Suku Boti merupakan salah satu suku adat di Indonesia, suku ini cenderung menutup dari pengaruh budaya luar karena mereka sangat menjaga adat istiadat mereka. Kalian tau gak sih Suku Boti itu berada dimana? Suku Boti berada di Desa Boti, Kabupaten Timor Tengah Selatan lho. Masyarakat suku ini memiliki keunikan dalam menjaga bahasa sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat Suku Boti adalah bahasa Dawan. Bahasa Dawan menjadi sarana komunikasi sehari-hari masyarakat dan sarana pelestarian nilai adat dan tradisi leluhur. Bahasa Dawan biasa digunakan sebagai penyampai tradisi, nilai adat, dan ajaran-ajaran spiritual yang sudah diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Meskipun terdapat penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, masyarakat suku Boti tetap mempertahankan bahasa mereka sebagai simbol identitas dan warisan budaya. Secara sosial, suku Boti terbagi menjadi dua, suku Boti dalam yang masih berpegang teguh pada tradisi leluhur serta masih mempertahankan kepercayaan animisme tradisional atau yang dikenal dengan Halaika dan suku Boti luar yang telah terbuka terhadap perkembangan dan menerima serta menganut agama Negara seperti Katolik, Protestan, dan Islam. Wilayah Boti hanya boleh ditempati oleh warga nya yang masih menganut Halaika. Orang yang telah berpindah keyakinan harus keluar dari wilayah suku Boti. Suku Boti meyakini kehidupan mereka dikendalikan oleh Uis Neno yang dianggap sebagai bapak  penguasa langit serta menjadi penguasa tertinggi dan Uis Pah yang diberikan kuasa untuk memangku, menggendong dan memberi asupan makanan kepada manusia layaknya seorang seorang ibu yang memberi makan kepada anak-anaknya. Sebagai bentuk penghargaan mereka terhadap Uis Neno, Uis Pah dan Nitu (arwah leluhur), maka mereka selalu memberikan persembahan dan upacara adat yang disebut Poi Pah. Nasi Fain Metan merupakan tempat keramat untuk melakukan ritual seperti hutan. Upacara Poi Pah ini dipimpin oleh kepala suku atau raja dan diikuti oleh semua laki-laki di dalam lingkup kerajaan suku Boti Dalam. Selain itu, keunikan dari masyarakat ini adalah kesenian budayanya dimana Masyarakat Suku Boti merupakan suku yang memegang teguh adat dan istiadat mereka. Dimana bentuk keseharian mereka menjadi identitas budaya mereka, berikut kesenian budaya yang ada di Suku Boti:Â
Upacara Natoni, merupakan upacara ritual yang disakralkan karena merupakan perkumpulan antara sesama warga Suku Boti dalam. Bertujuan untuk berdoa bersama dan merupakan tanda bagi Suku Boti yang tidak terpisahkan.Â
Seni Pertunjukan Bonet, merupakan pertunjukan kesenian dimana mereka baku balas pantun. Dalam pertunjukan ini juga ditunjuk seorang pemimpin pantun dan penari yang akan menyanyikan nyanyian Bonet.Â
Tenun Ikat, merupakan hasil kerajinan tradisional Suku Boti dimana kain tenun ini dibuat dengan pengikatan benang menggunakan alat tradisional gedongan. Pewarnaan kain ini menggunakan bahan alami seperti daun, kulit kayu, dan akar-akaran. Motif dari kain tenun ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan leluhur. Biasanya kain tenun ini digunakan saat upacara adat.
Kesenian dan budayanya sangat menarik bukan? Tentunya masyarakat suku ini juga memiliki beberapa alat yang membantu keberlangsungan hidup mereka seperti, Gong Besi, merupakan alat musik tradisional mereka digunakan dalam berbagai ritual dan perayaan sebagai bagian dari tradisi musik mereka, seperangkat alat untuk menenun (Beninis, Sifo, Nunu, Ike Suti, None, Taunu, Nono, Temus, Tiba, Paku, Tuke, Nai Oe, dan Loli), dan juga masyarakat ini memiliki peralatan rumah tangga yang mereka buat sendiri yaitu Ume Kbubu dan Lopo, Ini adalah jenis rumah tradisional yang dibangun dengan menggunakan bahan alami seperti kayu dan daun lontar. Ume Kbubu berfungsi sebagai tempat tinggal, sementara Lopo sering digunakan untuk berkumpul dan menyimpan hasil panen.
