Tidak dapat dipungkiri Surabaya yang saat ini menjadi sorotan banyak pihak adalah berkat tangan dingin dari walikotanya
Semua masalah dipilah dan dipilih untuk diselesaikan dengan model skala prioritas, namun semua sadar bila Risma bukan malaikat...............
Keberhasilan walikota sangat tergantung atas beberapa hal. Pertama daya dukung aparat pemerintahan, apakah ada satunya kata dan perbuatan antara pimpinan dan para bawahan. Ajungan jempot patut saya berikan kepada beliau, karena setiap ada masalah beliau selalu ada dilapangan, ada kebakaran beliau ikut pegang selang pemadam, ada banjir beliau ikut ikut turun ngecek saluran sendiri, ada macet turun tangan ikut ngatur lalu lintas.......... tapi Risma bukan malaikat...........
Kedua, faktor yang menunjang keberhasilan seorang walikota adalah dukungan budget yang memadai dan keberanian untuk penggunaannya. meskipun didukung oleh dana yang berlimpah, namun apabila dalam pengunaannya masih sangat rigid dan hati hati yang menyebabkan eksekusi program berjalan lambat juga akan menjadi bumerang bagi pimpinan, namun demikian terlalu mudah memuluskan anggaran bisa bisa bernasib seperti walikota makasar, bupati bogor atau bupati sidoarjo dimana pada masa akhir jabatannya harus diusik dengan masalah hukum.... namun Risma bukan malaikat........
Ketiga, faktor pendukukung keberhasilan walikota adalah peranan civil society dalam melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintahan. Diera digital dan bebasnya arus informasi maka peranan civi society ini menjadi kunci pimpinan dalam mengambil kebijakan. Suara suara masyarakat lebih mudah didengar dan kemudian dikaji menjadi kebijakan pemerintah,....sekali lagi Risma bukan malaikat..........
Dari ketiga faktor penunjang kesuksesan pimpinan yang disebutkan diatas, memang tidak terlapas dari kuatnya pribadi dan karakter seseorang dimana karankter dan pribadi seseorang dibentuk oleh lingkungan, bagaimana orang tuanya mendidikanya, bagaimana lingkungan sekolah, kuliah membangun kesadaran akademis dan intelektualnya dan bagaimana lingkungan tetanga rumah yang sehat yang harmonis yang saling mendukung para warganya untuk berbuat yang terbaik menjadi variable tersembunyi yang tidak lepas dalam mempengaruhi pola pikir dan karakter yang menentukan keberhasilan sebagai pemimpin..........itu juga mengapa saya sebut Risma juga bukan malaikat.............
Pertanyaan muncul seberapa besar pengaruh walikota walikota terdahulu terhadap kinerja walikota saat ini? Diakui atau tidak, langsung atau tidak langsung pengaruh para walikota terdahulu juga mempengaruhi keberhasilan dalam membangun surabaya, coba bayangain apabila walikota terdahuluanya sangat amburadul, ndak terukur, korup, atau yang parah tidak amanah dengan jabatannya apakah progress yang dicapai Risma sebagai walikota akan semoncer sekarang? jawabannya bisa iya bisa tidak
Namun dari semua usaha dan kemonceran beliau saat ini memang layak untuk diberikan award atau penghargaan, Taman bungkul yang dapat the best city garden atau yang terkahir adalah Socrates award.............
Ngomong ngomong Socrates award sekali lagi saya sebutkan Risma bukanlah malaikat sehingga award yang diterima ternyata adalah United Europe Award yang mana menurut wikipedia The United Europe Award adalah sebuat independent Awards programme yang didesin untuk recognise and promote excellence, best practice and innovation yang berkaitan dengan European business community. award ini diberikan oleh European Business Assembly yang bermarkas di Oxford. Lembaga ini memiliki misi untuk "promotes transformation of state-of-the-art experience and economic practices, establishment of economic, educational, cultural, and scientific ties, creation of national business elites". Dimana proses transparansinya dititik beratkan kepada usaha penciptaan " Creation of a positive image of dynamically developing regions, companies and individuals in the European and global business community " lha dari sini apakah surabaya dan walikotanya layak menerima ini? apakah sudah waktunya? bagaimana kriteria penilaiannya? tolak ukurnya bagaimana?
Risma juga bukan malaikat..........tergiur dengan award dan penghargaan adalah sangat manusiawi, namun selektif dan terukur itu menjadi garda terdepan seharusnya dikedepankan sebelum menerima award, namun apa daya Award yang diarak 20 april 2014 lalu menurut siaran pers Humas pemkot menyatakan kebanggaan atas penghargaan Socrates Award 2014 untuk kategori Innovative City of The Future. “Kota Surabaya menjadi kota pertama di dunia yang mendapatkan award ini untuk kategori kota,” begitu di antara tulisan di laman Humas Pemkot Surabaya. Kategori Innovative City of The Future, merupakan penghargaan yang diberikan atas keberhasilan membangun kota masa depan, yang berciri menonjolkan pendekatan kemanusiaan.
Namun telisik demi telisik, tenyata award itu adalah United Europe Award bukan Socrates Award. Ini dibuktikan dengan isi piagam yang tertulis jelas, kategori ‘For Personal Contribution to the Development of Europe Integration’ bukan Kategori Innovative City of The Future sebagaimana disebut oleh HUMAS Pemkot. Terlebih untuk mendapatkan award ini tidak lah gratis, dimana dilansir dari The Center for Investigative Reporting (CIN), sebuah media di Sarajevo, yang menerbitkan hasil investigasinya pada Agustus 2013 yang menyebutkan "daftar" harga dari award yang ditawarkan misalkan :
- - International Socrates Prize – 9.700 Euro (Rp 155,9 juta)
- - Queen Viatory Commemorative Medal – 7.100 Euro (Rp 114,2 juta)
- - European Quality Award – 4.300 Euro (Rp 69,1 juta)
- - Best Enterprise Award – 4.300 Euro (Rp 69,1 juta)
- - United Europe Award – 3.900 Euro (Rp 62,7 juta)
- - The Club of Leaders Award – 2.000 Euro (Rp 32,2 juta)
Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2014/05/08/ini-daftar-tarif-penghargaan-yang-dipatok-eba
Itu salah satu bukti bila Risma bukanlah malaikat.............
Bagaimana Risma yang bukan malaikat ini bisa terhindar dari "fitnah" award ini ? caranya mudah, diawali dari kewaspadaan team pembisik dan penasehat disekeliling Risma yang seharusnya bisa memberi pertimbangan, sehingga tidak terjebak dalam award yang kurang jelas. Ngecek pertama gampang, apakah pemkot pernah diminta mengisi aplikasi jauh jauh hari terkait "lomba". kedua apakah ada proses penilaian yang transparan dan terukur dari panitia, Ketiga bagaimana riwayat pemberi award, lha dari tiga tolak ukur diatas bisa dilihat itu hanya "predatory" atau award sungguhan, semoga bu walikota tidak kemaruk award sehingga bisa dimanfaatkan oleh pihak pihak yang akan mengambil keuntungan
namun dibalik cerita ttg award dan keberhasilan walikota surabaya, yang pasti Surabaya sangat membutuhkan Risma meskipun Risma bukan malaikat
Penulis adalah : *) Dosen Ekonomi, Fakultas Syariah dan Ekonomi UIN Sunan Ampel-Surabaya, Alumni Ekonomi Pembangunan FE Universitas Airlangga, Master of Arts in Public Policy Murdoch University, PhD (Can) Curtin University, Wakil President CIMSA (Curtin Indonesian Muslim Students Association) 2013-20124, Vice President CUPSA 2014 (Curtin University Postgraduate Students Association)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H