Dalam konteks pemerintahan, struktur birokrasi yang ada saat ini juga merupakan warisan dari sistem kolonial. Banyak praktik dan aturan yang kita gunakan saat ini masih didasarkan pada model kolonial yang dibangun untuk melayani kepentingan penjajah, bukan rakyat pribumi. Oleh karena itu, meskipun kita telah merdeka, tantangan untuk mereformasi birokrasi dan memastikan bahwa sistem pemerintahan kita benar-benar mencerminkan nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial masih sangat besar.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bagaimana kita harus memaknai warisan kolonial ini dalam konteks masa kini? Apakah kita harus menolak segala sesuatu yang berbau kolonial, ataukah kita bisa mengadopsinya dengan memberi makna baru yang lebih relevan dengan semangat nasionalisme?
Pernyataan Presiden Jokowi tentang "bau-bau kolonial" mencerminkan kesadaran bahwa kita masih dibayang-bayangi oleh masa lalu. Namun, alih-alih terjebak dalam bayang-bayang itu, kita bisa mengambil langkah proaktif untuk merekonstruksi warisan kolonial menjadi sesuatu yang positif.Â
Seperti yang dikatakan oleh Rizal, menjaga dan menggunakan bangunan kolonial bisa menjadi simbol kemenangan nasionalisme atas kolonialisme. Demikian pula, lomba panjat pinang, meskipun berasal dari tradisi kolonial, bisa menjadi simbol kerja keras dan kebersamaan jika diinterpretasikan dalam konteks yang lebih positif.
Pada akhirnya, warisan kolonial adalah bagian dari sejarah kita yang tidak bisa dihapus begitu saja. Namun, kita memiliki pilihan untuk menentukan bagaimana warisan ini akan memengaruhi identitas kita sebagai bangsa. Apakah kita akan terus dibayangi oleh masa lalu, ataukah kita akan mengambil alih kendali atas warisan tersebut dan memberi makna baru yang lebih sejalan dengan nilai-nilai kemerdekaan dan keadilan yang kita perjuangkan?
Dengan mempertahankan warisan kolonial yang memiliki nilai sejarah dan estetika, kita dapat menunjukkan bahwa bangsa ini mampu mengubah sesuatu yang dulu digunakan untuk menindas menjadi simbol kemenangan dan kebanggaan. Di sisi lain, kita juga harus kritis terhadap warisan yang justru menghalangi kita untuk maju dan mengembangkan identitas nasional yang lebih kuat dan mandiri.
Warisan kolonial adalah cermin dari masa lalu kita, tetapi bagaimana kita melihat diri kita di dalam cermin itu tergantung pada bagaimana kita memaknainya. Dengan kebijaksanaan dan kesadaran sejarah, kita bisa mengubah bayang-bayang kolonial menjadi pijakan untuk masa depan yang lebih cerah dan berdaulat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H