Seru! Jelajah Wisata Seharian di BaliÂ
DENPASAR, - Bali selalu tak pernah habis untuk diceritakan. Salah satu kenanganku tentang Bali adalah saat seharian aku berwisata di pulau Dewata ini. Seru dan mengasyikkan. Begini kisahku.
Baru saja pesawat mendarat di Bandara Ngurai Rai Bali. Kami berlima, Aga, Sindu, Ara, Reni dan saya, mengemas barang bawaan ke dalam mobil yang telah menunggu kedatangan kami di parkiran bandara internasional ini. Turis lokal dan mancanegara berlalu di selasar bandara yang sibuk.
Mungkin mereka baru tiba, atau mungkin juga hendak pergi meninggalkan Bali. Sedangkan rombongan kecil kami baru tiba dari Jakarta. Perjalanan terbang naik pesawat yang kami tumpangi, take off dari Bandara Soetta Cengkareng dan landing di Ngurah Rai Bali, memakan waktu sekitar 1,5 -2jam.
Kami datang ke Bali ini untuk satu tujuan, yakni: berlibur dan berwisata di Bali. Kemana saja kami menjelajahi Bali? Apa keunikan tempat wisata yang kami kunjungi itu? dan pengalaman seru apa yang kami alami selama di lokasi wisata ini? Beginilah kisahku.
Telah Direncanakan
Sebenarnya rencana liburan kami di Bali ini telah kami persiapkan secara matang sejak di Jakarta. Seluruh tiket pergi pulang Jakarta-Bali telah dipesan oleh Sindu. Termasuk pemesanan hotel tempat kami menginap, dan rental mobil harian selama di Bali. Sindu melakukan pemesanan dan pembayaran melalui aplikasi online, tanpa kesulitan.
Kami mendiskusikan rencana lokasi wisata mana saja yang prioritas akan dikunjungi, bagaimana cara ke lokasi, dan barang perlengkapan apa saja yang harus disiapkan di setiap lokasi. Kami menyusun semua rencana itu dalam suatu rundown kegiatan. Dan kami bersepakat untuk menjalankan rencana wisata ini sesuai rundown yang kami buat bersama ini.
"Deal or no Deal? Deal! Tos jos gandos!", ujar saya sambil bersalaman, menyetujui susunan rundown kegiatan wisata di Bali ini. Dan kami berlima pun tertawa.
Musik Gamelan Bali
Dan kini, kami berlima baru tiba di Bali. Trus, kita kemana? Check-in dulu di hotel, kata Sindu. Kita taruh barang bawaan, makan malam, trus santai istirahat, untuk persiapan perjalanan besok pagi, imbuhnya. Baiklah kalau begitu.
Hari menjelang senja. Sopir dan mobil rental membawa kami menuju ke sebuah hotel, tempat kami menginap malam ini. Letak hotel masih di wilayah kota Denpasar, tidak jauh dari Bandara. Hotel ini mungkin hotel bintang tiga, suasananya asri, bersih dan ada kolam renangnya.
Aga dan Ara memilih untuk berenang. "Air kolam renangnya hangat", begitu kata Aga. Mereka berdua wira wiri asyik berenang. Saya, Reni dan Sindu duduk santai ngobrol ringan, di tepi kolam renang.
Lamat lamat alunan suara musik gamelan khas Bali terdengar di setiap sudut hotel, termasuk di areal kolam renang. Aku suka mendengar suara gamelan ini, nyaman rasanya. Serasa seperti sedang berada di Bali (hihihi). Dan malam pun berlalu.
Tari Barong, Rafting dan Pergi ke Pantai
MenontonSudah sejak pagi sopir dan mobil rental menjemput kami. Usai sarapan, ada beberapa agenda kegiatan utama kami hari ini. Apa saja?
Yaitu, mampir sebentar di pantai Kuta, dilanjut menonton pertunjukan Tari Barong, lalu rafting di Sungai Ayung di Ubud, dan menghabiskan sore dan makan malam di pantai Jimbaran, Bali.
Begitulah agenda kami seharian ini. Rasanya sudah tak sabar bagaimana keseruan masing-masing tempat wisata itu. Mari kita lakukan.
Pagi di Pantai Kuta yang Populer di Bali
Mobil rental membawa kami melewati jalan di daerah Kuta. Jalan sepanjang Kuta mirip suasanya seperti kawasan jalan utama Malioboro di Yogyakarta. Kegiatan pertokoan belum ramai, karena hari masih pagi ketika kami melintas di jalur ini. Kami berhenti sebentar di tugu monumen peringatan peristiwa pemboman di Bali tahun 2002. Lokasinya di salah satu kawasan di jalan Kuta.
Sopir menjelaskan bahwa betapa dahsyat kala terjadi peristiwa pemboman tahun2002 itu di tempat ini. Maka monumen ini didirikan untuk mengenang dan menghormati para korban bom Bali. Kami tercenung, berdoa dalam hati.Â
Lalu mobil parkir di pantai Kuta. Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Bali jika kita tidak mampir mengunjungi pantai yang sangat terkenal di Bali ini. Angin kering dan gelombang tak begitu besar, ketika kami menjelajah pantai ini.
Pantai Kuta di pagi itu tak begitu ramai dikunjungi wisatawan. Mungkin masih terlalu pagi di tempat ini. Tetapi panorama pantai Kuta memang sangat indah. Beberapa turis asing berenang, sebagian lainnya berselancar memakai papan seluncur di jarak agak jauh dari bibir pantai. Kami lalu memotret suasana, sekaligus selfie di tepi pantai Kuta. Cekrak cekrek!
Secukupnya waktu kami habiskan di pantai Kuta dengan bersantai. Lalu perjalanan kami lanjutkan, ke daerah Ubud. Yaitu, menonton pertunjukan Tari Barong. Jarak tempuh dari pantai Kuta ke lokasi sekitar 30Km, melewati jalanan yang meliuk dalam waktu sekitar 1 jam memakai mobil.
Tarian Barong yang Menawan Â
Kami tiba di lokasi pertunjukan, sebuah arena semacam panggung teater. Tempatnya di sebuah desa kawasan Ubud, Bali. Menurut info, ada beberapa tempat pertunjukan serupa di kawasan ini. Dan kami memilih lokasi tari yang pertunjukannya diadakan di pagi hari. Tarif masuk dikenakan 100k per orang.
Uniknya, pengunjung dibolehkan untuk berfoto bersama sosok Barong seusai pertunjukan berakhir. Saya lihat banyak pengunjung terdiri wisatawan lokal dan asing di tempat ini. Dan kami pun duduk di barisan penonton.
Pertunjukan dimulai. Tari barong mengkisahkan tentang kebaikan yang menang terhadap kejahatan, dimana sosok Barong digambarkan menang dan berhasil mengalahkan Rangda yang jahat.
Musik gamelan khas Bali, terdiri dari gong, gender, kendang, dan suling, mengiringi selama pertunjukan.
Menurut info, tari Barong memiliki makna spiritual dan budaya yang kuat bagi masyarakat Bali. Konon, pertunjukan ini sering kali diadakan juga dalam rangkaian upacara keagamaan atau perayaan khusus.
Masyarakat Bali percaya bahwa Tari Barong memiliki kekuatan magis untuk mengusir roh jahat dan menjaga keseimbangan alam semesta. Maka Tari Barong termasuk tarian sakral di Bali. Amazing!
Luar biasa tarian ini, begitu pikirku saat itu. Ornamen topeng Barong dan Rangda sangat indah, terdiri dari ukiran dan pernik yang menawan khas motif ukiran seni Bali. Gerakan para penari lincah dan dinamis sepanjang pertunjukan. Mirip alur pertunjukan seni teater.
Saya takjub dan terpesona pada setiap detail tarian ini, dimana setiap penari berakting dengan sungguh sungguh membawakan kisah selama pertunjukan. Mereka penari yang profesional.
