Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Seru! Jelajah Wisata Seharian di Bali

14 Oktober 2023   10:41 Diperbarui: 14 Oktober 2023   15:38 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penulis berhenti sejenak di separuh perjalanan rafting ayung river (foto:wibhyanto/dokumen pribadi) 

Belum usai kami melihat panorama alam yang asri ini, tetiba di depan kami arus mulai deras. Kami mulai mendayung sesuai aba aba Bli Johny.

"Dayung kiri". "Dayung kanan". "Angkat dayung". Begitu ujarnya berulang kali. Adrenaline kami pun mulai meningkat. Ada keseruan, ketegangan dan kegembiraan, bercampur aduk jadi satu dalam perasaan.

serunya terhempas arus air rafting sungai ayung (foto:wibhyanto/dokumen pribadi) 
serunya terhempas arus air rafting sungai ayung (foto:wibhyanto/dokumen pribadi) 

Beberapa kali kami berteriak senang bersama, manakala perahu terhempas keras dan berhasil lolos dari arus deras di sebuah celah batu batu besar di tengah sungai. Bli Johny kulihat begitu tangkas mengendali perahu dari buritan memakai dayungnya.

Sesekali perahu melaju melewati bawah gerumbul akar pohon besar yang menjorok ke tengah sungai. Kami merasakan seperti memasuki sebuah gua yang angker dan seram. Duh, mana uka ukanya nih! Begitu pikirku dalam hati.

Kami semua merunduk agar tidak tersangkut pada akar akar pohon besar yang menjulur ke sungai itu. Untung saja perahu kami berhasil melewati tantangan ini.

Tetapi jangan salah, perahu kali ini melaju kencang terikut arus Jeram. Ada bebatuan besar di depan mata. "Angkat dayung!", ujar Bli Johny.

Dan kami serentak mengangkat dayung, dan membiarkan perahu akhirnya terhempas dengan keras pada titik arus di balik batu besar itu. Byurr! Air membuncah masuk ke dalam perahu, mengguyur tubuh kami semua. Dan kami pun tertawa.

Kejadian semacam itu berulang ulang kami alami selama perjalanan arung jeram Sungai Ayung ini. Seru dan mengasyikkan. Kami tidak lagi merasa was was, melainkan menikmati setiap gebyuran air dan derasnya arus yang kami lalui.

Sesekali kami berhenti sebentar, menikmati suasana. Ada beberapa air terjun mengalir deras dari atas tebing bebatuan alami sungai Ayung. Pemandangannya sangat indah alami. Terkadang kami melintas di bawah jembatan gantung. 

Hingga akhirnya, kami tiba di suatu tempat yang menawan, dimana bebatuan tebing sungai tampak terukir membentuk aneka motif hewan liar, semacam buaya, di samping air terjun yang deras. Motif ukiran batu itu sangat besar dan mempesona, seperti ukiran kuno di zaman dulu.

Bli Johny menerangkan bahwa bentuk ukiran motif hewan itu sudah ada sejak dahulu kala. Warga belum tahu siapa pengukir dinding sungai yang tinggi dan luas itu. Ukiran yang misterius di sungai Ayung itu hingga kini masih ada dan menempel alami abadi di tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun