Sebagai contoh, UINSA meluncurkan academic entrepreneurship incubator, yang memberikan ruang bagi mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan solusi inovatif, seperti aplikasi pendidikan berbasis teknologi atau produk berbasis penelitian. Hasil dari program ini tidak hanya menciptakan pendapatan tambahan bagi institusi, tetapi juga memberdayakan mahasiswa untuk menjadi pelaku ekonomi kreatif. Selain launching program dukungan riil seperti hub tempat berkumpul sebagai ingkubator perlu diinisiasi, dukungan pembiayaan yang mungkin berpartner dengan lembaga keuangan sangat memungkinan untuk dibangun, sehingga pembangunan academic entrepreneurship incubator ini tidak hanya besar diangan namun bisa nyata dilapangan.
Ketiga, Fokus pada Bisnis Sendiri: Menjaga Fokus pada Misi Utama
Dalam menjalankan program-program inovasi, universitas harus tetap memastikan bahwa setiap inisiatif mendukung misi inti pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
UINSA menempatkan penguatan akademik sebagai prioritas melalui digitalisasi kurikulum dan pengembangan kelas internasional. Contohnya adalah program Student Exchange, yang memungkinkan mahasiswa UINSA belajar di luar negeri sembari membawa nilai-nilai Islam moderat. Program ini tidak hanya memperkuat reputasi akademik UINSA, tetapi juga mendorong kolaborasi internasional yang relevan dengan kebutuhan global.
Keempat, Latih Pikiran: Mendorong Inovasi dan Kreativitas
Sebagaimana individu, institusi pendidikan juga harus memanfaatkan kekuatan intelektualnya. UINSA mempraktikkan ini melalui program academic entrepreneurship, yang memberikan pelatihan kepada mahasiswa dan dosen untuk menciptakan solusi inovatif.
Misalnya, salah satu inovasi yang dihasilkan adalah aplikasi GoQuran, yang dirancang untuk memudahkan umat Islam memahami Al-Qur'an melalui fitur interaktif. Aplikasi ini menjadi contoh bagaimana pelatihan pemikiran kritis dapat menghasilkan produk yang berdampak luas.
Kelima, Pelajari Keahlian Teknis: Menguasai Teknologi dan Pasar
Transformasi pendidikan tinggi memerlukan penguasaan keahlian teknis, seperti teknologi digital, pemahaman pasar, dan pengelolaan keuangan. UINSA telah memanfaatkan teknologi dalam layanan akademik, seperti integrasi sistem manajemen pembelajaran berbasis daring (LMS).
Contoh lain adalah implementasi Single Sign-On yang memungkinkan mahasiswa mengakses berbagai layanan akademik dengan lebih efisien. Langkah ini menunjukkan bagaimana penguasaan teknologi dapat meningkatkan pengalaman belajar sekaligus efisiensi operasional kampus.
Keenam, Temukan Peluang Tersembunyi: Menggali Potensi Kolaborasi
Sering kali, peluang terbaik muncul dari sektor yang diabaikan. UINSA telah memanfaatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah, seperti dalam proyek pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang menghubungkan kampus dengan wilayah sekitar.
Proyek ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih erat antara universitas dan masyarakat lokal. Selain itu, kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk memperluas dampak sosial UINSA.
Ketujuh, Kelola Risiko: Mengambil Keputusan dengan Bijak
Setiap inovasi membawa risiko, tetapi manajemen risiko yang baik dapat meminimalkan dampak negatif. Program kelas internasional di UINSA, misalnya, memiliki risiko seperti kurangnya partisipasi mahasiswa atau perbedaan kurikulum.
Namun, dengan strategi mitigasi seperti penyesuaian kurikulum dan promosi yang lebih luas, program ini mampu menarik minat mahasiswa internasional. Hasilnya, program ini tidak hanya meningkatkan reputasi UINSA, tetapi juga membuka peluang kolaborasi akademik global.