2.Apa sumber daya khas tempat ini?
Setiap tempat memiliki sumber daya khas yang menjadi kekuatannya. Sumber daya ini bisa berupa aset alam, seperti pegunungan, sungai, dan pantai; aset budaya, seperti seni, kerajinan tangan, dan kuliner; serta aset manusia, seperti keterampilan tradisional dan pengetahuan lokal. Mengidentifikasi sumber daya khas ini sangat penting untuk merancang strategi yang memanfaatkan potensi lokal secara optimal.
3.Apakah ada sumber daya yang tidak kita ketahui?
Proses pemetaan juga harus mencakup eksplorasi dan penggalian informasi tentang sumber daya yang mungkin belum teridentifikasi sebelumnya. Sumber daya ini bisa saja tersembunyi atau kurang dimanfaatkan. Dengan melakukan survei mendalam dan berpartisipasi aktif dengan komunitas lokal, kita dapat menemukan aset-aset baru yang dapat diberdayakan untuk pembangunan.
4.Bagaimana kita bisa memaksimalkan sumber daya tersebut?
Setelah mengidentifikasi sumber daya, langkah berikutnya adalah mencari cara untuk memaksimalkannya. Ini bisa melibatkan pengembangan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, promosi pariwisata untuk menarik pengunjung, atau kolaborasi dengan sektor swasta untuk mengembangkan industri kreatif. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua sumber daya digunakan secara efektif dan efisien untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
5.Apa kebijakan, skema, dan inisiatif yang sudah ada?
Memahami kebijakan, skema, dan inisiatif yang sudah ada sangat penting untuk memastikan bahwa strategi pembangunan baru tidak bertentangan atau tumpang tindih dengan inisiatif yang sudah berjalan. Ini juga membantu dalam mengidentifikasi celah yang mungkin perlu diisi dan peluang untuk kolaborasi dan sinergi dengan program yang ada. Dengan demikian, kita dapat menghindari duplikasi usaha dan memastikan bahwa semua inisiatif saling mendukung.
6.Bagaimana kita bisa memastikan inisiatif-inisiatif tersebut saling terhubung dan menghindari duplikasi?
Untuk menghindari duplikasi dan memastikan bahwa semua inisiatif saling terhubung, diperlukan koordinasi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan. Ini bisa melibatkan pembentukan forum komunikasi atau platform kolaborasi di mana semua pihak yang terlibat dapat berbagi informasi, sumber daya, dan ide. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan sinergi dan memastikan bahwa semua upaya pembangunan berjalan seiring dan mendukung satu sama lain.
7.Apa hambatan terhadap perubahan?
Terakhir, penting untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin menghalangi perubahan. Hambatan ini bisa bersifat struktural, seperti kebijakan yang kaku dan birokrasi yang rumit; atau bersifat sosial, seperti resistensi dari masyarakat lokal terhadap perubahan. Dengan memahami hambatan-hambatan ini, kita dapat merancang strategi yang lebih adaptif dan inklusif, serta mengembangkan pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi dampak negatif dari hambatan tersebut.
Model Pemetaan
1.Pemetaan Tangible dan Intangible Aset Lokal: Menggunakan peta survei, peta transportasi, peta zonasi, peta bisnis, peta wisata, peta situs sejarah.
2.Pemetaan Ekologi Budaya: Untuk informasi yang lebih baik tentang aset budaya, pemasaran yang lebih baik, dan peningkatan jaringan di antara organisasi budaya.
3.Pemetaan Mental: Menunjukkan persepsi, perasaan, citra tempat, identitas.
4.Pemetaan Pikiran: Untuk menghasilkan solusi baru atau peluang pengembangan, mencocokkan aset/sumber daya dengan kebutuhan, menangani tantangan secara kreatif.
Studi Kasus: Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, telah menjadi salah satu daerah yang mulai menerapkan pendekatan cultural planning dalam pengembangan wilayahnya. Sidoarjo memiliki potensi budaya yang kaya, termasuk tradisi lokal, seni, dan kuliner. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bekerja sama dengan komunitas lokal dan pelaku seni untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan aset budaya ke dalam strategi pembangunan daerah.
Pemetaan Budaya di Sidoarjo
Proses pemetaan budaya di Sidoarjo melibatkan identifikasi aset budaya lokal, seperti kesenian tradisional, kerajinan tangan, dan situs bersejarah. Pemetaan ini dilakukan melalui survei dan partisipasi masyarakat untuk memastikan bahwa semua aset budaya yang ada dapat diidentifikasi dan dimanfaatkan secara optimal. Sejumlah aset peninggalan budaya di Sidoarjo juga perlu untuk dioptimalisasi, sebagai wilayah bekas pusat kerajaan Panjalu dimasa lalu banyak budaya lokal masalalu yang bisa menjadi pijakan pengembangan.
Penyusunan Strategi
Setelah pemetaan selesai, langkah berikutnya adalah penyusunan strategi yang berfokus pada pengembangan jangka panjang. Strategi ini mencakup promosi pariwisata budaya, dukungan terhadap industri kreatif, dan pelestarian warisan budaya. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga mengembangkan program-program yang melibatkan komunitas lokal dalam kegiatan budaya, seperti festival budaya dan pameran seni.
Implementasi Program
Beberapa program yang telah diimplementasikan di Sidoarjo meliputi:
*Festival Budaya Sidoarjo: Festival ini diadakan setiap tahun untuk mempromosikan seni dan budaya lokal, menarik wisatawan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian budaya.
*Pameran Seni dan Kerajinan: Pameran ini menampilkan karya seni dan kerajinan tangan lokal, memberikan platform bagi seniman dan pengrajin untuk memamerkan dan menjual produk mereka.
*Program Pelatihan Seni dan Kerajinan: Program ini menyediakan pelatihan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam seni dan kerajinan tangan, sehingga dapat menciptakan peluang ekonomi baru.