Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melakukan Kegiatan Karitatif di Desa Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

29 September 2023   14:34 Diperbarui: 1 Oktober 2023   16:25 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan Karitatif di Desa, Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

JAKARTA, - Pada akhir tahun 2008 penulis dan beberapa kawan bersepakat masuk dan berkegiatan bidang pertanian berbasis organik di Desa Mawar (nama samaran), Kecamatan Manggis (bukan nama sebenarnya), Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kami memilih desa ini karena keindahan alam sawahnya yang mempesona, warganya ramah, dan kehidupan sosial masyarakatnya yang damai. Setidaknya itu yang tampak terlihat oleh kami, nun di kala itu.

Kebetulan saat itu musim kering tengah melanda kawasan Desa Mawar sehingga fakta di lapangan, kami menemukan rerata lahan sawah pertanian warga tak menghasilkan alias gagal panen. Pasokan air irigasi ke sawah warga sangat sedikit. Beberapa sawah tampak layu kekurangan air.

Beberapa keluarga petani kesulitan ekonomi, Tak ada hasil bumi yang bisa diharapkan. Maka kami di awal memasuki desa itu melihat kondisi sosial ekonomi warga yang memprihatinkan. Selain ditandai tipisnya stok pangan lokal, saya menjumpai banyak anak seusia SD dan SMP yang mulai putus sekolah di desa itu.

Beberapa petani mengaku sebagai buruh tani dan mereka bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kala itu, sawah dan ladang di Desa Mawar sebagian besar dikuasai oleh segelintir pemilik tanah, yakni orang kaya lokal dan pemilik tanah yang tinggal di kota lain, tidak tinggal menetap di Desa Mawar.

Kawasan desa Mawar dilanda paceklik tahun 2008 (foto:dokumen pribadi) 
Kawasan desa Mawar dilanda paceklik tahun 2008 (foto:dokumen pribadi) 

Apa yang bisa diperbuat? Kegiatan kami di bidang pertanian organik belum kami mulai di desa ini, namun kami sudah memperoleh aneka ragam "keluh kesah petani dan buruh tani" yang hidup serba pas-pasan akibat terkena paceklik, musim kemarau panjang di penghujung tahun 2008.

Apa yang bisa kami lakukan untuk sekadar bantu-bantu meringankan beban hidup mereka? Begitu pikir saya waktu itu.  

Penulis dan beberapa kawan tergerak untuk berkegiatan karitatif lebih dulu. Caranya, kami mengumpulkan donasi berupa sembako dari beberapa kolega orang kaya di Jakarta,  kami pasok semua barang hasil donasi itu, dan kami bagikan secara gratis, terutama kepada warga yang kekurangan pangan.

Ulasan ini tentang kegiatan karitatif itu, suka-duka, tantangan dan rintangan yang kami alami ketika saya dan beberapa kawan praktik Karitatif di kawasan desa ini. Oiya, fakta di lapangan, kami menemukan fakta dan menyimpulkan bahwa untuk berkegiatan karitatif di desa ini ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setidaknya itu yang penulis alami di tempat ini.  

Kok bisa? Mari kita melihat situasinya kala itu dan melihat kompleksitas masalahnya di lapangan. Oiya penting disclaimer dulu: sengaja nama desa dan nama-nama lainnya di desa ini penulis samarkan (bukan nama sebenarnya) untuk pertimbangan privasi dan menghormati kehidupan setempat desa ini. Jadi clear ya, mari kita kemon.

Apa Itu Kegiatan Karitatif

Kegiatan karitatif adalah bentuk kegiatan atau tindakan sukarela yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi dengan tujuan membantu orang atau kelompok yang membutuhkan. Biasanya bentuk bantuan dalam rupa materi, waktu, atau sumber daya lainnya. 

Kegiatan ini dilakukan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan finansial atau keuntungan pribadi, melainkan semata-mata untuk menolong mereka yang kurang beruntung atau menghadapi kesulitan.

Kegiatan karitatif kami tidak dilakukan atas nama organisasi atau kelompok, melainkan inisiatif pribadi, individu dan beberapa orang yang mau terlibat bersama menolong sesama. Jadi pendeknya, kegiatan karitatif ini adalah murni kegiatan kemanusiaan. Titik.

penulis di Desa Mawar tahun 2008 akhir (foto:dokumen pribadi) 
penulis di Desa Mawar tahun 2008 akhir (foto:dokumen pribadi) 

Kegiatan Karitatif Dapat Berupa Berbagai Bentuk

Secara umum, di banyak tempat seperti kita tahu bahwa kegiatan kemanusiaan karitatif biasa dijalankan oleh individu, kelompok orang, organisasi atau yayasan misalnya, dalam beberapa bentuk, antara lain:

Pemberian Sumbangan Materi: Ini mencakup sumbangan uang tunai, pakaian, makanan, obat-obatan, atau barang-barang lain kepada individu atau kelompok yang membutuhkan.

Pelayanan Sosial: Ini melibatkan pemberian bantuan dalam bentuk layanan, seperti pelayanan medis, pendidikan, konseling, atau pelayanan makanan kepada mereka yang membutuhkan.

Penggalangan Dana: Organisasi atau individu dapat mengadakan acara penggalangan dana atau kampanye untuk mengumpulkan uang untuk tujuan amal atau proyek kemanusiaan tertentu.

Pekerjaan Sukarela: Membantu dalam berbagai proyek sukarela atau kegiatan masyarakat yang memiliki dampak positif pada komunitas, seperti membersihkan lingkungan, membangun rumah, pengadaan sarana air bersih, atau mengajar anak-anak di komunitas yang kurang beruntung.

Bantuan dalam Krisis: Kegiatan karitatif juga sering terjadi saat bencana alam, gunung meletus, gempa bumi, situasi perang, atau situasi krisis lainnya, di mana orang-orang atau organisasi berusaha memberikan bantuan darurat kepada korban terdampak bencana.

Pemberian Pendidikan: Menyediakan akses pendidikan kepada anak-anak atau orang dewasa yang kurang beruntung dengan menyediakan buku, beasiswa, atau akses ke fasilitas pendidikan.

Nah, inti seluruh bentuk kegiatan karitatif di atas bertujuan meningkatkan kualitas hidup individu atau kelompok yang menerima bantuan, serta mempromosikan rasa empati, solidaritas, dan tanggung jawab sosial di masyarakat.

Organisasi amal dan yayasan tertentu misalnya, seringkali kita tahu didirikan khusus untuk melaksanakan kegiatan karitatif secara terstruktur dan berkelanjutan.

Nah, khusus bentuk kegiatan karitatif yang saya atau kami lakukan di Desa Mawar, di antaranya pengadaan donasi berupa barang, antara lain: beras, mie instan, pakaian pantas pakai, mainan anak, buku-buku bacaan sekolah, alat tulis, buku tulis, dan sebagainya.

Beberapa kali kami memasok semua barang hasil donasi itu, terutama beras, minyak goreng, mie instan, dan sembako lain, untuk dibagikan kepada sebagian warga yang terdampak gagal panen atau paceklik di kala itu.

Jumlah sembako terkumpul lumayan banyak. Terkadang saya dan kawan-kawan mengangkutnya memakai truk, memasuki Desa Mawar, lalu membagikannya kepada sebagian warga petani. Seingat saya, sedikitnya 13 keluarga petani lokal menerima kiriman sembako kami, hampir secara rutin sebulan sekali, nun kala itu.

Sesekali, kami membagikan buku-buku tulis, dan buku bacaan anak seperti komik, buku cerita, dan lainnya. Kami sangat jarang membagi uang tunai kepada warga setempat. Namun, kami membolehkan warga menukar barang bantuan seperti berdus dus mie instan untuk dijual ke warung setempat agar warga memperolah sekadar uang pegangan. Saya melihat bahwa rerata respons warga yang mendapat sumbangan dari kami merasa senang.

panorama alam desa Mawar yang indah tapi dilanda gagal panen (foto:dokumen pribadi) 
panorama alam desa Mawar yang indah tapi dilanda gagal panen (foto:dokumen pribadi) 

Karitatif Menimbulkan Potensi Kontroversial

Kegiatan karitatif semacam ini kami lakukan beberapa kali di Desa Mawar. Kami hanya bermodal nekat, niat baik, dan kerja bakti untuk sekadar peduli pada kondisi lokal sebagian warga Desa Mawar. Meski begitu, pada akhirnya kami memahami bahwa kegiatan karitatif ternyata belum tentu berdampak membuahkan kebaikan bagi semua. Lho, kok bisa?

Saya menemukan fakta bahwa bantuan karitatif sembako dari para donatur dari para relawan di Jakarta untuk warga terdampak gagal panen alias paceklik, kala itu, faktanya tidak efektif, malah cenderung menimbulkan potensi kontroversial dan masalah baru.

Ya, masalah dan potensi kontroversial itu, misalnya:  

Potensi Kecemburuan Sosial: Penentuan siapa yang akan menerima bantuan sembako misalnya, dapat menjadi subjek perdebatan. Kriteria pemilihan siapa yang berhak atau tak berhak menerima sumbangan karitatif yang tidak tercatat dengan jelas, hal ini ternyata bisa memicu ketidakpuasan dan ketidakadilan di masyarakat. Artinya, kegiatan karitatif bisa menimbulkan potensi kecemburuan sosial.

Ketergantungan jangka panjang: Memberikan bantuan sembako secara berulang kepada warga desa yang terdampak gagal panen tanpa upaya untuk memberdayakan mereka secara ekonomi ternyata dapat menciptakan ketergantungan jangka panjang. Warga setempat cenderung mengandalkan kami untuk memberikan sumbangan dalam waktu panjang.

Tentu saja hal ini pada akhirnya dapat merepotkan kami para relawan, sebab warga yang rutin memperoleh bantuan akan cenderung menuntut seolah kami wajib melakukan kegiatan karitatif dalam jangka panjang bagi mereka. Hal ini tentu membuat kemandirian ekonomi warga setempat jadi terhambat.   

Potensi penyalahgunaan: sesekali kami menemukan fakta bahwa bantuan sembako dapat disalahgunakan oleh penerima atau pihak yang terlibat dalam distribusi, seperti penjualan sembako yang diterima untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Pertimbangan Relasi: saya menyadari bahwa proses pemilihan penerima bantuan sembako kami hanya didasari oleh relasi atau orang-orang dekat yang kami kenal di Desa Mawar. Ternyata hal ini berpotensi menimbulkan anggapan negatif dan diskriminatif. Misalnya, sebagian warga yang tidak memperoleh bantuan karitatif merasa kecewa atau merasa diperlakukan tidak adil.

Efisiensi distribusi: Terkadang, saya menemukan fakta bahwa bantuan sembako tidak sampai ke orang yang membutuhkan dengan efisien karena masalah logistik atau ada dugaan korupsi oleh oknum tim teknis penyalur bantuan dalam rantai distribusi ke warga.

Dampak terhadap perekonomian lokal: Memberikan bantuan sembako dalam jumlah besar kepada warga desa, faktanya dapat memiliki dampak negatif pada perekonomian lokal. Ini bisa menghambat pertumbuhan usaha lokal dan mengurangi potensi penghasilan bagi produsen dan pengecer lokal. Contohnya, barang sembako seperti mie instan di warung warga menjadi kurang laku karena kami memasok mie instan dalam jumlah besar ke warga desa.

Masalah stigma: Penerima bantuan sembako dapat mengalami stigma sosial, di mana mereka dianggap sebagai orang yang bergantung pada bantuan karitatif, dan mengalami perlakuan tidak adil dari sebagian warga lain yang tidak memperoleh bantuan.

Kegiatan Karitatif Dihentikan

Oleh karena itu, membaca gejala sosial yang kurang sehat seperti tergambar di atas, kegiatan karitatif ini kami putuskan untuk dihentikan setelah berjalan beberapa waktu di tempat itu.

Saya mencatat bahwa jika memberikan bantuan sembako atau jenis bantuan lainnya dalam situasi seperti ini sangat penting untuk memiliki rencana yang baik, transparan, dan akuntabilitas dalam proses distribusi bantuan untuk menghindari potensi kontroversi dan memastikan bantuan tersebut benar-benar sampai kepada yang membutuhkan dengan cara yang adil dan efisien.

Ah, betapa rumitnya melakukan kegiatan kemanusiaan untuk orang lain, bukan? Tanya batin saya pada diri sendiri, nun di kala itu.

Penting, Bagaimana Merancang Program Karitatif?

Berdasarkan ilustrasi pengalaman penulis di atas, penting menjawab pertanyaan selanjutnya: Bagaimana merancang dan melaksanakan kegiatan karitatif yang berjalan lancar, aman, tanpa berpotensi menimbulkan masalah sosial setempat dan sesuai dengan target tujuan kemanusiaan dengan perencanaan dan persiapan yang cermat?

Tanpa bermaksud menggurui, berikut adalah beberapa langkah yang mungkin dapat membantu Anda merancang perencanaan kegiatan karitatif yang matang, efektif, strategi matang dan bertanggung jawab.

Identifikasi Tujuan yang Jelas

Tentukan tujuan spesifik dan terukur dari kegiatan karitatif Anda. Apa yang ingin Anda capai melalui program ini? Misalnya, tujuan program adalah bedah rumah untuk 1 (satu) rumah warga yang hampir rubuh atau program lainnya.

Penilaian Kebutuhan

Lakukan penelitian yang komprehensif untuk memahami kebutuhan masyarakat atau kelompok yang ingin Anda bantu. Identifikasi masalah utama yang perlu diatasi.

Konsultasi dengan Pihak Lokal

Libatkan pihak-pihak setempat, seperti pemimpin komunitas, tokoh masyarakat, atau organisasi lokal, dalam perencanaan kegiatan Anda. Mereka dapat memberikan wawasan berharga tentang kebutuhan dan cara terbaik untuk mendukung masyarakat. Jadi, jangan bertindak sendiri.

Rencanakan Anggaran dengan Bijak

Buat rencana anggaran yang rinci untuk memastikan bahwa dana yang Anda miliki akan cukup untuk mencapai tujuan Anda. Selalu pertimbangkan biaya operasional dan administratif juga.

Pilih Mitra yang Tepat

Kerja sama dengan organisasi amal lokal yang memiliki pengalaman dalam kawasan tersebut atau yang memiliki keahlian khusus dalam masalah yang ingin Anda tangani.

Rencanakan Kegiatan secara Detail

Buat rencana operasional yang mencakup jadwal, lokasi, sumber daya, dan peralatan yang diperlukan. Pertimbangkan juga faktor-faktor seperti logistik, transportasi, dan keamanan.

Perhatikan Aspek Keamanan

Identifikasi potensi risiko keamanan yang dapat timbul selama kegiatan Anda. Pertimbangkan tindakan pengamanan yang perlu diambil dan pastikan kegiatan berlangsung dengan aman.

Transparansi dan Akuntabilitas

Pastikan bahwa Anda memiliki prosedur yang jelas untuk mengelola dana, melacak pengeluaran, dan melaporkan penggunaan dana secara transparan kepada para donatur dan pemangku kepentingan.

Edukasi dan Pelatihan

Jika Anda melibatkan relawan, berikan pelatihan kepada mereka tentang tugas mereka, etika kerja, dan cara berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan rasa hormat.

Evaluasi dan Pelaporan

Setelah kegiatan selesai, lakukan evaluasi menyeluruh untuk mengukur dampak yang telah dicapai. Buat laporan yang jelas tentang hasilnya dan bagikan dengan semua pihak yang terlibat.

Komunikasi Efektif

Komunikasikan tujuan, kemajuan, dan hasil kegiatan Anda kepada masyarakat, donatur, dan pemangku kepentingan lainnya secara teratur. Ini dapat membantu mempertahankan dukungan dan kepercayaan.

Kesadaran Budaya dan Konteks Lokal

Hormati budaya dan norma sosial setempat. Penting untuk memahami dan menghormati cara hidup dan nilai-nilai masyarakat yang Anda bantu.

Kesinambungan

Pertimbangkan cara untuk menjaga keberlanjutan program Anda, baik melalui pembiayaan jangka panjang, pelibatan komunitas setempat, atau pendekatan lain yang sesuai.

Kerja Sama dengan Pemerintah dan Lembaga Setempat:

Kerja sama dengan pemerintah setempat dan lembaga-lembaga terkait dapat memperkuat keberlanjutan dan dampak program Anda.

Keterlibatan Masyarakat

Libatkan masyarakat setempat secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Ini dapat memastikan bahwa program Anda benar-benar relevan dan efektif.

Dengan perencanaan yang matang, kolaborasi yang kuat, dan komitmen untuk memahami kebutuhan dan konteks setempat, Anda dapat meningkatkan peluang kesuksesan program karitatif Anda dan memastikan bahwa upaya Anda memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi mereka yang membutuhkan.

Catatan Akhir

Menyudahi ulasan ini, kegiatan Karitatif di desa atau di mana saja adalah bentuk kegiatan kemanusiaan yang mulia.

Hikmah dari kegiatan ini adalah: "menolong sesama manusia dalam rupa pemberian donasi karitatif, jika melibatkan sebagian besar masyarakat tertentu, harus dirancang dengan matang. Sebab sekali pun kita tulus Ikhlas melakukan kegiatan itu bahkan tanpa pamrih, belum tentu masyarakat setempat dan sekitarnya mau menerima kehadiran kita dengan tanpa masalah". 

Pada praktiknya, "berkegiatan karitatif menolong sesama manusia, kita bisa dianggap berpotensi keliru, tetapi tidak berusaha menolong sesama yang berkesusahan, kita malahan bisa dianggap lebih keliru". Hehehe. Betapa rumitnya kegiatan karitatif, tidak semudah membalikkan telapak tangan, bukan?

Di luar itu semua, mari tetap berbuat kebajikan kepada sesama manusia. Semoga ulasan ini bermanfaat. Utinam, semoga!

SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun