Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasi Jagung Bu Gimah

8 September 2024   16:26 Diperbarui: 8 September 2024   16:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, di balik kebaikannya, Bu Gimah tetaplah manusia yang juga memiliki beban hidup. Kehidupannya jauh dari kata mewah. Meski rumahnya sudah dibedah oleh pemerintah, penghasilannya dari berjualan nasi jagung tidaklah seberapa. Kadang, di akhir bulan, dia harus mengencangkan ikat pinggang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, ia tak pernah mengeluh.

"Makan sepiring nasi jagung dan urap sayur itu sudah cukup buat saya. Yang penting masih bisa bergerak, masih bisa berjualan, dan membantu orang lain. Itu sudah rezeki yang luar biasa," katanya dengan penuh syukur.

Nasi Jagung yang Selalu Dirindukan

Nasi jagung dan urap sayur buatan Bu Gimah memiliki tempat istimewa di hati para pelanggannya. Tidak sedikit yang datang dari jauh hanya untuk membeli makanan sederhana ini. Menurut cerita warga, nasi jagungnya memiliki cita rasa yang berbeda dari penjual lainnya. Campuran nasi dan jagung yang pas, ditambah dengan lauk pauk tradisional yang diracik dengan penuh cinta, membuatnya menjadi kuliner yang dirindukan oleh banyak orang.

Attila, 2024
Attila, 2024
"Bali Pindang Bu Gimah itu luar biasa. Ikannya gurih, bumbunya pas, dan kalau dimakan sama nasi jagung, rasanya meledak di mulut. Murah meriah tapi bikin lidah goyang," cerita Pak Budi, salah satu pelanggan setia yang selalu datang setiap pagi untuk sarapan.

Sambal terong pedas yang disajikan sebagai pelengkap pun menjadi sorotan. Bagi yang suka pedas, sambal terong ini adalah kenikmatan tersendiri. Bukan hanya rasa pedasnya yang nendang, tapi juga aroma terong bakar yang dicampur dalam sambalnya.

"Kalau saya beli, sambal terongnya pasti minta tambah. Pedasnya bikin semangat, meskipun lidah terasa terbakar," ujar Bu Sri sambil tertawa.

Kenangan Manis dan Masa Depan

Bu Gimah memang telah berumur, namun semangatnya untuk berjualan dan membantu sesama tidak pernah luntur. Dalam kehidupannya yang sederhana di gang sempit Kelurahan Sidkumpul, Bu Gimah telah menjadi simbol keteguhan, kebaikan, dan kehangatan. Di usianya yang sudah senja, ia terus menginspirasi banyak orang di sekitarnya dengan kerja keras dan keikhlasannya.

Anak-anak muda di gang itu sering kali membantu Bu Gimah membawa barang dagangannya, dan beberapa dari mereka bahkan tertarik untuk belajar memasak nasi jagung darinya. "Kalau nanti saya sudah tidak bisa jualan lagi, saya ingin anak-anak muda di sini bisa teruskan. Biar nasi jagung ini tetap ada, dan bisa terus dikenang," ujar Bu Gimah dengan mata berbinar penuh harap.

Dengan segala keterbatasannya, Bu Gimah terus menjalani hari-harinya dengan penuh semangat dan keikhlasan. Meskipun sederhana, nasi jagung dan urap sayur yang ia jual telah memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya di lidah tetapi juga di hati. Setiap suapan nasi jagung dari Bu Gimah seakan membawa cerita panjang tentang kehidupan, ketulusan, dan cinta dari seorang nenek tua yang tak pernah berhenti bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun