Berikut adalah beberapa saran dan harapan penulis, terkait doa politik:
Inklusivitas dan Toleransi:Â Doa politik harus mencerminkan inklusivitas dan menghormati keragaman agama dan keyakinan dalam masyarakat. Politisi harus berupaya membangun jembatan antara berbagai kelompok agama dan menciptakan lingkungan politik yang inklusif, saling menghormati, dan toleran.
Keaslian dan Integritas:Â Politisi harus mengutamakan keaslian dan integritas dalam menggunakan doa politik. Doa politik haruslah didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai yang konsisten dengan praktik sehari-hari politisi tersebut. Penting untuk menghindari penggunaan doa politik sebagai alat manipulatif atau pencitraan semata.
Inspirasional dan Membawa Harapan: Doa politik dapat menjadi sumber inspirasi dan harapan bagi masyarakat. Politisi dapat menggunakan doa untuk mengajak masyarakat bekerja sama, menghadapi tantangan bersama, dan memperjuangkan kepentingan bersama. Doa politik yang memberikan semangat dan keyakinan dapat membantu membangun hubungan yang positif antara politisi dan pemilih.
Pemersatu dan Dialog Antaragama: Doa politik dapat digunakan sebagai sarana untuk mempersatukan masyarakat dan mempromosikan dialog antaragama. Politisi dapat menggunakan doa politik untuk mengedepankan nilai-nilai yang mendasari persatuan, toleransi, dan kerja sama antara berbagai kelompok agama. Ini membuka ruang untuk pemahaman dan dialog yang lebih baik di antara masyarakat.
Fokus pada Kepentingan Bersama:Â Doa politik harus memusatkan perhatian pada kepentingan bersama masyarakat, bukan hanya kepentingan individu atau kelompok politisi. Politisi harus menunjukkan komitmen untuk melayani dan memperjuangkan kesejahteraan seluruh masyarakat melalui doa politik yang mereka sampaikan.
Doa politik yang autentik dan menghormati keragaman agama dapat memainkan peran penting dalam memperkuat ikatan sosial, mempromosikan dialog antaragama, dan membangun kepercayaan antara politisi dan pemilih.
Catatan akhir
Dugaan penulis, fenomena doa politik akan semakin marak dipakai oleh para politisi untuk meraih simpati publik atau masyarakat pemilih saat proses pemilu di tahun politik 2003 dan 2024. Harapan kita semua adalah semoga doa politik justru akan menyejukkan suasana pesta demokrasi kita, bukan sebaliknya. Semoga.
Selesai
*Penulis adalah mantan mahasiswa Fisipol UGM, Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H