedikit skeptis. Karena walaupun gue anak gaul seperempat Jakarta, gue bukan gadget freak. Jangankan gadget, disuruh masang timer di microwave aja beresiko menyebabkan kebakaran satu komplek. Jadi, gue merasa nggak butuh ikut-ikutan punya BB seperti kawan-kawan gue yang gaul itu, cukup main bekel aja di rumah.

Tetapi ketika gue mulai merintis karir, komunikasi via Blackberry Messenger (BBM) menjadi aspek yang sangat penting. Gue bekerja sebagai Sales Promotion Girl yang bersifat freelance. Info job, Screening, Interview, dsb semua dikoordinasi melalui Blackberry. Mau tidak mau gue harus memiliki benda tersebut.

Blackberry pertama yang gue miliki adalah Blackbery Curve 8310. Awalnya gue sangat bahagia. Komunikasi gue berjalan lancar mengingat hampir semua manusia yang gue kenal maupun tidak kenal sudah menggunakan Blackberry. Info job gue dapat melalui Broadcast Message, pengiriman CV dan foto instan melalui Email, pemberitaan jadwal screening dilakukan melalui BBM. Hidup terasa indah dan praktis. Lalu muncul permasalahan pertama gue; NGE-LAG.

Karena Blackberry yang gue gunakan adalah Blackberry bekas, nggak heran kalo BB tersebut berpenyakitan. Yang gue ga tau adalah ternyata BB itu udah sekarat, jadi sering koma. Baru beberapa hari di tangan dan BB itu sudah melewati proses mati-nyala beratus-ratus kali. Kadang gue berfikir, "ini BB apa lampu disko portable?". Lalu ada masanya gue putus asa. Gue berharap BB gue dicabut nyawanya dan mendoakan arwahnya masuk surga, tapi setiap selesai gue berdoa, mesinnya kembali bekerja. Gue semakin putus asa. Kemudian gue memutuskan untuk mengganti Handphone dan memutuskan tali silahturahmi dengan si Curve. Ibarat pacar pertama, Blacberry Curve 8310 yang memperkenalkan gue dengan 'cinta' dan 'adiksi'. Gue harus punya BB lagi.

Blacberry kedua gue juga barang bekas. Gue bukannya pacaran sama tukang loak, tapi walaupun gaul, saat itu gue sedikit bermasalah dengan keuangan. Gue hanya mampu membeli sebuah Blackberry Javelin 8900. Kali ini gue yakin kondisi Blackberry Javelin tidak akan sama dengan Blackberry Curve, karena Blackberry Javelin tersebut gue beli dari nyokap gue sendiri. Nyokap gue bukan ibu yang keji, cuma punya otak bisnis.

Si Javelin bertahan beberapa bulan dalam genggaman gue. Hal yang paling gue banggakan dari si Javelin adalah fitur auto fokus kameranya. Setiap gue berfoto menggunakan si Javelin, gue merasa diri gue model majalah FHM. Demi kenyamanan bersama, ada baiknya tak satupun dari kalian melihat hasil-hasil fotonya. Kemudian gue bertemu masalah kedua; BATERE BOROS.

Entah sejak kapan gue mulai menyadari bahwa Blackberry Javelin kesayangan gue menjadi sangat boros. Sehari gue harus mencharge 3 kali, seperti minum obat. Gue mulai merasa nggak nyaman karena nggak selamanya tempat yang gue tuju memiliki sumber listrik. Masa gue harus bawa-bawa genset (gue bukan gadget-freak jadi belom tau powerbank) kemanapun gue pergi? Saatnya mengucap salam perpisahan, gue harus cari BB baru.