Sesekali dalang mengkisahkan dalam Bahasa Bali, dan musik gamelan mengiringi. Seperti pertunjukan wayang orang khas Jawa Tengah. Setidaknya itu kesan saya saat menonton langsung pertunjukan tari Barong ini. Luar biasa. Saya sangat berkesan dan terhibur oleh tarian tradisional yang sangat populer di Bali ini. (lihat foto). Â
Usai pertunjukan yang berlangsung satu jaman ini, kami mengabadikan kenangan indah ini dengan berfoto bersama Barong yang berwajah sangar tetapi sakti dan baik hati ini. Dia yang tadi mampu mengalahkan Rangda sosok jahat dalam pertunjukan. Mari berfoto bersama Barong, jeprat jeprett. Amazing!
Arung Jeram Sungai Ayung
Usai menonton tarian, kami menuju lokasi titik spot arung Jeram. Jarak tempuh dari arena Tari Barong ke basecamp rafting ini di Ubud sebelah Barat, sekitar 15Km, dengan waktu tempuh 30 menitan.
Artinya, lokasinya tak jauh dari pertunjukan Tari Barong. Dan kami pun tiba di basecamp kegiatan Arung Jeram sungai Ayung. Bagaimana rasanya berarung Jeram di sungai yang sangat populer di Bali ini?
Sindu menyelesaikan ticketing. Setiap orang dikenai biaya 250K untuk mengikuti paket kegiatan jelajah alam sungai ini, sudah termasuk makan siang dan beberapa foto kenangan di lokasi. Perlengkapan yang wajib dibawa antara lain: jaket pelampung, helem dan dayung disediakan oleh tim EO wisata ini, kaos, celana pendek, sandal, krim tabir surya, dan plastik untuk melapisi HP agar tidak basah.
Tak berapa lama. Sebuah mobil bak terbuka lalu mengantar kami ke lokasi titik awal arung Jeram. Letaknya tak jauh dari basecamp, sekitar 20 menitan perjalanan mobil ini. Uniknya, seusai kami didrop di tepi jalan raya, kami musti berjalan jauh melintasi sawah, pepohonan dan semak, lalu turun ke tepi sungai Ayung.
Kami senang karena jalan setapak melintasi sawah ini cukup lebar dan nyaman. Pemandangan alam sekitar juga mempesona. Tampak seperti gambar lukisan pemandangan alam suasana desa di Bali. Menakjubkan.
Akhirnya kami tiba di titik spot awal arung Jeram. Air sungai bergemericik. Di situ telah tersedia perahu dan pemandu. Kami dipandu oleh Bli Johny, pria lajang yang sudah delapan tahun memandu wisata di arung Jeram ini. Bli Johny orangnya supel, ramah dan profesional.
Kami senang, tidak khawatir dan nyaman, karena didampingi oleh pemandu rafting yang sudah pakar di bidangnya ini.
Sejeda kemudian, kami telah berada di atas perahu karet yang muat khusus 6 orang. Aga dan Ara di ujung depan perahu, Sindu di tengah, Reni dan saya agak di belakang. Sementara Bli Johny duduk di buritan perahu karet ini.
"Ada tiga aba aba. Dayung kiri, dayung kanan, angkat dayung. Ok paham ya", ujar Bli Johny memberi instruksi. Kami mengangguk. Bagaimana pun rasa was was masih kami rasakan di atas perahu ini. Sebab kegiatan arung Jeram ini adalah pengalaman pertama kami. Kami belum pernah mengalami di tempat lain di Indonesia.
Jadi ada deg degan, ada harap harap cemas juga. Tapi senang karena Bli Johny sesekali bercanda dan membuat kami tertawa. Kami diminta santai dan rileks saja, tidak perlu merasa cemas.
Perjalanan arung Jeram ini katanya akan memakan waktu 1,5 jaman, menempuh jarak sekitar 10Km. "Jadi perjalanan ini masih panjang, santai saja. Belanda dan Jepang masih jauh belum kelihatan", Kata Bli Johny bercanda. Kami tertawa.
Dan perahu pun melaju perlahan mengarungi sungai Ayung. Sungai ini terkenal dengan jalur yang meliuk liuk, berada di kawasan hutan tropis yang rindang, asri dan alami.
Pepohonan besar dan kecil, rerimbun semak belukar, dan akar tampak menjulur di sana sini, tumbuh di tebing kiri dan kanan sungai Ayung yang mulai kami jelajahi ini. Lebar sungai ini sekitar 10meter dengan arus Jeram level 1-2, dan level sedang.
Warna airnya jernih dan alami, bebas sampah. Udara yang kami hirup pun sangat segar rasanya, tanpa polusi. Duh segarnya suasana!
Belum usai kami melihat panorama alam yang asri ini, tetiba di depan kami arus mulai deras. Kami mulai mendayung sesuai aba aba Bli Johny.
"Dayung kiri". "Dayung kanan". "Angkat dayung". Begitu ujarnya berulang kali. Adrenaline kami pun mulai meningkat. Ada keseruan, ketegangan dan kegembiraan, bercampur aduk jadi satu dalam perasaan.
Beberapa kali kami berteriak senang bersama, manakala perahu terhempas keras dan berhasil lolos dari arus deras di sebuah celah batu batu besar di tengah sungai. Bli Johny kulihat begitu tangkas mengendali perahu dari buritan memakai dayungnya.
Sesekali perahu melaju melewati bawah gerumbul akar pohon besar yang menjorok ke tengah sungai. Kami merasakan seperti memasuki sebuah gua yang angker dan seram. Duh, mana uka ukanya nih! Begitu pikirku dalam hati.
Kami semua merunduk agar tidak tersangkut pada akar akar pohon besar yang menjulur ke sungai itu. Untung saja perahu kami berhasil melewati tantangan ini.
Tetapi jangan salah, perahu kali ini melaju kencang terikut arus Jeram. Ada bebatuan besar di depan mata. "Angkat dayung!", ujar Bli Johny.
Dan kami serentak mengangkat dayung, dan membiarkan perahu akhirnya terhempas dengan keras pada titik arus di balik batu besar itu. Byurr! Air membuncah masuk ke dalam perahu, mengguyur tubuh kami semua. Dan kami pun tertawa.
Kejadian semacam itu berulang ulang kami alami selama perjalanan arung jeram Sungai Ayung ini. Seru dan mengasyikkan. Kami tidak lagi merasa was was, melainkan menikmati setiap gebyuran air dan derasnya arus yang kami lalui.
Sesekali kami berhenti sebentar, menikmati suasana. Ada beberapa air terjun mengalir deras dari atas tebing bebatuan alami sungai Ayung. Pemandangannya sangat indah alami. Terkadang kami melintas di bawah jembatan gantung.Â
Hingga akhirnya, kami tiba di suatu tempat yang menawan, dimana bebatuan tebing sungai tampak terukir membentuk aneka motif hewan liar, semacam buaya, di samping air terjun yang deras. Motif ukiran batu itu sangat besar dan mempesona, seperti ukiran kuno di zaman dulu.
Bli Johny menerangkan bahwa bentuk ukiran motif hewan itu sudah ada sejak dahulu kala. Warga belum tahu siapa pengukir dinding sungai yang tinggi dan luas itu. Ukiran yang misterius di sungai Ayung itu hingga kini masih ada dan menempel alami abadi di tempat itu.
Maka di tempat ini kami pun turun sebentar dari perahu, nyemplung ke sungai dan berfoto ria di tempat ini, sebagai tanda kenang kenangan. Sayang jika tempat ini tidak diabadikan. Lagi lagi, kami memotret. Jepratt jeprett. Smile! (lihat foto).
Tak terasa saparuh perjalanan telah kami lalui, sampai akhirnya kami tiba di suatu arus yang melandai. Semacam bentuk pantai kecil di tepi sungai. Kami berhenti agak lama di tempat ini, untuk beristirahat santai, melepas penat.
Banyak turis asing yang berarung jeram juga singgah di tempat ini. Beberapa perahu karet lainnya tampak melanjutkan perjalanan, tanpa mampir. Tetapi kami saling menyapa, melambaikan tangan dari jauh. Â Â
Sesudah itu, perjalanan arung jeram ini kami lanjutkan. Keseruan melalui rintangan bebatuan besar dan arus deras kembali mewarnai perjalanan alam liar ini. Beberapa kali perahu kami hampir terbalik karena diterpa oleh begitu derasnya arus sungai.Â
Untungnya, Bli Johny sangat terampil menjaga perahu dari arah buritan. Dan kami pun tertawa gembira dari atas perahu karet yang melaju.
Sampai pada puncaknya, pada suatu tikungan air yang cukup curam, di sana kami diminta mengangkat dayung. Dan kami berteriak senang karena rasa terhempas oleh air yang deras itu, sesaat kemudian terasa begitu dahyat dan nyata. Byurrr! Air membuncah di sekitar kami. Ampun kumpeni! Teriakku spontan. Hihihi.
Dan kami kembali basah kuyup terkena terpaan air yang banyak itu. Peristiwa dramatis yang kami alami itu, agaknya dari kejauhan dipotret oleh tim Crew Jelajah yang bertugas di lokasi. Jeprett jeprett! (lihat foto). Duh senengnya!
Dan kami akhirnya tiba di ujung penjelajahan arung jeram ini. Lalu kembali ke basecamp dengan kembali dihantar oleh mobil bak terbuka. Di basecamp kami membilas diri dan berganti pakaian kering. Lalu makan siang di tempat itu. Badan kami terasa penat, tetapi pikiran dan perasaan kami segar dan menyenangkan.
Senja di Jimbaran Yang Menawan
Lalu kami meluncur ke Jimbaran. Senja hampir turun ketika kami tiba di lokasi baru ini, seusasi kami meninggalkan basecamp rafting Ayung River di Ubud. Jarak tempuh dari lokasi rafting Ayung river ke pantai Jimbaran sekitar 35Km, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam, karena arus lalulintas yang padat, kala itu.
Tempat ini, terkenal bernama Pantai Jimbaran. Apa asyiknya pantai Jimbaran? Pantai Jimbaran terkenal sebagai lokasi favorit bagi wisatawan untuk menikmati suasana sunrise atau sunset di Bali. Dan inilah yang ingin kami lakukan di tempat ini, yaitu menikmati sunset, matahari tenggelam di ufuk cakrawala sebelah Barat, nun jauh di sana.
Langit menjelang senja di pantai Jimbaran, berwarna kuning emas kecokelatan. Banyak orang berdiri di sepanjang bibir pantai, menikmati panorama alam yang indah ini. Sebagian orang berjalan jalan menyusuri bibir pantai, sebagian lainnya duduk dan makan makanan yang disajikan oleh rumah makan yang tersedia di banyak resto yang menyajikan aneka makanan ikan laut segar di tempat ini.
Di kejauhan, tampak patung raksasa Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang terkenal itu, tampak seperti sosok yang sedang bertapa di gerumbul bukit di sebelah ujung pantai sana. Sungguh mempesona.
Kami melepas senja di Jimbaran dengan menikmati sajian makanan laut di salah satu resto di tepi pantai. Sambil menikmati suasana matahari tenggelam di ujung cakrawala, kami menikmati makan malam hari ini di tepi pantai ini. Kenyang dan mengayikkan rasa dan suasananya. Penuh kenangan.
Selepas matahari tenggelam seutuhnya di Jimbaran, kami berkemas meninggalkan tempat yang indah ini.
Maka lengkaplah perjalanan jelajah wisata seharian di Bali ini. Banyak pengalaman berkesan hari ini. Dan kami pun kembali ke hotel, untuk beristirahat malam.
Sekali lagi, mampir di Pantai Kuta, petualangan menonton pertunjukan tari Barong, menjelajah sungai Ayung, dan melepas senja di Jimbaran adalah serangkaian pengalaman kami yang mengesankan di Bali.
Dan itulah kenanganku di Bali. Kenangan indah itu tak mungkin untuk kulupakan, hingga sekarang. Saya berharap, semoga suatu ketika, entah kapan, saya atau mungkin Anda bisa mengunjungi Bali lagi, dan menikmati pengalaman seru lainnya di pulau dewata yang penuh pesona itu. ya semoga.
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H