Kedua kita terobong record Kelana Aprilianto ini, Caleg dari partai Hanura ini juga kurang beruntung di Pemilu 2019. Di kontestasi pemilu 2019 ini Kelana yang juga menjadi ketua DPD Partai Hanura hanya meraup 7.266 suara  Sedangkan Achmad Mundlor, juga pernah tercatat sebagai calon tidak tetap anggota legislatif PKB untuk DPRD Sidoarjo dapil  Sukodono- Taman, namun tidak melanjutkan pencalonannya sehingga namanya pun tidak muncul di lembar suara pemilu 2019.
Namun demikian, memerintah sebuah kabupaten tidak lah tergantung kepada satu sosok figur, masih banyak faktor lain yang menunjang diantaranya tim yang mendukung, program kerja yang ditawarkan. Menilik beberapa periode pemilu daerah kebelakang tidak ada kandidate kepala daerah yang tidak memiliki program yang baik. Hampir semua kandidate seolah menawarkan program yang mungkin "sundul langit", Diskursus program akan hanya jadi sampingan dan pelengkap administrasi pada masa pendaftaran calon kepala daerah dan masa kampanye. Lagi lagi kemampuan mengeksekusi akan menjadi pembeda ketika terpilih.
Bagaimana model kampanye yang efektif dimasa pandemic seperti saat ini? Kampanye dimasa pandemik COVID19 saat ini menarik, Karena hanya mereka yang mampu "menerobos" kebijakan untuk tidak membuat kerumunan dan "makan makan" mungkin yang akan diuntungkan. "Tim Buzzer" yang memanfaatkan media social dan group group online komunitas akan memegang kunci membangun opini calon pemilih.
Isue calon Milineal sangat mungkin dimainkan dalam era disrupsi sepeti saat ini. Namun isue calon milenial ini akan efektif bila sang calon terlihat mampu membangun usaha sendiri, membangun karier diluar bayang bayang "keluarga". Namun bila masih mengekor nama besar keluar issue " anak mami" atau issue "dynasti" akan menjadi boomerang.
Kalaupun dari ketiga Kandidate ini memiliki kriteria ideal terus mengunakan tag line " mari kita Jemput perubahan" apakah kita bisa optimis akan mendapatkan pemimpin yang lebih baik? Belum tentu
Mengakhir tulisan ini saya mau mengutip sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya".
(hadits Abu Huroiroh di dalam Shohih Bukhori)
Kita lihat saja Sidoarjo karakter pemilihnya seperti apa? Apakah akan melanjutkan sejarah menjadi kabupaten yang "auto pilot" seperti yang jadi gunjingan netizen selama ini ataukan menjadi kabupaten yang innovatif? Â Hanya waktu yang akan menjawabnya
Wis ndak wayahe Sidoarjo Autopilot maneh rek!
Achmad Room Fitrianto
Arek Darjo Asli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H