Kali ini gue mencari Blackberry baru dan gue menemukan Blackberry Curve 8530 AHA atau yang akrab dipanggil BB Gemini. Keputusan dan tekad gue sudah lingkaran bulat nan bundar. Sebelumnya gue membaca di ramalan bintang, bahwa Cancer cocok berhubungan dengan Gemini. Semoga kali ini beneran jodoh. Gue merasa ketipisan body Gemini menjadikannya lebih ringkas, dan trackpadnya mempermudah penggunaan mengingat Blackberry gue sebelumnya semua bertipe trackball. Gue cukup puas. Namun, munculah masalah ketiga; BATERE BOCOR.

Berbeda dengan kasus batere boros, batere bocor adalah kasus yang jauh lebih krusial. Setiap gue selesai mengisi batere hingga full, hanya dibutuhkan waktu SETENGAH jam untuk BB gue mencapai garis kuning. Gue mencoba mengakali hal ini dengan membeli batere double-power. Ada kemajuan. Batere gue mencapai garis kuning dari full dalam waktu SATU jam. Gue kembali putus asa.

Kembalilah gue ke kebiasaan lama gue, mencari BB bekas. Dalam waktu singkat takdir mempertemukan gue dengan Blackberry Curve 3G 9300, kita sebut saja Apollo. Dengan body yang menyerupai Gemini namun lebih tipis dan fitur yang jauh lebih unggul, gue langsung jatuh cinta. Lalu gue menemukan link di sini dengan konten yang semakin mempermudah kelancaran berkomunikasi. Dengan paket Blackberry XL 3 in 1 Unlimited, hubungan gue, Apollo 3G dan internet semakin harmonis adanya. Hari-hari yang gue lewatkan dengan Apollo terasa sangat menyenangkan hingga gue bertemu dengan masalah keempat; MESIN PANAS.

Jika BB Apollo gue digunakan intensif selama lebih dari 15 menit, BB tersebut akan berubah suhu menjadi panas. Gue hampir curiga bahwa Apollo bukan menggunakan batere tapi batu bara. Gue pun hampir melakukan tindakan semacam menyiramnya dengan air, memasukkannya ke freezer, atau meneteskannya dengan obat penurun demam demi menurunkan panasnya. Gue merasa, diantara kawan-kawan gaul gue, hanya gue yang selalu bermasalah dengan BB. Hubungan mereka terlihat baik-baik saja. Kali ini gue harus mencari tau dimana letak sumber kesialan gue. Dan setelah melakukan penelitian, browsing, dan semedi 40 hari gue menemukan jawabannya; CHARGER.

Gue menyadari dari awal gue memiliki Blackberry, gue selalu meremehkan charger yang gue gunakan. Gue tidak mempedulikan apakah charger yang gue gunakan adalah charger asli Blackberry, atau asli buatan Cibaduyut. Terkadang jika malas, gue suka mencolokkan BB gue ke laptop dan mengisi batere dari sana. Jika bisa, mungkin gue akan mengisi baterai lewat kompor atau tiang listrik. Namun, tindakan gegabah semacam itu ternyata walaupun tidak menyebabkan ledakan atau kebakaran satu komplek merusak batere bahkan mesin BB. Jangankan Handphone, mobilpun jika diisi bensin murahan atau bensin eceran walaupun sama-sama bensin cepat atau lambat akan merusak daya dan kualitas mesinnya. Charger Blackberry KW, walaupun sama-sama charger Blackberrypun lambat laun akan merusak batere, mesin, dan hati pemiliknya.

Sekarang gue menggunakan Blackberry Style 9670. Sejak pertama gue menyentuhnya, gue menjaga orisinalitas chargernya. Gue nggak akan teledor lagi. Karena gue sudah sangat nyaman menggunakan Blackberry dan segala fitur serta koneksinya. Mempermudah komunikasi bahkan memperlancar pekerjaan jaman sekarang di mana segalanya sudah serba instan. Blackberry juga sangat user friendly, gue ga perlu berubah menjadi gadget-freak untuk mengerti penggunaannya. Kali ini gue akan menjaga Blackberry gue dengan baik. Karena, seperti mobil, barang bagus juga butuh perawatan yang baik dari pengguna yang teliti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun