Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gibran Maju Cawapres dan Risiko Anak Presiden

25 Oktober 2023   00:35 Diperbarui: 6 Februari 2024   20:31 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran rakabuming Raka (sumber: kompas.com/deti mega purnamasari) 

Gibran Maju Cawapres, dan Risiko Anak Presiden

JAKARTA, -Pasangan bakal calon presiden Prabowo-Gibran, rencananya mendaftarkan diri secara resmi sebagai pasangan Capres ke KPU, Rabu (25/10) pagi. Sejumlah ketua umum partai pendukung yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) akan turut hadir di acara itu, seperti diberitakan di banyak media hari ini.

Namun dikabarkan bahwa hingga Selasa (24/10) posisi Gibran masih di Surakarta menjalankan tugas harian sebagai Walikota Solo, dan belum merapat ke Jakarta. Sehingga hal ini mencerminkan bahwa situasi politik masih sangat dinamis, dan membuka asumsi dan spekulasi: mengapa terkesan Gibran seolah tidak antusias menyambut pencalonannya sebagai bacawapres mendampingi Prabowo? Benarkah Gibran bersedia maju sebagai cawapres Prabowo? Manuver politik apa yang sedang dimainkan oleh Gibran? Dan sebagainya.

Kita tunggu saja realitas politiknya Rabu pagi ini, apakah Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subiyanto benar benar hadir di KPU untuk mendaftarkan diri sebagai pasangan Capres Prabowo-Gibran dan ikut kontestasi pilpres 2024.

Gibran Maju Cawapres: Apa Risikonya sebagai Anak Presiden?

Menurut penulis, bisa saja Gibran tengah mengalami situasi kebatinan tertentu. Dimana dia perlu menimbang untung ruginya jika maju sebagai bacawapres Prabowo di Pilpres 2024.

Realitas sosial bahwa Gibran sebagai anak sulung Presiden Jokowi adalah keniscayaan. Nah, posisi Gibran sebagai anak Presiden Jokowi ini bagaimana pun memiliki potensi untung rugi yang khas, manakala dia mengambil kesempatan sebagai bacawapres Prabowo di pilpres 2024. Beberapa potensi untung rugi itu, antara lain:

Potensi Keuntungan sebagai Anak Presiden

Nama dan Popularitas: Gibran sebagai anak presiden mungkin akan mendapatkan keuntungan dari nama keluarga atau dinasti Jokowi yang sudah dikenal di masyarakat. Hal ini bisa membantu Gibran membangun citra publik yang kuat dan mendapatkan perhatian dari para khalayak pemilih, dengan lebih mudah.

Akses ke Sumber Daya: Sebagai anak Presiden Jokowi, Gibran tentu dapat dengan mudah mengakses sumber daya dan mendapat dukungan politik dari partai politik koalisi yang mendukung keluarga atau dinasti Jokowi. Misalnya dukungan dalam hal finansial, jaringan politik, dan infrastruktur saat kampanye.

Pengalaman Keluarga: Gibran sebagai anak presiden memiliki akses ke saran, nasihat dan sharing pengalaman politik dari Jokowi ayahnya secara langsung. Tentu hal ini dapat membantunya dalam menghadapi tantangan-tantangan kampanye dan tugas-tugas kepemimpinan mengurus negara ke depan. Gibran memperoleh mentor politik yang tepat. 

Bekas Jabatan Orang Tua: Nama baik dan prestise yang terkait dengan citra pak Jokowi ayah Gibran yang telah menjabat dua periode sebagai presiden. Tentu hal ini dapat membantu Gibran membangun citra positif untuk mendapatkan dukungan dari pemilih yang menghormati atau menginginkan kelanjutan kepemimpinan Presiden Jokowi ayahnya ini. Misalnya, dukungan dari relawan Projo. 

Potensi Kerugian sebagai Anak Presiden

Kontroversi dan Skeptisisme: Kehadiran Gibran sebagai anak presiden dalam pilpres, juga berpotensi bisa memicu kontroversi dan skeptisisme. Sebagian masyarakat mungkin melihatnya sebagai upaya untuk menjaga kekuasaan dalam satu keluarga Jokowi. Hal ini bisa mengurangi kepercayaan publik pada sosok Gibran sebagai pribadi.

Teori Nepotisme: Pencalonan Gibran yang anak Presiden Jokowi dapat memunculkan tuduhan nepotisme oleh keluarga presiden. Hal ini bisa berpotensi merusak citra keluarga Jokowi di mata publik.

Tekanan dan Harapan Tinggi: Sebagai anak presiden, Gibran mungkin saja akan menghadapi tekanan yang lebih besar dan harapan yang tinggi dari masyarakat pemilih. Sebab Gibran diharapkan dapat memberi hasil yang lebih baik dalam meneruskan program kepemimpinan Presiden Jokowi, ayahnya.

Resiko Kegagalan: Jika Gibran kalah dalam pilpres 2024 misalnya, kondisi ini bisa berpotensi merusak citra keluarga atau dinasti Jokowi. Bahkan mungkin saja keadaan itu membuat peluang karir politik Gibran menjadi suram di masa masa mendatang.

Kontroversi dan Kritik: Sebagai anak seorang presiden yang mencalonkan diri mungkin Gibran akan dihadapkan pada kritik dan kontroversi. Dimana beberapa pihak berpotensi menuduhnya memanfaatkan jabatan orang tuanya (Presiden Jokowi) untuk kepentingan karir politik pribadi. Hal ini tentu berpotensi dapat merusak citra dan popularitas Gibran sendiri sebagai kandidat wakil presiden.

Beban Harapan Tinggi: Dalam beberapa kasus, ada ekspektasi tinggi dari masyarakat pada Gibran yang anak seorang presiden, untuk mampu melanjutkan atau melebihi pencapaian presiden Jokowi, orang tua Gibran. Nah, jika Gibran tidak mampu memenuhi harapan ini, Gibran dapat dianggap gagal.

Persaingan Sengit: Pilpres 2024 adalah kompetisi politik yang ketat. Dan Gibran sebagai anak seorang presiden mungkin akan menghadapi persaingan sengit dengan kandidat lain yang memiliki pengalaman lebih dalam politik dan dukungan yang kuat dari masyarakat. Pengalaman dan mental Gibran sebagai politisi muda akan benar-benar diuji dalam kompetisi pilpres kali ini.  

Etika dan Integritas: Gibran sebagai anak seorang presiden harus mampu menjaga integritas dan etika politik dengan cermat untuk menghindari tuduhan korupsi, nepotisme, jalan pintas atau penyalahgunaan kekuasaan. Potensi tuduhan atas "kacang lupa kulit" dari partai PDIP sebagai partai yang  membesarkan karir Gibran dari awal misalnya, akan menjadi isu potensial yang bisa melemahkan mental Gibran sebagai cawapres.

Penting dicatat bahwa dampak dari mencalonkan diri dalam pilpres ini akan sangat tergantung pada situasi politik yang terus dinamis dan dukungan yang diterima Gibran dari mesin partai koalisi pendukung, relawan, dan khalayak pemilih yang mendukung pencalonannya.

Potensi Sentimen Positif dan Negatif di Kalangan Pemilih

Satu hal lagi yang kemungkinan tak bisa ditolak oleh Gibran jika dia mencalonkan diri sebagai cawapres pasangan Prabowo, adalah munculnya sentimen positif dan sentimen negatif dari masyarakat atau rakyat pemilih itu sendiri.

Sentimen positif dan negatif terhadap Gibran sebagai seorang anak presiden yang mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres 2014, menurut penulis, bisa dibagi sebagai berikut:

Sentimen Positif:

Harapan Perubahan: Banyak pemilih mungkin memiliki harapan bahwa Gibran yang seorang anak presiden bisa membawa perubahan yang lebih baik dalam pemerintahan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi negara. Misalnya terutama dalam hal penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Pertanyaannya, mampukah Gibran memikul harapan ini dan mewujudkannya ke depan?

Akses Sumber Daya: Sebagian kalangan mungkin melihat keuntungan posisi Gibran sebagai anak presiden dalam memperoleh akses politik yang lebih mudah, terutama ke sumber daya, fasilitas dan dukungan politik yang dapat membantu pasangan Prabowo-Gibran dalam menjalani kampanye yang efektif.

Kontinuitas Stabilitas: Bagi sebagian pemilih, pemilihan Gibran yang anak seorang presiden dapat dianggap sebagai cara tepat untuk melanjutkan kestabilan dan arah kebijakan yang telah ada di bawah kepemimpinan presiden sebelumnya, yaitu kepemimpinan Presiden Jokowi, ayah Gibran sendiri.

Sentimen Negatif:

Nepotisme: Salah satu kritik utama bagi Gibran adalah bahwa pencalonan anak seorang presiden dapat dianggap sebagai contoh nepotisme, di mana seseorang memanfaatkan kedudukan keluarganya untuk mencapai tujuan politik pribadi.

Ketidaksetaraan Peluang: Sentimen negatif mungkin muncul karena sebagian pemilih merasa bahwa anak seorang presiden memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan kandidat lain. Hal ini berpotensi menimbulkan sentimen bahwa proses pemilu dianggap tidak adil.

Kekhawatiran Terhadap Integritas: Beberapa pemilih mungkin meragukan integritas Gibran anak seorang presiden dan khawatir bahwa dia dapat memanfaatkan jabatan presiden Jokowi ayahnya itu untuk kepentingan politik pribadi.

Kritik Terhadap Kinerja Orang Tua: Sentimen negatif juga dapat muncul jika pemilih merasa bahwa kinerja pak Presiden Jokowi ayah Gibran tidak lagi memadai atau kontroversial. Dan masyarakat pemilih merasa bahwa Gibran sebagai anggota keluarga Jokowi tersebut tidak pantas untuk meneruskan kepemimpinan ayahnya itu.

Tergantung Suara Rakyat Pemilih

Menyudahi ulasan ini, menurut penulis, situasi kebatinan Gibran sebagai anak presiden dalam turut serta sebagai pasangan capres Prabowo-Gibran di pilpres 2024, memang tidak mudah.

Namun penting dicatat bahwa keberhasilan atau kegagalan Gibran dalam pilpres 2024 mendampingi Prabowo ini juga akan ditentukan oleh berbagai faktor lainnya, seperti kampanye, visi politik pasangan capres, kepemimpinan personal, dan kompetensi diri.

Lebih penting lagi, itu semua juga tergantung pada kita rakyat Indonesia semua, mau memilih pasangan ini atau tidak sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia 2024-2029. Semua itu tergantung pada Suara rakyat Pemilih. Itu masalahnya!

SELESAI -penulis adalah mantan mahasiswa Fisipol UGM, Yogyakarta. Note: Artikel ini adalah pandangan penulis pribadi, tidak mewakili pandangan politik dari kelompok atau partai politik mana pun di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun