Pertimbangan Relasi: saya menyadari bahwa proses pemilihan penerima bantuan sembako kami hanya didasari oleh relasi atau orang-orang dekat yang kami kenal di Desa Mawar. Ternyata hal ini berpotensi menimbulkan anggapan negatif dan diskriminatif. Misalnya, sebagian warga yang tidak memperoleh bantuan karitatif merasa kecewa atau merasa diperlakukan tidak adil.
Efisiensi distribusi:Â Terkadang, saya menemukan fakta bahwa bantuan sembako tidak sampai ke orang yang membutuhkan dengan efisien karena masalah logistik atau ada dugaan korupsi oleh oknum tim teknis penyalur bantuan dalam rantai distribusi ke warga.
Dampak terhadap perekonomian lokal:Â Memberikan bantuan sembako dalam jumlah besar kepada warga desa, faktanya dapat memiliki dampak negatif pada perekonomian lokal. Ini bisa menghambat pertumbuhan usaha lokal dan mengurangi potensi penghasilan bagi produsen dan pengecer lokal. Contohnya, barang sembako seperti mie instan di warung warga menjadi kurang laku karena kami memasok mie instan dalam jumlah besar ke warga desa.
Masalah stigma:Â Penerima bantuan sembako dapat mengalami stigma sosial, di mana mereka dianggap sebagai orang yang bergantung pada bantuan karitatif, dan mengalami perlakuan tidak adil dari sebagian warga lain yang tidak memperoleh bantuan.
Kegiatan Karitatif Dihentikan
Oleh karena itu, membaca gejala sosial yang kurang sehat seperti tergambar di atas, kegiatan karitatif ini kami putuskan untuk dihentikan setelah berjalan beberapa waktu di tempat itu.
Saya mencatat bahwa jika memberikan bantuan sembako atau jenis bantuan lainnya dalam situasi seperti ini sangat penting untuk memiliki rencana yang baik, transparan, dan akuntabilitas dalam proses distribusi bantuan untuk menghindari potensi kontroversi dan memastikan bantuan tersebut benar-benar sampai kepada yang membutuhkan dengan cara yang adil dan efisien.
Ah, betapa rumitnya melakukan kegiatan kemanusiaan untuk orang lain, bukan? Tanya batin saya pada diri sendiri, nun di kala itu.
Penting, Bagaimana Merancang Program Karitatif?
Berdasarkan ilustrasi pengalaman penulis di atas, penting menjawab pertanyaan selanjutnya: Bagaimana merancang dan melaksanakan kegiatan karitatif yang berjalan lancar, aman, tanpa berpotensi menimbulkan masalah sosial setempat dan sesuai dengan target tujuan kemanusiaan dengan perencanaan dan persiapan yang cermat?
Tanpa bermaksud menggurui, berikut adalah beberapa langkah yang mungkin dapat membantu Anda merancang perencanaan kegiatan karitatif yang matang, efektif, strategi matang dan bertanggung jawab.
Identifikasi Tujuan yang Jelas
Tentukan tujuan spesifik dan terukur dari kegiatan karitatif Anda. Apa yang ingin Anda capai melalui program ini? Misalnya, tujuan program adalah bedah rumah untuk 1 (satu) rumah warga yang hampir rubuh atau program lainnya.
Penilaian Kebutuhan
Lakukan penelitian yang komprehensif untuk memahami kebutuhan masyarakat atau kelompok yang ingin Anda bantu. Identifikasi masalah utama yang perlu diatasi.