Mohon tunggu...
AR Amien
AR Amien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Son, Student, Citizen.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Filantropi: Filantrokapitalisme VS Filantrokosmopolitan

8 Juli 2021   09:24 Diperbarui: 8 Juli 2021   10:26 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama Islam itu lebih mementingkan amal dari pada spekulasi-spekulasi teologis. Manifestasi dari jiwa pemurah, dermawan, dan suka menolong antar sesama itu salah satunya tampak sekali dalam pembentukan "PKO" atau "Penolong Kesengsaraan Oemoem" (Assistence for Relief of Public Suffering) yang di gagas Muhammadiyah pada tahun 1920-an. Kata oemoem (public) dalam frase "Penolong Kesengsaraan Oemoem" ini penting untuk digarisbawahi oleh karena penekanannya pada kerja-kerja kemanusiaan tanpa memandang perbedaan agama dan suku atau bangsa. Atau bisa juga dimaknakan sebagai Gerakan kemanusiaan kosmopolitan. Jadi, tujuan didirikannya PKO pada masa itu tegas dari Muhammadiyah yang berasas agama Islam dan tegas juga manfaatnya untuk kemanusiaan universal tanpa memandang perbedaan.

Muhammadiyah tidak hanya pada berkutat ideologi dan wacana. Abad ke-2 Muhammadiyah dengan lantang menyuarakan bakti untuk negeri "Ta'awun Untuk Negeri" sebagai upaya praksis Filantropi sebagai Gerakan Reflektif melalui MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), LAZISMU (Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah), MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat). Muhammadiyah membawa peranan penting Filantropi sebagai wujud Gerakan Reflektif dalam mengarungi abad ke-2 Muhammadiyah. Upaya Filantropi yang terus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dengan tujuan terciptanya fungsi sosial tidak hanya sebatas ritual mengatas namakan Filantropi yang sejatinya hanya sebuah eksistensi gerakan sosial tanpa ada upaya pendampingan dan pemberdayaan.

Akhirul kalam, upaya Filantropi akan mampu menjadi Gerakan Reflektif ketika Filantropi berorientasi kepada pemberdayaan sosial masyarakat yang berkeadaban tentunya melalui perubahan institusional yang sistematik dan tetap pada ghirah filantropi kosmopolitan yang berasas Islam dan manfaatnya untuk kemanusiaan secara universal tanpa memandang perbedaan. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun