Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tantangan Perempuan sebagai Wapres, Apa Saja?

5 Oktober 2023   14:59 Diperbarui: 5 Oktober 2023   15:54 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tantangan perempuan sebagai wapres apa saja? (sumber image: freepik.com) 

Tantangan Perempuan Sebagai Wapres, Apa Saja? 

JAKARTA, -Sejarah mencatat banyak Perempuan tangguh telah menduduki posisi puncak dalam pemerintahan, bahkan sebagai wakil presiden. Sebutlah misalnya, di antaranya:

Kamala Harris (Amerika Serikat): Kamala Harris adalah wakil presiden Amerika Serikat sejak Januari 2021. Dia adalah wanita pertama, orang Amerika keturunan Afrika pertama, dan orang Asia Amerika pertama yang menjabat sebagai wakil presiden di Amerika Serikat.

Cristina Fernndez de Kirchner (Argentina): Cristina Fernndez de Kirchner menjabat sebagai wakil presiden Argentina sejak Desember 2019. Dia sebelumnya menjabat sebagai presiden Argentina dari 2007 hingga 2015.

Dilma Rousseff (Brasil): Dilma Rousseff adalah mantan wakil presiden Brasil yang kemudian menjadi presiden Brasil dari 2011 hingga 2016. Dia adalah wanita pertama yang memimpin Brasil.

Leni Robredo (Filipina): Leni Robredo adalah wakil presiden Filipina sejak tahun 2016. Dia memegang jabatan ini setelah terpilih dalam pemilihan presiden dan wakil presiden.

Maia Sandu (Moldova): Maia Sandu menjabat sebagai wakil presiden Moldova dari 2012 hingga 2015. Dia kemudian menjadi presiden Moldova pada tahun 2020.

Tentu masih banyak lagi posisi kunci di pemerintahan, selain posisi wakil presiden, dijabat oleh tokoh perempuan di banyak negara di dunia.

Bagaimana di Indonesia?

Ibu Megawati Soekarnoputri pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia selama masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia menjabat sebagai wakil presiden mulai tanggal 26 Oktober 1999 hingga tanggal 23 Juli 2001.

Selanjutnya, Megawati Soekarnoputri menjadi presiden Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001 setelah pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Artinya penting dicatat bahwa ibu Megawati Soekarnoputri adalah wanita pertama yang selain pernah sebagai wakil presiden, juga pernah menjabat sebagai presiden Indonesia.

Ilustrasi di atas menandakan bahwa beberapa negara sudah pernah memiliki wakil presiden perempuan, termasuk Indonesia.

Ulasan ini membahas tentang menimbang seorang tokoh perempuan dimungkinkan menjabat sebagai wakil presiden di Indonesia, dan potensi tantangan apa saja yang dihadapi dalam jabatan itu?

Beberapa Alasan

Kita memahami bahwa beberapa negara telah memiliki wakil presiden perempuan. Menurut penulis hal itu sedikitnya dikarenakan oleh beberapa alasan, antara lain:

Sejarah Politik: Beberapa negara mungkin telah memiliki tradisi yang lama di mana pemimpin politik utama lebih sering berasal dari kalangan pria. Namun perubahan dalam tradisi politik bisa memunculkan tokoh perempuan sebagai pemimpin, termasuk sebagai wakil presiden.

Kesadaran Gender: Kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dalam politik telah meningkat selama beberapa dekade terakhir. Peningkatan kesadaran ini dapat memotivasi pemilih dan partai politik untuk mendukung kandidat perempuan untuk jabatan tinggi di pemerintahan.

Kepemimpinan Perempuan: Kualitas dan kualifikasi calon perempuan juga memainkan peran penting. Ketika perempuan memenuhi syarat dan mampu bersaing dalam pemilihan, mereka lebih mungkin dipilih sebagai wakil presiden atau pemimpin tingkat tinggi lainnya.

Dukungan Politik: Dukungan dari partai politik dan pemilih juga sangat penting. Partai politik perlu terbuka menominasikan perempuan untuk jabatan tinggi, dan pemilih diberi kesempatan untuk memberikan suara kepada tokoh perempuan dalam pemilihan.

Perubahan Budaya dan Sosial: Perubahan dalam budaya dan masyarakat yang semakin inklusif dapat membuka lebih banyak peluang bagi perempuan untuk maju dalam politik.

Tentu saja, kita menyadari bahwa keputusan untuk memiliki wakil presiden perempuan atau pemimpin tingkat tinggi lainnya adalah hasil dari proses politik yang kompleks, termasuk dipengaruhi oleh berbagai faktor di atas.

Mengapa Tokoh Perempuan itu Hebat

Menurut penulis, kehebatan tokoh perempuan di berbagai bidang, termasuk bidang politik, tidak dapat dijelaskan secara umum atau disederhanakan karena setiap individu memiliki kualitas dan bakat yang berbeda-beda.

Namun, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kemampuan tokoh perempuan untuk mencapai kesuksesan di berbagai bidang, termasuk bidang politik, antara lain:

Kualitas Pribadi: Banyak perempuan memiliki kualitas seperti ketekunan, kerja keras, komitmen, dan kepemimpinan yang kuat, yang dapat membantu mereka mencapai kesuksesan di berbagai bidang, termasuk bidang politik.

Pendidikan: Pendidikan adalah kunci untuk memahami dan berkembang dalam banyak bidang. Banyak perempuan yang mendapatkan pendidikan tinggi dan memiliki akses ke peluang pendidikan yang memungkinkan mereka mengejar karier yang diinginkan, termasuk karier politik.

Dukungan Sosial: Dukungan dari keluarga, teman-teman, dan mentor dapat berperan penting dalam kesuksesan seorang perempuan. Dukungan ini dapat mencakup dukungan emosional, finansial, dan bahkan bimbingan karier tertentu.

Kesempatan: Kesempatan untuk maju dalam karier dan berkontribusi dalam berbagai bidang juga merupakan faktor penting. Perubahan dalam budaya dan masyarakat yang semakin inklusif dapat membuka lebih banyak pintu bagi tokoh perempuan untuk mengejar karier di berbagai bidang.

Motivasi dan Ambisi: Keinginan untuk mencapai tujuan, motivasi, dan ambisi adalah faktor yang mendukung kesuksesan di berbagai bidang. Ketika seseorang memiliki tekad yang kuat untuk mencapai tujuan mereka, mereka cenderung bekerja keras untuk meraihnya.

Kreativitas dan Inovasi: Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif dapat membantu seseorang unggul dalam berbagai bidang, terutama yang menuntut pemecahan masalah dan penemuan baru.

Penting dicatat bahwa setiap individu, baik pria maupun perempuan, memiliki potensi yang unik. Tidak ada satu jawaban tunggal mengapa seseorang hebat di bidangnya, dan kesuksesan seseorang tergantung pada kombinasi faktor-faktor pribadi, sosial, dan lingkungan.

Kompetensi Dasar Seorang Wakil Presiden

Kompetensi dasar yang penting dimiliki oleh perempuan atau siapa pun yang ingin menjabat sebagai wakil presiden sangat mirip dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk jabatan-jabatan tingkat tinggi dalam pemerintahan.

Menurut penulis, berikut adalah beberapa kompetensi dasar yang penting untuk menjadi wakil presiden (baik perempuan ataupun pria) di antaranya:

Kepemimpinan: Kemampuan untuk memimpin dengan efektif, mengambil keputusan yang sulit, dan memberikan arahan yang jelas dalam situasi yang kompleks adalah salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki seorang wakil presiden.

Keahlian dalam Kebijakan Publik: Memahami isu-isu kebijakan publik, baik dalam skala nasional maupun internasional, dan memiliki pengetahuan yang kuat dalam berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan sangat penting.

Kemampuan Berkomunikasi: Kemampuan berkomunikasi yang kuat termasuk kemampuan berbicara secara efektif, menulis, dan berkomunikasi dengan berbagai kelompok pemangku kepentingan. Ini juga mencakup kemampuan untuk menjelaskan dan mempertahankan kebijakan pemerintah.

Keterampilan Manajemen: Keterampilan manajemen yang baik, termasuk manajemen waktu, pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk bekerja dengan tim yang beragam, sangat penting untuk mengelola tugas-tugas dan tanggung jawab seorang wakil presiden.

Kemampuan Diplomasi: Kemampuan untuk berinteraksi dengan pemimpin negara lain dan menjalankan diplomasi dalam hubungan internasional, termasuk perundingan perdamaian dan kesepakatan internasional.

Etika dan Integritas: Seorang wakil presiden harus memiliki tingkat etika dan integritas yang tinggi, serta kewajiban untuk menjalankan jabatan dengan jujur dan transparan.

Ketahanan dan Kepemimpinan Krisis: Kemampuan untuk menjaga ketenangan dan kepemimpinan yang kuat dalam situasi krisis dan darurat penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan negara.

Kemampuan Adaptasi: Dunia politik selalu berubah, dan seorang wakil presiden perlu mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini serta belajar dan tumbuh dari pengalaman.

Kemampuan Mempersatukan: Mampu mempersatukan berbagai kelompok pemangku kepentingan dan beragam pandangan politik adalah penting untuk mencapai konsensus dan menjaga stabilitas politik.

Kepahaman tentang Konstitusi dan Hukum: Pengetahuan yang kuat tentang konstitusi negara dan hukum-hukum yang berlaku adalah penting untuk menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai wakil presiden.

Menurut penulis, beberapa kompetensi ini penting tidak hanya untuk perempuan yang ingin menjabat sebagai wakil presiden, tetapi juga untuk siapa pun yang menginginkan jabatan tingkat tinggi dalam pemerintahan.

Tantangan Perempuan Sebagai Wakil Presiden

Memang bisa jadi, secara khusus walaupun telah memiliki kapasitas dan kompetensi tersebut di atas, seorang perempuan yang berusaha untuk menjadi wakil presiden atau menduduki jabatan tingkat tinggi dalam politik, mungkin akan menghadapi tantangan unik. Tantangan itu apa saja? Menurut penulis, beberapa tantangan itu, seperti misalnya:

Stereotip Gender: Perempuan sering kali dihadapkan pada stereotip gender yang mempengaruhi persepsi orang terhadap kemampuan mereka dalam politik. Beberapa orang mungkin meragukan kemampuan perempuan untuk mengambil keputusan yang sulit atau memimpin dalam situasi yang kompleks.

Diskriminasi dan Seksisme: Diskriminasi dan seksisme masih ada dalam politik, dan perempuan dapat menghadapi perlakuan yang tidak adil atau komentar merendahkan yang bertujuan untuk menghambat kemajuan mereka.

Kurangnya Keterwakilan: Banyak negara masih memiliki kurangnya keterwakilan perempuan dalam politik, termasuk dalam jabatan tinggi seperti wakil presiden. Hal ini dapat menjadi tantangan karena kurangnya Role Model dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Keluarga dan Peran Ganda: Beberapa perempuan mungkin berpotensi menghadapi tekanan berat dari peran ganda, yaitu peran sebagai pemimpin politik dan peran sebagai ibu, istri, atau anggota keluarga yang membutuhkan perhatian. Mengatasi keseimbangan antara karier politik dan kehidupan pribadi dapat menjadi tantangan tersendiri.

Kampanye yang Intensif: Proses kampanye politik sering kali sangat intensif, memerlukan waktu dan energi yang besar. Ini dapat menjadi tantangan bagi perempuan yang juga memiliki tanggung jawab lain di luar politik.

Peran dalam Pengambilan Keputusan yang Sulit: Seorang wakil presiden harus siap untuk mengambil keputusan yang sulit yang dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan negara. Beberapa perempuan mungkin merasa terbebani oleh kenyataan itu.

Penekanan pada Penampilan Fisik: Dalam politik, penampilan fisik perempuan sering kali mendapatkan perhatian yang berlebihan. Ini dapat mengalihkan fokus dari isu-isu kebijakan yang lebih penting.

Akses Terbatas ke Sumber Daya dan Dukungan: Perempuan mungkin menghadapi kendala dalam mengakses sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk kampanye politik, seperti dana kampanye dan jaringan politik yang kuat.

Wakil Presiden dari Kalangan Perempuan, Mengapa tidak? 

Meskipun para tokoh perempuan berpotensi menghadapi berbagai tantangan di atas, penulis yakin bahwa banyak dari mereka telah mampu mencapai posisi tingkat tinggi dalam politik dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembuatan kebijakan dan kepemimpinan. 

Menurut catatan penulis, dalam memilih jabatan wakil presiden, kesetaraan gender dalam politik adalah prinsip penting, dan kaum perempuan memiliki potensi yang sama untuk berhasil dalam peran politik yang berpengaruh, termasuk sebagai wakil presiden.

Artinya, seyogyanya semua individu harus diberikan kesempatan yang sama untuk mengejar impian dan mencapai potensi penuh mereka, tanpa memandang jenis kelamin.

Termasuk peluang menjadi wakil presiden, semestinya masalah gender, baik pria maupun perempuan, sepatutnya diberikan posisi peluang yang sama.

Secara khusus, jika peluang menjadi seorang wakil presiden di Indonesia pada akhirnya dijabat oleh seorang tokoh perempuan yang terpilih melalui proses demokrasi pilpres 2024, mengapa tidak?

Lebih utama dari masalah gender, semoga Indonesia memperoleh pasangan presiden dan wakil presiden terbaik hasil pemilu yang berkualitas di pemilu 2024. Semoga.

SELESAI -penulis adalah mantan mahasiswa Fisipol UGM. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun