Belajar dari beberapa pemilu terdahulu misalnya, para politisi memang mudah mengumbar janji kapada konstituen atau khalayak pemilih setiap menjelang pemilu. Tetapi beberapa janji faktanya mereka lupakan begitu saja ketika mereka telah terpilih dan berkuasa. Contohnya, silahkan googling sendiri, dengan kata kunci: politisi ingkar janji.
Mengapa Janji Janji Politik Terkadang Bombastis dan Tidak Masuk Akal?Â
Membaca pemilu terdahulu, ada kalanya kita melihat bahwa beberapa janji politik itu memang terlampau bombastis dan kurang realistis. Menurut penulis, hal ini biasa sebagai realitas politik, terutama saat masa kampanye di setiap menjelang Pemilu. Menurut penulis, beberapa alasannya, antara lain sebagai berikut:
Ambisi untuk memenangkan pemilihan: Politisi sering merasa perlu untuk membuat janji-janji yang menarik secara dramatis untuk menarik perhatian pemilih dan memenangkan pemilihan. Janji-janji yang terlalu bombastis dapat menjadi daya tarik, terutama jika politisi tersebut ingin menonjol dalam persaingan politik yang sengit.
Kurangnya perencanaan rinci: Beberapa janji politik mungkin kurang mendalam dalam perencanaan dan implementasi. Mungkin politisi hanya fokus pada pesan utama yang menarik perhatian publik atau pemilih potensial, tanpa mempertimbangkan secara cermat bagaimana janji tersebut akan diwujudkan atau dibiayai.
Tidak Realistis: Janji-janji yang kurang realistis dapat disebabkan oleh ketidakpahaman politisi terhadap kendala-kendala yang ada dalam sistem politik dan ekonomi berbasis data. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami data-data tentang keterbatasan anggaran, hukum, atau struktur politik yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk mengimplementasikan janji-janji tersebut.
Strategi politik jangka pendek:Â Beberapa politisi mungkin hanya berfokus pada pemilihan umum 2024 saja, tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang atas janji-janji politik mereka. Hal ini dapat menghasilkan janji-janji yang lebih menarik secara singkat, tetapi kurang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Strategi Kampanye: Politisi mungkin menggunakan janji-janji yang besar dan berani sebagai bagian dari strategi kampanye untuk menarik perhatian pemilih dan memenangkan dukungan. Janji-janji yang terdengar luar biasa mantab surantab dan keren menewen, seringkali menarik perhatian media dan pemilih, sekalipun janji itu mungkin sulit untuk diwujudkan.
Bersaing dengan Lawan: Politisi sering kali bersaing dengan kandidat lain dalam pemilihan. Dalam usaha untuk membedakan diri mereka dari lawan-lawan politiknya, mereka mungkin cenderung membuat janji-janji yang lebih menonjol atau lebih besar dari pada yang diusulkan oleh pesaing mereka.
Aspirasi dan Harapan:Â Terkadang, politisi mungkin memanfaatkan aspirasi dan harapan publik pemilih untuk masa depan yang lebih baik. Janji-janji yang bombastis dapat menggugah emosi dan mengilhami massa pemilih dengan harapan akan perubahan yang substansial.
Pemilih Cerdas
Nah, menurut catatan penulis, meskipun janji-janji politik yang bombastis itu dapat berpotensi menarik perhatian dan mendapatkan dukungan awal, pemilih yang cerdas dan berpikir kritis harus mampu mengevaluasi dan memahami apakah janji-janji tersebut realistis dan dapat diwujudkan.
Artinya, meskipun janji-janji politik yang besar dan berani itu berpotensi dapat memenangkan suara dalam pemilihan, penting bagi masyarakat pemilih untuk tetap melakukan evaluasi kritis terhadap janji-janji tersebut.