Meskipun perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sering kali terjadi secara berlebihan dan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan lokal atau kebijakan pendidikan yang sudah mapan.
 Dosen merasa terdorong untuk mengikuti perubahan ini, meskipun mereka merasa perubahan tersebut tidak selalu relevan atau bermanfaat bagi mahasiswa. Ketidakstabilan ini dapat mengganggu keseimbangan antara tradisi akademik dan inovasi, yang pada akhirnya dapat merusak integritas akademik.
Fokus pada Administrasi daripada Pengajaran dan Penelitian
Salah satu kritik utama terhadap proses akreditasi adalah bahwa ia memaksa dosen untuk lebih banyak fokus pada pekerjaan administratif daripada pada pengajaran dan penelitian.Â
Dalam upaya memenuhi persyaratan akreditasi, dosen harus mengurus tumpukan dokumen, menghadiri berbagai pertemuan, dan mengikuti proses evaluasi yang ketat.Â
Semua ini memakan waktu berharga yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan akademik yang lebih produktif. Akibatnya, kualitas pengajaran dan penelitian dapat menurun, karena dosen tidak memiliki cukup waktu untuk mengembangkan bahan ajar yang inovatif atau melakukan penelitian yang mendalam.Â
Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan utama pendidikan tinggi, yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Proses akreditasi sering kali memicu stres dan tekanan yang tinggi bagi dosen dan staf akademik. Mereka merasa tertekan untuk mencapai target dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh badan akreditasi.Â
Tekanan ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan fisik dosen. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan, penurunan motivasi, dan bahkan burnout.Â
Kondisi ini tidak hanya merugikan dosen secara individu, tetapi juga berdampak pada kualitas pendidikan yang mereka berikan kepada mahasiswa.Â
Dalam jangka panjang, tekanan berlebihan ini dapat menyebabkan turnover yang tinggi di kalangan dosen, yang pada gilirannya bisa merugikan institusi pendidikan secara keseluruhan.