Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam 1 Suro: Pesona Tradisi Unik dan Makna Simbolik di Balik Hari Istimewa Jawa

18 Juli 2023   13:05 Diperbarui: 20 Juli 2023   08:55 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pertunjukan wayang kulit Malam 1 Suro (foto wibhyanto/dokumen pribadi)

Jawa Tengah: Di Jawa Tengah, tradisi "sedekah bumi" juga sangat kental. Di kota-kota seperti Semarang, Magelang, dan Pati, masyarakat melakukan ritual "sedekah bumi" dengan membawa sesajen ke tempat-tempat yang dianggap keramat atau wingit. Beberapa masyarakat di daerah ini juga melakukan prosesi mandi suci di sungai atau sumber air yang dianggap keramat.

Pada praktiknya, tradisi "sedekah bumi" dapat bervariasi di setiap daerah, dengan praktik dan tata cara yang sedikit berbeda. Namun, tujuannya tetap sama, yaitu untuk memohon berkah, keselamatan, dan perlindungan kepada leluhur serta menjaga keharmonisan dengan alam dan lingkungan sekitar.

Wewaler atau Larangan di Malam 1 Suro

Dalam Malam 1 Suro, terdapat beberapa wewaler atau larangan yang penting diperhatikan. Wewaler ini berkaitan dengan kepercayaan dan tradisi lokal yang ada di masyarakat Jawa.

Meskipun setiap daerah atau keluarga dapat memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya, berikut adalah beberapa larangan umum yang sering diperhatikan:

Larangan bepergian malam hari: Dalam tradisi Jawa, Malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang penuh dengan kekuatan supranatural dan energi gaib yang kuat. 

Oleh karena itu, banyak masyarakat yang menghindari bepergian di malam tersebut, terutama menjelang tengah malam, agar terhindar dari kemungkinan bertemu dengan roh jahat atau hal-hal yang tidak diinginkan.

Larangan memotong atau membelah sesuatu: Malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang sakral, sehingga ada larangan untuk memotong atau membelah sesuatu, seperti pohon, bambu, atau benda-benda lainnya. Hal ini diyakini dapat mengganggu energi dan membawa keberuntungan yang buruk.

Larangan melakukan pekerjaan berat: Dalam Malam 1 Suro, banyak masyarakat yang menghindari melakukan pekerjaan berat atau aktivitas yang membutuhkan tenaga yang besar. Hal ini dikaitkan dengan upaya menjaga keselamatan dan menghormati suasana malam yang sakral.

Larangan mendengarkan musik keras atau melihat pertunjukan yang meriah: Malam 1 Suro merupakan waktu yang dianggap sebagai "momen refleksi dan keheningan". 

Oleh karena itu, ada larangan untuk mendengarkan musik keras, mengadakan pesta, atau melihat pertunjukan yang meriah. Hal ini dimaksudkan agar dapat fokus pada kegiatan spiritual dan memperkuat ikatan dengan leluhur.

Larangan makan makanan yang berbahan dasar daging: Beberapa keluarga di Jawa meyakini bahwa pada Malam 1 Suro, roh jahat atau setan berkeliaran dan mencari makanan, terutama yang berbahan dasar daging. Oleh karena itu, ada larangan untuk makan makanan yang berbahan dasar daging pada malam tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun