Salah satu inisiatif yang patut dicontoh adalah program "Satu Keluarga, Satu Sarjana", yang telah diimplementasikan di berbagai universitas keagamaan di Jawa Timur. Program ini didukung oleh 36 kantor BAZNAS di seluruh provinsi, memberikan beasiswa kepada keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, memastikan bahwa setidaknya satu anggota dari setiap keluarga dapat memperoleh gelar sarjana. Program ini didanai oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di setiap kabupaten dan kota, memberikan harapan kepada keluarga-keluarga yang mungkin tidak pernah membayangkan bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Inisiatif ini tidak hanya memberdayakan individu melalui pendidikan, tetapi juga berkontribusi untuk memutus siklus kemiskinan di komunitas-komunitas ini.
2. Uang Kuliah Tunggal (UKT) Hijau
Meskipun masih dalam tahap konseptual, program UKT Hijau (Green UKT) menghadirkan peluang unik untuk menggabungkan keberlanjutan lingkungan dengan aksesibilitas pendidikan. UKT Hijau memungkinkan siswa membayar biaya kuliah mereka melalui proses pengumpulan sampah. Dengan mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang, siswa dapat mengumpulkan dana yang kemudian disetorkan ke sistem pengelolaan sampah universitas, BSS (bank sampah). Inisiatif ini membantu siswa memenuhi kewajiban finansial mereka sambil mempromosikan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Siswa mendaftarkan diri ke BSS, mengumpulkan dan menyimpan sampah, yang kemudian ditimbang dan dicatat, dan akhirnya diubah menjadi uang untuk membayar biaya kuliah mereka. Model ini menunjukkan bagaimana universitas dapat menciptakan solusi inovatif yang mengatasi tantangan keuangan dan lingkungan sekaligus.
3. UPZ UINSA untuk Mendukung Biaya Kuliah Siswa
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) UINSA merupakan contoh lain yang patut dicontoh tentang bagaimana sebuah universitas dapat mendukung siswanya secara finansial. UPZ mengumpulkan donasi dan zakat dari karyawan UINSA, yang kemudian digunakan untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu membayar biaya kuliah mereka untuk semester berjalan. Praktik ini tidak hanya memperkuat prinsip zakat dalam Islam, tetapi juga mempererat rasa kebersamaan dan dukungan timbal balik dalam universitas. Dengan memanfaatkan sumber daya internal, UINSA memastikan bahwa siswa yang menghadapi kesulitan finansial bisa dibantu.
4. Program Green-Gold
Program Green-Gold menawarkan anggota komunitas UINSA, baik internal maupun eksternal, kesempatan untuk memperoleh emas dengan menukar deposit sampah. BSS bekerja sama dengan pegadaian untuk memfasilitasi proses ini, memungkinkan pelanggan mengubah nilai moneter dari sampah yang mereka kumpulkan menjadi emas, yang kemudian dibeli dan diserahkan kepada pelanggan. Program inovatif ini menyoroti bagaimana universitas dapat mengintegrasikan literasi keuangan dan tanggung jawab lingkungan dalam operasinya, memberikan siswa pelajaran berharga di kedua bidang tersebut.
5. Program Green-ShowWaste (Belanja Hijau dengan Sampah)
Di UINSA, ada gerakan untuk mengimplementasikan sistem belanja berbasis sampah, yang memungkinkan siswa membeli barang atau mengakses layanan (misalnya, pencetakan) dengan menukar sampah yang dapat didaur ulang. Sistem ini terintegrasi dengan aplikasi seluler, memungkinkan transaksi tanpa uang tunai dan memberikan siswa opsi manajemen keuangan yang lebih fleksibel. Program Green-ShowWaste tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi sampah plastik dan sampah lainnya, tetapi juga menawarkan siswa cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa bergantung sepenuhnya pada sumber daya finansial.
6. Program Green-Health
Terinspirasi oleh upaya perintis Dr. Gamal Albinsaid di Malang, di mana warga dapat mengakses layanan kesehatan dengan membayar menggunakan sampah yang dapat didaur ulang, program Green-Health bertujuan untuk membangun model serupa di UINSA. Dengan mengumpulkan sampah senilai 150.000 Rupiah, siswa dan anggota komunitas dapat mengakses layanan kesehatan di Klinik UINSA bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Program ini memastikan bahwa siswa dan anggota komunitas lainnya yang mungkin tidak memiliki asuransi kesehatan tetap dapat menerima perawatan medis yang mereka butuhkan, semakin memperkuat komitmen Universitas Pro-Poor terhadap dukungan holistik bagi siswanya.