Keunikan lainnya dari suku ini merupakan salah-satu kerajaan yang berdiri dimana sistem kemasyarakatan suku ini adalah kerajaan, sebuah sistem pemerintahan sekaligus organisasi kemasyarakatan yang ada di suku boti. Dalam hirarkinya, kerajaan dipimpin oleh seorang raja atau yang lebih dikenal dengan sebutah Usif oleh masyarakat suku boti. Sebagaimana seorang raja pada umumnya Usif mengemban tugas untuk menjaga keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat suku boti. Selain itu, seorang usif juga bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan dan adat istiadat yang sudah turun temurun ada di suku mereka. Â Gelar Usif atau Raja diperoleh dengan cara turun temurun berdasarkan kemurnian darah dari kelompok keturunan pembuka daerah yang pertama atau pendiri di kerajaan tersebut. Dalam menjalankan tugas nya seorang Usif dibantu oleh para pejabat kerjaan yang terdiri dari:
1. Amaf
Amaf merupakan seorang pejabat kerajaan yang memiliki tugas untuk membantu Usif dalam setiap urusan kerajaan.
2. Meo mone
Mone merupakan seorang pembantu usif yang memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan pertahanan di dalam masyarakat suku boti. Jika dalam pemerintahan modern seorang mone dapat diumpamakan seorang tentara. Oleh karena hal itu, mone dapat disebut juga sebagai pasukan tentara kerajaan suku boti.
3. Meo fote
Serupa dengan Meo Mone, Meo Forte merupakan pembantu Usif yang mengemban tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat suku boti. Mone Fote bisa diumpamakan sebagai pasukan kepolisian yang ada di sistem kerajaan suku boti.
Kalau begitu bagaimana sih cara mereka mencari sumber penghasilan?? Nah Masyarakat suku Boti memiliki beberapa mata pencaharian, seperti bertani, beternak dan juga membuat kain tenun. Bertani merupakan mata pencaharian utama di suku Boti karena Indonesia ini adalah negara agraris, teknik bercocok tanam ini juga telah dikenal sejak masa prasejarah hingga sekarang. Di Suku Boti ini mereka menggunakan metode "slash and burn" (tebas dan bakar) untuk membuka lahan baru, tetapi selalu melaksanakan ritual adat terlebih dahulu untuk meminta izin kepada Dewa Langit (Uis Neno) agar tanaman mereka tumbuh dengan baik. Mereka juga beternak dan memelihara hewan ternak seperti ayam, babi, sapi, dan kambing, yang menjadi sumber tambahan penghidupan mereka. Bertani dan beternak ini adalah pekerjaan untuk pria, sementara wanita bertugas untuk memasak, mengurus anak dan juga membuat kain tenun. Kain tenun yang diproduksi secara tradisional, dan terbuat dari  kapas dan diwarnai dengan pewarna alami dari tumbuhan.
Masyarakat ini tidak menjalani pendidikan formal, tetapi Suku Boti, seperti banyak suku adat lainnya, memperoleh pengetahuan melalui pengalaman secara turun-temurun dari nenek moyang mereka dan interaksi yang mendalam denganalam sekitar mereka. Pengetahuan ini dipelajari dan diwariskan secara lisan serta melalui praktek sehari-hari baik dari pengetahuan tentang pertanian,ramuan obat dan adat istiadat. Pengetahuan tentang pertanian selain dari nenek moyang mereka juga berasal dari interaksi mereka dengan suku suku di sekitar mereka meskipun memiliki kebudayaan dan bahasa yang khas, tidak terisolasi sepenuhnya. Mereka Mungkin memperoleh teknik-teknik baru untuk meningkatkan metode pertanian mereka dengan cara mempelajari sistem pertanian dari suku-suku tetangga yang memiliki pengetahuan atau pengalaman berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H