Di sebuah gang sempit di Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Sidoarjo, terdapat seorang nenek tua berusia 80 tahun yang selalu sibuk dengan kegiatannya. Bu Gimah, begitu warga setempat memanggilnya, adalah seorang penjual nasi jagung dan urap sayur yang sangat dikenal oleh penduduk sekitar. Meski usianya sudah tak lagi muda, Bu Gimah tetap semangat menjalani hidupnya dengan berdagang dan membantu tetangga-tetangganya.
sederhana, bahkan masuk dalam daftar keluarga yang mendapatkan bantuan bedah rumah dari pemerintah beberapa tahun yang lalu. Kondisi rumahnya sebelum dibedah sangat memprihatinkan, dengan atap bocor dan dinding retak. Namun, bantuan itu memberikan angin segar bagi kehidupan Bu Gimah. Meskipun rumahnya kini lebih layak huni, ia tetap rendah hati dan terus bekerja keras seperti biasa.
Gang tempat tinggal Bu Gimah sempit dan berkelok, dengan rumah-rumah padat di sekelilingnya. Rumahnya sendiri cukupSetiap pagi, sekitar pukul 4, Bu Gimah sudah terjaga. Ia berjalan pelan ke dapurnya yang kecil dan memulai rutinitas memasaknya. Nasi jagung yang ia jual adalah perpaduan nasi dan jagung yang ditanak bersama, sehingga menghasilkan cita rasa yang khas dan nikmat. Bukan hanya nasi jagung yang membuat dagangannya istimewa, tetapi lauk pauk yang disajikan bersamanya: urap sayur, ikan asin goreng, Bali Pindang, dan sambal terong pedas yang menjadi favorit para pembelinya.
Pagi yang Sibuk
Setiap hari, setelah selesai memasak, Bu Gimah menata dagangannya dengan teliti. Dia menyiapkan bakul-bakul kecil yang berisi nasi jagung dan lauk-pauk yang menggoda selera. Bau harum dari Bumbu Bali Pindang yang dimasaknya merembes keluar dari dapur, menarik perhatian tetangga dan warga sekitar yang mulai beraktivitas di pagi hari.
"Bu Gimah, saya pesan dua bungkus ya, buat sarapan di kantor," sapa Pak Arjo, tetangga sebelah rumah yang setiap hari membeli nasi jagungnya.
Bu Gimah tersenyum, memperlihatkan giginya yang tinggal beberapa. Tangannya yang sudah keriput cekatan membungkus pesanan Pak Arjo dengan daun pisang yang dikombinasi dengan kertas minyak-Kertas Pembungkus. "Ini, Pak. Semoga cocok di lidah," ujarnya sambil menyerahkan bungkusannya.
Harga nasi jagung yang dijual Bu Gimah sangat terjangkau. Hanya dengan harga yang murah, para pelanggan bisa menikmati makanan tradisional yang lezat dan mengenyangkan. Banyak yang datang tidak hanya karena rasa masakannya, tetapi juga karena keramahan dan kehangatan yang selalu terpancar dari Bu Gimah.
"Bu Gimah itu luar biasa. Meski usianya sudah tua, tapi masih semangat jualan. Masakannya juga enak sekali. Sambal terongnya pedas tapi bikin nagih!" ujar Bu Leni, salah satu pelanggan setia yang tinggal di gang sebelah.
Semangat yang Tak Pernah Padam
Setelah menjual nasi jagungnya, Bu Gimah sering kali menyisihkan waktu untuk membantu tetangga-tetangganya. Meskipun fisiknya tak lagi sekuat dulu, dia tak segan membantu siapa saja yang membutuhkan tenaganya. "Saya ini sudah tua, tapi kalau bisa bantu orang lain, kenapa tidak? Rezeki itu kan tidak hanya dari uang, tapi juga dari kebaikan yang kita berikan kepada orang lain," katanya suatu hari sambil tersenyum lembut.
Di lingkungan Sidokumpul, Kecamatan Sidoarjo, Bu Gimah dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, dia selalu berusaha berbagi, baik dalam bentuk makanan atau tenaga. Ketika ada tetangga yang kesulitan, entah karena sakit atau membutuhkan bantuan untuk acara kecil di rumah, Bu Gimah tak pernah absen untuk membantu.
Namun, di balik kebaikannya, Bu Gimah tetaplah manusia yang juga memiliki beban hidup. Kehidupannya jauh dari kata mewah. Meski rumahnya sudah dibedah oleh pemerintah, penghasilannya dari berjualan nasi jagung tidaklah seberapa. Kadang, di akhir bulan, dia harus mengencangkan ikat pinggang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, ia tak pernah mengeluh.
"Makan sepiring nasi jagung dan urap sayur itu sudah cukup buat saya. Yang penting masih bisa bergerak, masih bisa berjualan, dan membantu orang lain. Itu sudah rezeki yang luar biasa," katanya dengan penuh syukur.
Nasi Jagung yang Selalu Dirindukan
Nasi jagung dan urap sayur buatan Bu Gimah memiliki tempat istimewa di hati para pelanggannya. Tidak sedikit yang datang dari jauh hanya untuk membeli makanan sederhana ini. Menurut cerita warga, nasi jagungnya memiliki cita rasa yang berbeda dari penjual lainnya. Campuran nasi dan jagung yang pas, ditambah dengan lauk pauk tradisional yang diracik dengan penuh cinta, membuatnya menjadi kuliner yang dirindukan oleh banyak orang.
"Bali Pindang Bu Gimah itu luar biasa. Ikannya gurih, bumbunya pas, dan kalau dimakan sama nasi jagung, rasanya meledak di mulut. Murah meriah tapi bikin lidah goyang," cerita Pak Budi, salah satu pelanggan setia yang selalu datang setiap pagi untuk sarapan.
Sambal terong pedas yang disajikan sebagai pelengkap pun menjadi sorotan. Bagi yang suka pedas, sambal terong ini adalah kenikmatan tersendiri. Bukan hanya rasa pedasnya yang nendang, tapi juga aroma terong bakar yang dicampur dalam sambalnya.
"Kalau saya beli, sambal terongnya pasti minta tambah. Pedasnya bikin semangat, meskipun lidah terasa terbakar," ujar Bu Sri sambil tertawa.
Kenangan Manis dan Masa Depan
Bu Gimah memang telah berumur, namun semangatnya untuk berjualan dan membantu sesama tidak pernah luntur. Dalam kehidupannya yang sederhana di gang sempit Kelurahan Sidkumpul, Bu Gimah telah menjadi simbol keteguhan, kebaikan, dan kehangatan. Di usianya yang sudah senja, ia terus menginspirasi banyak orang di sekitarnya dengan kerja keras dan keikhlasannya.
Anak-anak muda di gang itu sering kali membantu Bu Gimah membawa barang dagangannya, dan beberapa dari mereka bahkan tertarik untuk belajar memasak nasi jagung darinya. "Kalau nanti saya sudah tidak bisa jualan lagi, saya ingin anak-anak muda di sini bisa teruskan. Biar nasi jagung ini tetap ada, dan bisa terus dikenang," ujar Bu Gimah dengan mata berbinar penuh harap.
Dengan segala keterbatasannya, Bu Gimah terus menjalani hari-harinya dengan penuh semangat dan keikhlasan. Meskipun sederhana, nasi jagung dan urap sayur yang ia jual telah memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya di lidah tetapi juga di hati. Setiap suapan nasi jagung dari Bu Gimah seakan membawa cerita panjang tentang kehidupan, ketulusan, dan cinta dari seorang nenek tua yang tak pernah berhenti bersyukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H